Pembangunan
pedesaan pada masa yang lalu mendasar pada asas pemerataan yang penerapannya
diarahkan secara sektoral dan pada setiap desa. Meskipun jenis dana / anggaran
bantuan untuk pembangunan pedesaan bermacam – macam dan jumlahnya relative
besar, tetapi jika dibagi secara merata, maka masing – masing desa memperoleh
jumlah dana yang relative kecil, sehingga pemanfaatannya kurang maksimal.
Desa
sebagai unit produksi (komoditas utamanya sector pertanian dalam arti luas)
mempunyai peranan yang sangat penting sebagai penyangga daerah perkotaan.
Kurang berhasilnya pembangunan pedesaan pada masa yang lalu, maka pada waktu
sekarang ini paradigma pemerataan dan keadilan perlu dimodifikasi dengan (1)
pendekatan spasial dalam bentuk pembangunan desa pusat pertumbuhan (DPP) dan
kawasan terpilih pusat pertumbuhan desa (KTP2D), dan (2) pembangunan dilakukan
secara partisipatif.
Pendekatan
yang diarahkan pada masing – masing desa itu (pada masa lalu) dapat diibaratkan
seperti sebatang lidi yang berdiri sendri, jelas sangat lemah dan tidak
bermanfaat, sebaliknya jika lidi – lidi tersebut dihimpun dan dipersatukan
dalam bentuk sapu lidi akan lebih kuat dan bermanfaat (Desa Pusat Pertumbuhan
dan Desa – Desa Hinterland dalam kawasan terpilih Pusat Pertumbuhan Desa).
Pada
waktu yang lalu, pendekatan partisipatif melalui pertemuan dan kesepakatan
warga desa yang telah dilakukan akan menghasilkan rumusan program yang
merupakan daftar keinginan dan bukan sebagai kebutuhan banyak orang, sehingga
menimbulkan kekecewaan masyarakat. Pada waktu sekarang, perencaan partisipatif
pada suatu program pembangunan harus dilakukan melalui analisis permasalahan,
analisis potensi dan analisis kepentingan kelompok dalam masyarakat, dengan
menggunakan criteria yang terukur sehingga menghasilkan rumusan program pembangunan
yang benar – benar dibutuhkan oleh masyarakat setempat. Jadi perencanaan
dilakukan secara bottom up ( dari lapisan masyarakat grass root) dan menerapkan
pendekatan partisipatf dan spasial.
disadur dari Buku " Membangun Desa Partisipatif" karya Rahardjo Adisasmita : Graha Ilmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar