Tampilkan postingan dengan label Sosial. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sosial. Tampilkan semua postingan

Senin, 22 Januari 2018

CABAI: Harga Melambung, Siapa yang Untung?

Masyarakat selalu beranggapan jika harga cabai tinggi, maka petanilah pihak yang sangat diuntungkan. Mereka suka berhitung sederhana, jika bertanam cabai satu hektar dengan hasil panen minimum 5 ton, harga ditingkat petani Rp 50.000/kilogram, dan biaya produksi sekitar Rp50 juta, maka petani akan mengeruk keuntungan sebesar Rp 200 juta hanya dalam waktu sekitar 7 bulan. Sungguh sebuah analisis yang tidak salah jika kondisi cuaca sangat mendukung pertumbuhan tanaman mulai dari waktu penanaman hingga panen berakhir.
            Faktanya, saat harga cabai melambung tinggi seperti yang terjadi pada akhir tahun 2010 dan berlanjut hingga awal tahun 2011, justru mayoritas petani cabai yang mengalami kerugian. Banjir yang melanda bisa diantisipasi karena pada waktu dan daeah tertentu selalu terjadi banjir. Hujan dengan curah dan intensitas tinggi pun masih bisa diupayakan penanganannya untuk meminimalisasi kerusakan tanaman. Namun, datangnya  angin dengan kecepatan tinggi membuat banyak petani cabai tidak berkutik dan menyerah pasrah.
            Tingginya kecepatan angin akan merobek – robek daun dan menggoyang buah dan bakal buah sampai rontok, bahkan mampu mencabut perakaran tanaman. Belum lagi kondisi kelembapan dan suhu udara yang berubah – ubah akan meningkatkan serangan penyakit tanaman yang disebabkan oleh jamur. Salah satu yang paling parah dampaknya adalah penyakit antraknosa buah.

            Disinyalir, buah yang bisa dipanen pada situasi cuaca ekstrem tersebut hanya berkisar 10 – 20 % dari potensi produksi yang seharusnya. Pedagang cabai juga menanggung resiko besar karena kondisi fisik hasil panen mudah rusak dan tidak tahan lama. Namun, diantara kedua belah pihak, posisi pedagang lebig diuntungkan daripada petani. Sungguh sangat tidak adil. Padahal petani yang lebih banyak mengeluarkan modal, tenaga, pikiran, dan waktu untuk menunggu panen. Sementara itu, pihak pedagang yang justru menanggung resiko lebih kecil. Membaca fakta seperti itu, sudah saatnyalah petanilah yang seharusnya lebih Berjaya.  

disadur dari buku Panen Cabai Sepanjang Tahun penulis Ir Wahyudi : Agromedia 2011

Kamis, 18 Januari 2018

CABAI : Fluktuasi Harga, Bukan fenomena Biasa

Sikap masyarakat selama ini seperti sudah terbiasaketika harga komoditas sayuran, terutama cabai, naik turun dalam rentang setahun. Apalagi jika peningkatan dan penurunan harganya tidak terlalu signifikan. Namun, ketika lonjakan kenaikannya cukup drastic, masyarakat mulai berteriak. Semua pejabat unjuk bicara tentang sebab musababnya, bahkan saling menyalahkan tanpa memberikan solusi praktis jangka pendek untuk mengatasinya. Media massa pun menjadi punya topic hangat untuk dijadikan berita setiap hari. Sebenarnya sangat mudah dipahami jika harga cabai sampai melebihi harga daging dan respon mereka seperti itu. Mengingat juga masyarakat Indonesia sangat gemar makan masakan pedas.
            Banyak faktor yang dapat menyebabkan harga cabai berfluktuasi, diantaranya kebiasaan petani bertaman cabai mengiktui pola musim tanam sehingga pasokannya ke pasar tidak kontinyu. Masih rendahnya pengetahuan petani terhadap karakter tanaman cabai sangat terkait dengan hambatan pertumbuhan tanamn pada musim – musim tertentu adalah sebab lain. Dan tidak bisa dipungkiri, cuaca ekstrem yang melanda pertanian menjadi penyebab utama lonjakan drastic komoditas ini.

            Jika penanaman cabai dilakukan secara kontinu sepanjang tahun, dan sudah ada pemahaman petani untuk mengantisipasi hambatan musim, serta sosialisasi prakiraan cuaca ekstrem dari instansi terkait berjalan dengan baik, maka pasokan cabai ke pasar akan relative kontinu setiap saat. Jika hal ini bisa terwujud, maka fluktuasi harga cabai bukan lagi sebuah fenomena yang dianggap biasa, karena seharusnya memang tidak perlu terjadi. 

disadur dari panduan teknis cabai terbitan dari Agromedia 

Rabu, 17 Januari 2018

PARADIGMA PEMBANGUNAN PEDESAAN PARTISIPATIF

Pembangunan pedesaan pada masa yang lalu mendasar pada asas pemerataan yang penerapannya diarahkan secara sektoral dan pada setiap desa. Meskipun jenis dana / anggaran bantuan untuk pembangunan pedesaan bermacam – macam dan jumlahnya relative besar, tetapi jika dibagi secara merata, maka masing – masing desa memperoleh jumlah dana yang relative kecil, sehingga pemanfaatannya kurang maksimal.
Desa sebagai unit produksi (komoditas utamanya sector pertanian dalam arti luas) mempunyai peranan yang sangat penting sebagai penyangga daerah perkotaan. Kurang berhasilnya pembangunan pedesaan pada masa yang lalu, maka pada waktu sekarang ini paradigma pemerataan dan keadilan perlu dimodifikasi dengan (1) pendekatan spasial dalam bentuk pembangunan desa pusat pertumbuhan (DPP) dan kawasan terpilih pusat pertumbuhan desa (KTP2D), dan (2) pembangunan dilakukan secara partisipatif.
Pendekatan yang diarahkan pada masing – masing desa itu (pada masa lalu) dapat diibaratkan seperti sebatang lidi yang berdiri sendri, jelas sangat lemah dan tidak bermanfaat, sebaliknya jika lidi – lidi tersebut dihimpun dan dipersatukan dalam bentuk sapu lidi akan lebih kuat dan bermanfaat (Desa Pusat Pertumbuhan dan Desa – Desa Hinterland dalam kawasan terpilih Pusat Pertumbuhan Desa).

Pada waktu yang lalu, pendekatan partisipatif melalui pertemuan dan kesepakatan warga desa yang telah dilakukan akan menghasilkan rumusan program yang merupakan daftar keinginan dan bukan sebagai kebutuhan banyak orang, sehingga menimbulkan kekecewaan masyarakat. Pada waktu sekarang, perencaan partisipatif pada suatu program pembangunan harus dilakukan melalui analisis permasalahan, analisis potensi dan analisis kepentingan kelompok dalam masyarakat, dengan menggunakan criteria yang terukur sehingga menghasilkan rumusan program pembangunan yang benar – benar dibutuhkan oleh masyarakat setempat. Jadi perencanaan dilakukan secara bottom up ( dari lapisan masyarakat grass root) dan menerapkan pendekatan partisipatf dan spasial. 
disadur dari Buku " Membangun Desa Partisipatif" karya Rahardjo Adisasmita : Graha Ilmu

Senin, 25 Desember 2017

SKALA PENGUKURAN PENELITIAN SOSIAL

Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Contoh, timbangan dipasar sebagai alat ukur saat membeli cabe, dibuat dengan skala ons atau gram dan akan menghasilkan data kuantitatif berat cabe dalam bentuk ons atau gram.
Dengan alat pegukuran ini, maka nilai variabel yang diukur dengan instrument tertentu dapat dinyatakan dalam bentuk angka, sehingga akan lebih akurat, efisien, dan komunikatif.
Berbagai skala sikap yang dapat digunakan untuk penelitian administrasi, pendidikan, dan social antara lain adalah:
1.      Skala Likert
2.      Skala Guttman
3.      Rating Scale
4.      Semantic Deferential
Kelima jenis skala tersebut bila digunakan dalam pengukuran, akan mendapatkan data interval, atau rasio. Hal ini tergantung pada interval yang akan diukur.

disadur dari Buku Metode Penelitian Prof. Dr. Sugiyono

Rabu, 20 Desember 2017

OBYEK OBSERVASI

Obyek penelitian dalam penelitian kualitatif yang diobservasi menurut Spradley dinamakan situasi social, yang terdiri atas tiga komponen yaitu place (tempat), actor (pelaku), dan activity (aktivitas).
1.      place, atau tempat dimana interaksi dalam situasi social sedang berlangsung
2.      actor, pelaku atau orang – orang yang sedang memainkan peran tertentu.
3.      Activity, atau kegiatan yang dilakukan oleh actor dalam situasi social yang sedang berlangsung.
Tiga elemen utama tersebut, dapat diperluas, sehingga apa yang dapat kita amati adalah:
1.      space: the physical space¸ ruang dalam aspek fisiknya
2.      actor: the people involve, yaitu semua orang yang terlibat dalam situasi social.
3.      Activity: a set of related acts people do, yaitu seperangkat kegiatan yang dilakukan orang
4.      Object: the physical things that are present, yaitu benda- benda yang terdapat ditempat itu
5.      Act: single actions that people do, yaitu perbuatan atau tindakan – tindakan tertentu.
6.      Event: a set of related activities that people carry out, yaitu rangkaian aktivitas yang dikerjakan orang – orang.
7.      Time, the sequencing that takes place over tim, yaitu ukuran kegiatan
8.      Goal: the things people are trying to accomplish, yaitu tujuan yang ingin dicapai orang – orang.
9.      Feeling: the emotion felt and expressed, emosi yang dirasakan dan diekspresikan oleh orang – orang.

Dalam melakukan pengamatan kita dapat menentukan pola sendiri, berdasarkan pola diatas. Misalnya akan melakukan pengamatan terhadap situasi social bidang pertanian, maka place­­-nya adalah lingkungan fisik pertanian, actor-­nya petani, penyuluh, dan orang – orang yang ada di lingkungan dengan segala aspek dan karakteristiknya, activity-nya adalah kegiatan budidaya tanaman, pra panen, dan pasca panen, dan lain – lain. 

disadur dari buku Metode Penelitian : Prof. Dr. Sugiyono

Senin, 18 Desember 2017

TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.
            Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari setting-nya, data dapat dikumpulkan pada setting alamiah (natural setting), pada laboratorium dengan metode eksperimen, di rumah dengan berbagai responden, pada suatu seminar, diskusi, di jalan, dan lain – lain. Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer, dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview (wawancara), kuesioner (angket), dokumentasi, dan gabungan keempatnya (triangulasi).

            Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dapat dilakukan pada natural setting (kondisi yang ilmiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta (participant observation), wawancara mendalam (in depth interview) dan dokumentasi. 

disadur dari Buku Metode Penelitian : Prof Dr. Sugiyono

Selasa, 03 Oktober 2017

HAL – HAL PERLU DI PERHATIKAN DALAM PENELITIAN


1.      Daerah Penelitian
Sebelum sampel diambil, daerah penelitian merupakan hal yang pertama kali ditetapkan untuk menentukan batas – batas menggeneralisasikan hasil penelitian.
2.      Karakteristik
Kegiatan yang perlu dilakukan pada tahapan ini ditentukannya terlebih dahulu tentang karakteristik populasi sampel seperti luas dan sifat sifat populasi, memberikan batasan penelitian dan menentukan sampelnya.
3.      Besar Kecilnya Sampel
Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam menetapkan besar kecilnya sampel adalah keseragaman populasi. Jika keadaan populasi seragam, jumlah sampel hampir tidak menjadi persoalan. Namun jika keadaan populasi sangat beragam, maka peneliti perlu meneliti kategori tingkat keberagaman agar dalam kategori tersebut diperoleh kumpulan anggota populasi yang relatif seragam.
Pengambilan jumlah sampel juga tidak boleh seenaknya, tetapi harus memperhatikan jumlah populasi, dana, daya dan lain sebagainya.
4.      Teknik Sampling

Teknik samping atau teknik/ metode pengambilan sampel sering menjadi pertimbangan khusus dalam penelitian. Teknik sampling secara garis besar dapat diklasifikaskan menjadi teknik randong sampling dan non random sampling. Klasifikasi teknik sampling akan dibahas pada BAB tersendiri. 
Disadur dari Buku Analisis Usahatani: Sukartawi: UI Press 2016

Rabu, 13 September 2017

POPULASI, SAMPEL DAN SAMPLING

Populasi adalah jumlah dari anggota (sampel) secara keseluruhan. Misalnya kita melakukan penelitian usahatani karet di Desa A, dan di Desa A tersebut ada 50 petani karet, maka 50 petani karet tersebut merupakan populasi. Setiap petani karet dari jumlah 50 itu, mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel.
            Sedangkan yang dimaksudkan dengan sampel adalah sebagian dari anggota populasi yang terpilih sebagai objek pengamatan. Misalnya dari 50 petani karet tersebut, secara statistik kemudian terpilih 20 petani karet, maka 20 petani karet ini disebut sampel penelitian.
            Masalah sampling timbul dalam suatu penelitian apabila peneliti:
a.       Bermaksud mereduksi objek penelitiannya
b.      Inging mengadakan generalisasi dari hasil – hasil penelitian yang dilakukan
Reduksi dan generalisai dalam penelitian usahatani adalah dibenarkan karena peneliti mengalami keterbatasan dana dan tenaga. Barangkali yang perlu diperhatikan adalah bagaimana melakukan reduksi dan generalisasi tersebut. Sebab hal tersebut penting dari pada tiap – tiap penelitian ilmiah khususnya yang tidak meneliti semua objek, seluruh situasi, atau semua peristiwa, melainkan hanya sebagian saja dari objek – objek situasi ke situasi lainnya, atau dari satu peristiwa ke peristiwa lainnya.
Cara seperti yang dijelaskan diatas dikenal dengan istilah Research Sampling yaitu penelitian yang mendasarkan diri dari keabsahan sampel. Sangat jarang orang meneliti seluruh populasi untuk mengetahui sikap dan pendapat mereka, melainkan hanya sebagian saja. Walaupun demikian kesimpulan – kesimpulan dari penelitian itu umumnya, tidak hanya dibatasi pada objek yang diteliti, tetapi juga pada objek lain yang tidak turut menjadi objek penelitian, sepanjang “orang lain” tersebut relevan dijadikan objek penelitian.

Problematic yang umum dihadapi oleh peneliti bila satu dari persoalan penting yang dihadapi oleh seorang peneliti hendak mengadakan research sampling adalah bagaimana ia dapat memperoleh sampel atau sampel – sampel yang mewakili populasi. Tentu saja yang dimaksud dengan mewakili bukanlah merupakan duplikat atau merupakan replica yang cermat, melainkan hanya sebagai cermin yang dipandang menggambarkan secara maksimal keadaan populasi. Untuk itu peneliti perlu memperhatikan kaidah – kaidah statistic, tentang memilih sampel dengan benar. Misalnya bagaimana cara mengambil sampel 20 sampel dari 200 populasi.

Disadur dari Buku Analisis Usahatani: Sukartawi: UI Press 2016

Minggu, 03 September 2017

Instrumen / Daftar Isian (Kuisioner)

Tidak selalu semua data dapat dikumpulkan melalui daftar isian. Namun, sekiranya data usahatani tersebut dapat dilakukan dengan daftar isian maka pengambilan data dengan daftar isian sangat dianjurkan. Butir – butir pertanyaannya dapat terstruktur dan juga pertanyaan dapat disusun secara tidak terstruktur. Pertanyaan secara tertutup sangat dianjurkan, artinya mengajukan pertanyaan dengan alternatif pertanyaan yang sudah disediakan.
            Dalam penelitian, bentuk pertanyaan sangat beragam tergantung pada tujuan penelitian. Namun data yang dikumpulkan paling tidak mencakup informasi sebagai berikut:
a.       Identitas sampel

b.      Identitas KK dan keluarga

Disadur dari Buku Analisis Usahatani: Sukartawi: UI Press 2016

Kamis, 31 Agustus 2017

PEWAWANCARA SEBAGAI PENGUMPUL DATA

Dalam pengumpulan data sering dikenal istilah short dirty dan long dirty mengandung pengertian bahwa pewawancara datang di lokasi penelitian pada waktu yang singkat sehingga sangat riskan untuk memperoleh data yang baik dan benar. Bila pewawancara tidak hati hati, data yang diperoleh merupakan data yang semu, artinya data tersebut kurang baik. Adapun long dirty mengandung pengertian bahwa pewawancara mempunyai waktu yang relatif cukup di lokasi penelitian, tetapi karena kurang efisiennya mengatur pertemuan dengan sampel atau kurang baiknya instrumen yang dibawa atau kurang jelinya pewawancara menangkap pesan yang diberikan oleh sampel, maka data yang dikumpulkan juga tidak seperti yang diharapkan.
Oleh karena itu pewawancara memegang peranan yang penting dalam menggali data yang baik dan benar. Ada baiknya bila melakukan penelitian, maka pencarian data itu kita lakukan sendiri dan usahakan tinggal di lokasi penelitian. Namun, bila tidak mempunyai waktu yang cukup, maka dapat saja meminta dapat meminta bantuan pihak lain atau enumerator (penghitung, pencacah, penjumlah) dalam mengumpulkan data.
Sebagai pedoman untuk memilih enumerator yang baik adalah sebagai berikut:
a.       Pilihlah orang – orang yang pernah bekejra dengan kita, dengan demikian kita tidak ragu – ragu lagi dalam menilai kapasitas enumerator tersebut.
b.      Pilihlah orang – orang yang menyenangi penelitian pada objek yang diteliti, sebab tidak semua orang menyenangi pekerjaan penelitian. Kadang – kadang ada enumerator yang menginginkan gaji atau honorariumnya saja, tetapi tidak menyenangi pekerjaannya. Bila terjadi demikian, enumerator tersebut seringkali melakukan teknuk “jalan pintas” (yang penting cepat selesai, tidak peduli datanya baik atau jelek).
c.       Berikan waktu yang cukup pada enumerator. Artinya ia perlu diberi waktu yang cukup untuk tinggal di Desa. Misalnya kalau satu hari diperkirakan dapat diselesaikan pengisian dua daftar isian, maka untuk dapat menyelesaikan 30 daftar isian, yang bersangkutan perly diberi waktu 15 hari.
d.      Berikan pengertian tentang tatacara pengumpulan data yang baik dan benar. Kadang – kadang walaupun enumerator diberi waktu cukup namun ia bertindak “nakal”. Misalnya diberi waktu 15 hari menyelesaikan 30 daftar isian, tetapi dengan jalan pintas ia menyelesaikan dalam waktu 3 hari. Melalui cara pintas ini misalnya, sampel dikumpulkan dan diwawancari. Padahal, mestinya petugas pencacah harus melakukan wawancara satu per satu di rumah sampel.

e.       Berikan sanksi bila petugas wawancara tidak melakukan tugasnya dengan baik. Misanya meminta ia pergi kembali ke lapangan bila memang dijumpai data yang tidak baik dan salah. Tentang hal ini kita perlu berhati – hati. Kadang – kadang enumerator tidak mau kembali lagi ke lokasi penelitian karena berbagai alasan. Untuk itu sebaiknya enumerator tersebut ditemani petugas yang lain dan berikan bekal yang cukup untuk mengumpulkan data lagi. 

Disadur dari Buku Analisis Usahatani: Sukartawi: UI Press 2016


Rabu, 30 Agustus 2017

PETANI SEBAGAI SAMPEL DALAM PENELITIAN USAHATANI

Dalam analisis usahatani, maka peran petani sebagai sumber informasi (responden atau sampel) sangat penting. Oleh karena itu petani dipakai sebagai target group (kelompok sasaran). Beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian adalah:
a.       Indentifikasi kelompok sasaran yaitu  petani dan usahataninya. Apakah yang disurvey petani karet, kelapa sawit maupun petani secara umum. Intentifikasi ini tentunya disesuaikan dengan daerah penelitian. Kalau tujuan memang ditujukan untuk petani karet, maka sampelnya adalah petani karet. Karena didalam praktek tidak ada atau jarang ada petani yang mengkhususkan diri berusahatani tanaman pangan atau holtikultura terkecuali tanaman perkebunan seperti karet dan kelapa sawit karena memiliki umur produksi yang lama mencapai 25 – 30 tahun. Namun, kita sebagai peneliti maupun surveyor perlu mengkhususkan diri pada batasan penelitian saja.
b.      Identifikasi peran petani dalam keluarganya atau perannya didalam masyakat. Apakah ia dominan sebagai kepala keluarga, merangkap sebagai pedagang, pejabat desa atau lainnya.
c.       Identifikasi unit usahataninya, apakah rumah tangga atau usahatani itu sendiri.

Pentingnya peran sampel atau responden didalam penelitian, khususnya kepala keluarga. Maka idenditifikasi sampel memang harus jelas. 

Disadur dari Buku Analisis Usahatani: Sukartawi: UI Press 2016

Jumat, 10 Maret 2017

BALADA NEGERI KU (Akses jalan yang sangat sulit di Bahar Selatan)

           Musim penghujan yang terjadi akhir – akhir telah membuat berbagai bencana di hampir seluruh kabupaten di Provinsi Jambi. Bencana banjir di Kabupaten Bungo, Tebo, Batang Hari, dan Muara Jambi terjadi di seluruh daerah aliran Sungai Batang Hari. Selain bencana banjir, akses jalan yang sangat sulit terutama pada saat musim penghujan sangat dirasakan oleh seluruh penduduk pedesaan yang ada di Provinsi Jambi.
            Kondisi jalan rusak, bergelombang, licin, atau bahkan berlumpur sangat dalam yang hampir dapat menenggelamkan kendaraan. Hal ini sangat miris karena merupakan salah satu akses yang sangat penting bagi denyut nadi roda sosial ekonomi masyarakat yang melalui akses jalan tersebut. Ditambah dengan kendaraan dengan tonasi yang tinggi semakin memperburuk kondisi jalan tersebut.
            Sebagai contoh, akses jalan yang ada di Kecamatan Bahar Selatan, Kabupaten Muara Jambi, Provinsi Jambi. Terutama adalah akses jalan utama dari Unit 7 menuju Unit 20 dan Unit 22 kondisinya sangat memprihatinkan. Tidak ubahnya sebuah jalan, namun Nampak seperti kubangan kerbau yang dalam. Kondisi jalan seperti ini sangat mengganggu akses sosial ekonomi masyarakat yang melaluinya. 

Ket: Kondisi jalan diambil oleh penulis pada akhir Desember 2016. Kondisi jalan pada awal maret 2017 ini tentunya lebih parah lagi karena diguyur hampir tiap hari.
            Sebagai perbandingan akan penulis tunjukkan kondisi jalan terakhir yang di unduh dari akun Facebook Kolipin Doel Jabar


Ket: kondisi jalan ibarat kubangan lumpur yang sanagat sulit untuk dilalui.

Harapannya pemerintah sebagai pemangku sangat peka dengan kondisi ini dan segera melakukan tindakan reaktif untuk memperbaiki jalan tersebut. 

Rabu, 01 Maret 2017

JALAN DAN AKSES SOSIAL EKONOMI

        Memasuki musim penghujan pada rentang bulan Januari dan Februari menjadikan masalah tersendiri bagi aktifitas sosial dan ekonomi masyarakat. Terutama adalah jalan yang merupakan akses kegiatan sosial ekonomi masyarakat. Jalan yang berlubang baik kecil apalagi besar dan licin akan menjadi hambatan dan bencana bagi penggunanya.
            Pada daerah perkotaan yang umumnya permasalahan jalan sangat diperhatikan dengan serius oleh pemerintah karena merupakan akses utama perekonomian suatu kota tersebut. Namun, pada daerah perdesaan melihat kondisi jalan aspal yang bagus akan sangat jarang ditemukan terutama wilayah perdesaan bukanlah akses jalan provinsi atau nasional. Keterbatasan anggaran pemerintah kabupaten dalam pembangunan infrastruktur terutama jalan akan lebih memprioritaskan jalan yang merupakan akses sosial ekonomi yang lebih komplek.
            Jalan desa yang merupakan jalan perkampungan dan jalan usahatani sebagian besar masih berupa jalan tanah ataupun tanah pengerangan. Kondisi ini sangat mengganggu aktifitas sosial ekonomi masyarakat terutama pada saat musim penghujan. Kondisi jalan akan menjadi licin dan berlumpur sehingga sulit untuk dilalui. Hal ini sangat menghambat kegiatan sosial dan ekonomi  masyarakat pedesaan. 

Senin, 20 Juni 2016

ANALISA KETAHANAN PANGAN MASYARAKAT













Pentingnya penciptaan ketahanan pangan sebagai wahana penguatan stabilitas ekonomi dan politik, jaminan ketersediaan pangan dengan harga yang terjangkau dan menjanjikan untuk mendorong peningkatan produksi. Pemenuhan pangan yang cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau oleh seluruh rumah tangga merupakan sasaran utama dalam pembangunan ekonomi. Permintaan pangan yang meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk, mendorong percepatan produksi pangan dalam rangka terwujudnya stabilisasi harga dan ketersediaan pangan, sehingga ketahanan pangan sangat terkait dengan kemampuan pemerintah untuk menjaga stabilisasi penyediaan pangan serta daya dukung sektor pertanian.
Namun kepadatan penduduk yang diperkuat dengan penyusutan areal tanam, khususnya penurunan luas lahan pertanian produktif akibat konversi lahan untuk kepentingan sektor non-pertanian, serta kecilnya margin usaha tani yang berkonsekuensi pada rendahnya motivasi petani untuk meningkatkan produksi, serta adanya kendala dalam distribusi pangan sebagai akibat keterbatasan jangkauan jaringan sistem transportasi, ketidaktersediaan produk pangan sebagai akibat lemahnya teknologi pengawetan pangan, diperkuat lagi dengan kakunya (rigid) pola konsumsi pangan sehingga menghambat upaya pencapaian kemandirian/ketahanan pangan. Kondisi yang demikian tersebut makin memperpanjang fenomena kemiskinan dan ketahanan pangan yang dihadapi.
Undang-undang No. 7 tahun 1996 tentang Pangan, pada pasal 1 ayat 17, menyebutkan “ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau”.
Sesungguhnya ruh dari program ketahanan pangan adalah ketersediaan dan aksesibilitas masyarakat terhadap bahan pangan secara adil dan merata. Ketersediaan mengandung nilai semangat produktifitas, adapun aksesibilitas mencakup bagaimana pemenuhan hak asasi serta keterjangkauan termasuk dayabeli seluruh rakyat akan pangan. Produktifitas mengandung nilai kemandirian dan keberdayaan. Adapun pemenuhan hak asasi rakyat akan pangan berhubungan bagaimana proses demokratisasi pemerintahan berjalan dengan baik.
Ketahanan pangan bukan berarti kemandirian dalam bidang pengembangan pangan. Namun, ketahanan pangan adalah kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan akan pangan bagaimanapun mereka mendapatkannya. Ukuran dari ketahanan pangan adalah kemampuan daya beli masyarakat dalam memperolah kebutuhan pangan, sandang, dan papan. Kemampuan daya beli masyarakat dapat dilihat dari sumber pendapatan masyarakat dapat memenuhi kebuthan masyarakat. Berikut adalah beberapa sumber pendapatan utama masyarakat pada daerah dengan mayoritas perkebunan kelapa sawit, dan karet:
1.      Perkebunan Karet dan Kelapa Sawit
Dua komoditi perkebunan ini merupakan produk unggulan di Provinsi Jambi. Mayoritas penduduk Provinsi Jambi mengusahakan tanamaan karet dan kelapa sawit sebagai sumber pendapatan utama. Hampir seluruh masyarakat Desa mengandalkan komoditi perkebunan karet dan sebagian kecil perkebunan kelapa sawit. Komoditi perkebunan ini sangat menjanjikan karena memiliki perawatan yang relatif mudah, dan memiliki hasil panen yang menjanjikan. Meskipun fluktuasi harga tidak menyebabkan komoditi tanaman perkebunan ini ditinggalkan oleh pemiliknya.
Umumnya Masyarakat Desa menjual hasil kebun langsung kepada tengkulak / toke. Tidak adanya pasar lelang karet kerap menjadikan hambatan masyarakat untuk mendapatkan harga yang lebih tinggi dan layak sesuai dengan kulaitas hasil kebun yang dimiliki. Namun, hasil dari tanaman perkebunan ini masih snagat mencukupi kebutuhan hidup – hidup sehari – hari.
2.      Pegawai
Pegawai merupakan pekerja atau karyawan baik negeri maupun swasta yang berpenghasilan tetap setiap bulannya. Pegawai banyak menjadi primadona masyarakat terutama yang memiliki pendidikan tinggi. Nilai penghasilan yang tetap setiap bulannya memudahkan dalam mengatur kebutuhan keuangan untuk satu periode atau sampai waktu gajian berikutnya.
Sumber pendapatan utama merupakan sumber penghasilan pokok untuk menopang kehidupan sehari – hari masyarakat. Selain sumber pendapatan utama, sebagian masyarakat Desa juga memiliki sumber pendapatan sampingan untuk menambah penghasilan. Berikut  beberapa sumber pendapatan masyarakat Desa:
1.      Buruh Tani dan Buruh Perusahaan
Buruh tani / perusahaan  selain merupakan sumber penghasilan utama, dapat juga bergeser menjadi sumber pendapatan sampingan. Masyarakat memanfaatkan waktu luang mereka dengan bekerja sebagai buruh tani maupun sebagai buruh perusahaan. Rata – rata tingkat pendidikan dan ekonomi yang rendah mendasari masyarakat hanya mampu bekerja sebagai buruh.
2.      Pedagang Warung / Kios
Penduduk Desa memanfaatkan waktu luang mereka untuk menambah penghasilan dengan cara membuka warung / kios. Warung / kios biasanya dijaga oleh ibu – ibu sedangkan suaminya bekerja di ladang / kebun. Ibu- ibu selain juga menjaga rumah mereka juga mampu untuk menambah penghasilan keluarga. Selain itu, pada saat harga komoditi perkebunan rendah, warung / kios dapat bergeser menjadi penghasilan utama.
3.      Tukang Kayu, Tukang Batu, dan Bengkel
Tukang kayu dan batu merupakan tukang yang jika ada panggilan bekerja mereka akan dapat bekerja. Rata – rata tukang ini memiliki pendapatan utama sebagai petani perkebunan. Bengkel motor juga buka pada waktu tengah hari setelah pemilik / pekerja bengkel bekerja di kebun.
Aksesibiltas  pangan Desa ditentukan oleh tiga faktor, yaitu ketersediaan, konsumsi, dan distribusi. Ketersediaan pangan akan menjamin tingkat ketahanan pangan tersebut disuatu desa. Ketersediaan pangan di Desa dipenuhi oleh pasar. Kemudahan akses jalan yang terletak di antara dua provinsi yaitu Provinsi Jambi dan Sumatra Barat membuat kemudahan akses menuju daerah manapun.
Distribusi pangan yang merata ke semua penduduk Desa merupakan faktor utama dalam hal memenuhi kebutuhan masyarakat. Distribusi pangan dipengaruhi oleh kemudahan akses jalan dan terhindar dari keterisoliran. Daerah yang terisolasi akan menyulitkan dalam mendistribusikan bahan pangan ke daerah tersebut.
Konsumsi pangan erat kaitannya dengan kemampuan daya beli masyarakat. Ketika kemampuan daya beli masyarakat tinggi maka tingkat konsumsi pangan masyarakat juga tinggi. Tinggi berarti tingkat pemenuhan gizi seperti karbohidrat, protein, dan vitamin tercukupi. Namun ketika daya beli masyarakat menurun dan rendah konsumsi pangan hanya terkesan seadanya. Masyarakat mengatakan hasil kebun cukup untuk makan seadanya saja sudah senang.
Mayoritas masyarakat Desa mengandalkan tanaman perkebunan karet dan sawit sebagai penghasilan utama. Ketika harga kedua komoditi ini tinggi diatas harga batas kecukupan rumah tangga. Maka kehidupan penduduk Desa sejahtera. Ukuran kesejahteraan ini dapat dilihat dari kemampuan daya beli masyarakat dalam konsumsi pangan dan kemampuan dalam meningkatkan gengsi mereka. Namun, pada saat harga dua komoditi ini terpuruk dan terjun bebas, menjadikan masyarakat hanya mampu makan seadanya, dan mengesampingkan gengsi.


Minggu, 13 Desember 2015

PEMILU RAYA UNJA *PERTARUNGAN IDEOLOGI DAN KEPENTINGAN*

             14 Desember 2015 untuk kesekian kalinya Mahasiswa Universitas Jambi akan menggelar pesta demokrasi. Ini adalah gelaran keempat yang penulis ikuti sebagai mahasiswa Unja. Dari tahun ke tahun memang tidak ada perubahan yang signifikan selain pada tahun 2014 karena munculnya kekuatan baru. Semuanya berjalan dan mengalir sesuai dengan intrik – intrik yang terjadi dan terkadang tak terduga.
            Ketika diamati secara kasat mata arah dan alur politik di kampus sebenarnya tidak jauh berbeda dengan politik secara sebenarnya. Namun, yang membedakannya adalah pengaruh ideologi di kampus sangatlah kuat, sedangkan ketika di politik sebenarnya kekuatan lebih banyak karena tokoh dalam partai. Dalam percaturan politik di kampus selain tokoh yang berperan tetapi kekuatan ideologi antar pendukung yang sangat kuat (tak usah penulis sebutkan ideologi tersebut).
            Setiap kelompok tentu memiliki kepentingan masing – masing kenapa mereka ingin berkuasa di birokrasi tertinggi kampus yakni BEM KBM dan MAM KBM. Namun terlepas itu semua, kepentingan itu seharusnya mampu dan bermanfaat bagi seluruh mahasiswa dan warga Universitas Jambi.

            Terlepas dari itu semua, patut untuk terus kita nantikan apa yang akan terjadi dengan percaturan politik di kampus, sebagai warga yang baik tentunya kita semua tidak akan golput dan turut mensukseskan pemira ini. 

Kamis, 30 Juli 2015

SEMANGAT REVOLUSI

Revolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok-pokok kehidupan masyarakat. Di dalam revolusi, perubahan yang terjadi dapat direncanakan atau tanpa direncanakan terlebih dahulu dan dapat dijalankan tanpa kekerasan atau melalui kekerasan. Ukuran kecepatan suatu perubahan sebenarnya relatif karena revolusi pun dapat memakan waktu lama. Misalnya revolusi industri di Inggris yang memakan waktu puluhan tahun, namun dianggap 'cepat' karena mampu mengubah sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat —seperti sistem kekeluargaan dan hubungan antara buruh dan majikan— yang telah berlangsung selama ratusan tahun. Revolusi menghendaki suatu upaya untuk merobohkan, menjebol, dan membangun dari sistem lama kepada suatu sistem yang sama sekali baru. Revolusi senantiasa berkaitan dengan dialektika, logika, romantika, menjebol dan membangun.
Revolusi Nasional Indonesia  adalah Revolusi Nasional Indonesia adalah sebuah konflik bersenjata dan pertentangan diplomasi antara Republik Indonesia yang baru lahir melawan Kerajaan Belanda yang dibantu oleh pihak Sekutu, diwakili oleh Inggris. Rangkaian peristiwa ini terjadi mulai dari proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 hingga pengakuan kemerdekaan Indonesia oleh Kerajaan Belanda pada 29 Desember 1949. Meskipun demikian, gerakan revolusi itu sendiri telah dimulai pada tahun 1908, yang saat ini diperingati sebagai tahun dimulainya kebangkitan nasional Indonesia.
Revolusi bukan hanya kekerasan bersenjata, tetapi menurut pengertian yang sebenarnya revolusi adalah menghendaki perubahan. Perubahan perubahan perubahan perubahan perubahan dan perubahan. Perubahan apa yang ingin dikehendaki, itu seharusnya sesuai dengan kehendak konstitusi dan cita – cita kemerdekaan yaitu menjadikan Negara yang berdaulat, adil, dan makmur.
Indonesia sendiri bahkan dikenal ada pahlawan revolusi yang menjadi korban keganasan G30S/PKI. G30S/PKI yang sampai sekarang belum jelas sejarah dan kebenarnya. Siapakah sebenarnya dalang sebenarnya dari pemberontakan tersebut. Yang tidak habis pikir, kenapa gerakan sebenar dan semasif ini dapat ditumpas dalam waktu yang singkat.
Sudahlah, cukup menceritakan sejarah kelam masa lalu bangsa kita ini, sekarang kita menatap masa depan yang lebih baik demi kemajuan bangsa ini. Dimulai dari hal yang kecil, seperti merubah kebiasaan pada diri kita masing – masing. Sudah berbuat apa kita hari ini? Produktifkah?  Bergunakah? Karena sebaik – baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi dirinya dan bagi orang lain.
Era reformasi dengan semuanya yang serba digital, semua informasi berjalan dengan sangat cepat. Seluruh dunia dapat berkomunikasi dengan sangat mudah. Sudah seharusnya perbaikan dapat berjalan dengan sangat cepat. Kita tinggalkan kapitalis, sosialis, dan apapun itu. Kembalilah ke fitrah kita, demokrasi pancasila. 5 sila yang sangat mendasar sebagai dasar filosofis dan ideologis bangsa kita. Jika kita amalkan dengan baik dalam penerapan dan perbuatan. Bukan tidak mungkin perubahan bangsa dan pemerataan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia bisa terlaksana.
Semua elemen, masyarakat, LSM, maupun pemerintah mampu untuk bersinergi dalam membangun dan meningkatkan kesejahteraan bagi seluruh warga Negara. Gerakan cepat ini yang akan sangat diperlukan terutama saat ini pada saat posisi pemerintahan yang sangat goncang.
Revolusi = perubahan yang cepat untuk menuju lebih baik.

Semoga bisa terwujud!!!!

Sabtu, 21 September 2013

KEDELAI MELONJAK RAKYAT KECIL MENJERIT


(meroketnya harga kedelai terhadap tahu tempe dilihat dari sisi Makro)
Oleh : M. Nasir

Melihat pemberitaan yang ada di tv tiap hari memantik perhatian penulis untuk mengambil satu sisi akibat dari efek melemahnya nilai IDR terhadap nilai USD di pasaran global. Efek dari melemahnya nilai IDR ini berdampak dengan naiknya harga – harga komoditi impor yang menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat. Salah satunya adalah kedelai, kedelai merupakan makanan pendamping nasi untuk bersantap bagi rakyat kecil ini semakin meroket harganya karena impor kedelai mengikuti harga USD jadi importir harus membayar nilai yang semakin naik.
Kedelai merupakan bahan baku tahu dan tempe yang menjadi makanan pokok bagi rakyat kecil. Ketika harga makanan ini naik, sedangkan tingkat pendapatan mereka tetap atau bahkan menurun, lalu mau makan lauk apa yang akan mereka makan? Ini menjadi sebuah tanda tanya besar bagi semua kalangan. Karena makanan ini merupakan asupan protein nabati yang murah bagi rakyat kecil. Jika harga makanan ini naik maka rakyat kecil akan kehilangan protein murah.
Sebelum membahas lebih lanjut, marilah kita lihat indicator – indicator yang dapat menyebabkan kenaikan harga kedelai dilihat dari sisi makro:
a.       Pengelolaan ekspor dan impor yang kurang optimal oleh pemerintah
Kebijakan ekspor impor yang dilakukan oleh pemerintah banyak menggunakan tangga ketiga dengan menggunakan importir dan eksportir dari pihak swasta yang tentunya lebih memperhatikan aspek bisnis atau keuntungan dibandingkan dengan kepentingan umum. Pada saat ini impor kedelai sebagian besar dilakukan oleh pihak swasta dan pemerintah sampai saat ini masih lamban dalam melaksanakan kebijakan impor yang lebih memihak kepada kepentingan rakyak.
b.      Minimnya produksi dalam negeri
Produksi kedelai dalam negeri yang masih minim dan cenderung tidak tersentuh oleh pemerintah menjadikan komoditi kedelai kurang diminati oleh petani.
c.       Kebutuhan akan Komoditi yang semakin Meningkat
Kebutuhan dalam negeri akan komoditi kedelai semakin meningkat seiring dengan bertambahnya penduduk dan menurunnya daya beli rakyat kecil untuk membeli makanan yang berasal dari hewani akan meningkatkan permintaan terhadap produk tahu dan tempe yang merupakan makanan rakyat.
d.      Melemahnya IDR terhadap USD menyebabkan Inflasi
Nilai IDR akhir – akhir ini yang lemah menyebabkan berbagai komoditi impor harganya menjadi melambung. Komoditi pokok yang diimpor antara lain tepung, gandum, kedelai, dan BBM akan terus melanmbung seiring dengan melemahnya nilai IDR dan arus perdagangan global yang tak terkendali.

Mungkin cukup tiga permasalahan yang akan penulis bahas dalam tulisan ini, sebenarnya masih banyak indicator – indicator lain yang perlu dibahas tetapi penulis membatasi untuk membahas secara garis besar indicator ini. Baiklah kita akan satu persatu masalah diatas:
a.       Pengelolaan ekspor dan impor yang kurang optimal oleh pemerintah
Pada era perdagangan bebas saat ini arus ekspor dan impor menjadi sangat tidak terkendali jika pemerintah tidak mengatasi dan memprotektif barang – barang yang keluar masuk. Terutama dengan kegiatan impor, pemerintah sebagai pemangku kebijakan harus mampu memegang penuh dalam pelaksanaan impor komoditi – komoditi utama tanpa harus melibatkan swasta. Pada saat harga stabil dan rendah pemerintah dapat melaksanakan impor untuk menjaga stok di gudang agar pada saat harga naik komoditi dapat dikeluarkan untuk menekan harga.
b.      Minimnya produksi dalam negeri
Produksi kedelai dalam negeri saat ini masih kurang disikapi dengan baik oleh pemerintah. Seharusnya pemerintah mampu mencanangkan swasembada makanan pokok di negeri agraris seperti Indonesia. Indonesia yang pernah menjadi raksasa pertanian bukan tidak mungkin akan terwujud kembali jika ada dukungan dari segala pihak.
c.       Kebutuhan akan komoditi yang meningkat
Seiring dengan bertambahnya penduduk maka kebutuhan akan makanan yang bergizi pun meningkat. Komoditi tahu dan tempe yang identik dengan makanan rakyat kecil pun semakin menjadi andalan. Namun ketika harga komoditi tersebut ikut naik juga maka apa yang akan dimakan oleh mereka. Sebuah masalah dan tantangan yang serius terhadap keberlangsungan pemerintahan. Pemerintah harus menyikapi masalah ini dengan bijak agar tidak ada yang merasa dirugikan. Secara garis besar pemerintah harus tetap mengutamakan kepentingan rakyat.
d.      Melemahnya IDR terhadap USD menyebabkan Inflasi
Masalah utamanya adalah nilai IDR terhadap USD yang lemah menyebabkan tingkat inflasi akan semakin tidak terkendali. Pemerintah sebagai pemegang kendali inflasi harus mampu mengendalikan masalah ini supaya tidak berpengaruh terhadap kehidupan rakyat kecil.

Secara garis besar melambungnya harga kedelai merubah segala tatanan kehidupan masyarakat kecil. Baik petani, pedagang tahu dan tempe, pabrik tempe, dan masyarakat. Indikasi ini menjadi masalah yang serius jika tidak ditangani dengan cepat. Dari sisi petani local ini menguntungkan karena harga kedelai semakin naik namun tidak bagi pedagang yang harus menjual barang dagangan yang lebil mahal dari biasanya akan semakin mengurangi tingkat pendapatannya.
Bagi pabrik masalah ini akan semakin mempengaruhi produksi dan tenaga kerja karena harga kedelai yang meningkat. Otomatis produksi tahu dan tempe akan berpengaruh, ketika pemilik pabrik tidak mampu membiayai proses produksi sehingga mengurangi produksi dan bahkan dapat menutup produksi. Selain itu juga dapat menyebabkan dirumahkannya tenaga kerja yang dimiliki. Dengan dirumahkannya tenaga kerja berarti akan menambah panjang angka pengangguran di negeri ini.
Terakhir adalah masyarakat terutama rakyat kecil yang kehidupannya sudah terhimpit dengan masalah perekonomian akan semakin menjerit ketika makanan murah dan bergizi harganya juga ikut naik sedangkan mereka tidak mampu lagi membeli bahan makanan pengganti lain yang tentunya memiliki harga yang lebih tinggi. Rakyat akan semakin menjerit dengan kebutuhan – kebutuhan mereka.
Kesimpulan
Harga kedelai yang semakin meningkat sangat mempengaruhi harga tahu dan tempe yang notabene makanan murah dan bergizi bagi masyarakat kecil. Menjaga kestabilan harga kedelai menjadi sangat penting bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat terutama kalangan bawah. Pemerintah sebagai pemangku kebijakan harus mampu dalam mengatasi masalah ini dan menguntungkan rakyatnya.




Kalau bukan kita siapa lagi !!!!!!!!!!
Mari selamatkan Indonesia dari ancaman krisis,,,,,,

sekian