Tampilkan postingan dengan label Otomotif. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Otomotif. Tampilkan semua postingan

Senin, 09 Juni 2014

SISTEM PENGAPIAN KONSENSIONAL

    

1.1. Landasan Teori
Komponen system pengapian konvensional mobil terdiri dari :
-          Baterai
-          Kunci kontak
-          Koil
-          Distributor
-          Busi
-          Kabel Tegangan Tinggi

1.     Baterai


Baterai adalah alat listrik-kimiawi yang menyimpan energi dan mengeluarkannya dalam bentuk listrik. Fungsi baterai adalah sebagai penyedia listrik pada sistem kelistrikan pada kendaraan.

Konstruksi
Berdasarkan konstruksi baterai dibedakan menjadi 2 macam yaitu :
1.      Konstruksi Comound
Baterai ini sel-selnya berdiri sendiri-sendiri dan antara sel yang satu dengan yang lain dihubungkan dengan lead bar (connector) diluar case.
2.      Konstruksi Solid
Baterai ini antara sel yang satu dengan yang lain dihubungkan dengan lead bar di dalam case. Terminal yang kelihatan hanya dua buah hasil hubungan seri dari sel-selnya.

Tipe Baterai
Ada 2 macam tipe baterai yaitu :
1.      Baterai Tipe Basah (Wet Type)
Baterai tipe basah (wet type) terdiri dari elemen-elemen yang telah diisi penuh dengan muatan listrik (full charged) dan dalam penyimpanannya telah diisi dengan elektrolit. Baterai ini tidak bisa dipertahankan tetap dalam kondisi full charge. Sehingga harus diisi (charge) secara periodik.
Selama baterai tidak digunakan dalam penyimpanan, akan terjadi reaksi kimia secara lambat yang menyebabkan berkurangnya kapasitas baterai. Reaksi ini disebut “self Discharge”.
2.      Baterai Tipe kering (Dry Type)
Baterai tipe kering (Dry Type) terdiri dari plat-plat (positip & negatip) yang telah diisi penuh dengan muatan listrik, tetapi dalam penyimpanannya tidak diisi dengan elektrolit. Jadi keluar pabrik dalam kondisi kering. Pada dasarnya baterai ini sama seperti dengan baterai tipe basah. Elemen-elemen bateraij ini diisi secara khusus dengan cara memberikan arus DC pada plat yang direndamkan ke dalam larutan elektrolit lemah. Setelah plat-plat itu terisi penuh dengan muatan listrik, kemudian diangkat dari larutan elektrolit lalu dicuci dengan air dan dikeringkan. Kemudian plat-plat tersebut dirangkai dalam case baterai. Sehingga biala baterai tersebut akan dipakai, cukup diisi elektrolit dan langsung bisa digunakan tanpa discharge kembali.
Vent plug.
Vent plug terdapat pada tutup disetiap sel. Fungsinya adalah untuk mencegah masuknya debu dan kotoran kedalam sel. Fungsi yang lebih penting lagi adalah agar tersedia saluran (lubang). Untuk membebaskan gas dan kemungkinan terbentuknya lagi asam sulfat yang terkandung di dalam uap asam yang terbentuk pada saat pengisian baterai.

Plat Positif Dan Plat Negatif
1.      Plat Positif
Plat positip terbuat dari material PbO2 (lead peroxide) yang berwarna coklat tua
2.       Plat Negatif
Plat negatif terbuat dari material Pb (spongy lead) yang berwarna kelabu.

Untuk mencegah plat positif dan plat negatif bersinggungan, dipasang separator, yang terbuat dari polyvynil chloride (PVC) yang berpori-pori.


Elektrolit (H2SO4)
Standard berat jenis (specific gravity) elektrolit baterai pada temperatur standart (20 derajat celcius) adalah 1.280. Apabila temperatur larutan elektrolit berubah, maka standart berat jenis elektrolit baterai dapat dicari dengan rumus :
S 20 = St + 0,0007 (t – 20)
Dimana : S20 = Berat jenis pada temperatur 20 derajat celcius
St = Berat jenis pada temperature pengukuran
t = Temperatur elektrolit

Berat jenis elektrolit akan turun pada saat baterai dipakai (discharge). Pada kondisi standart (20 derajat celcius), bila berat jenis elektrolit turun mencapai 1.200, maka baterai harus diisi kembali (charging). Bila jumlah elektrolit di dalam baterai berkurang, maka harus ditambah dengan air aki (air suling).
Perubahan berat jenis elektrolit tergantung oleh :
- Discharge rate. 
- Charge rate. 
- Temperature. 
- Jumlah dari asam sulfat yang terkandung dalam elektrolit

Larutan elektrolit dapat membeku pada temperature tertentu. Oleh karena itu kalau menyimpan baterai boleh ditempat sedingin mungkin asalkan tidak sampai larutan elektronitnya membeku.

Reaksi Kimia
Baterai pada saat discharging maupun recharging akan terjadi reaksi kimia
Reaksi Kimia Pada Saat Discharging. Yang dimaksud discharging adalah penggunaan isi (kapasitas) baterai.Reaksi kimia yang terjadi ialah : 
 Pb O2 + 2 H2 SO4 Pb SO4 + 2 H2 O + Pb SO4
Pada akhir discharging, plat positip dan plat negatip akan menjadi Pb SO4 dan elektrolitnya akan menjadi H2 O.
Reaksi Kimia Pada Saat Recharging
Recharging adalah proses pengisian baterai. Reaksi kimia yang terjadi ialah :
Pb SO4 + 2 H2 O + Pb SO4 Pb O2 + 2 H2 SO4
Akhir dari proses recharging ini, plat positip kembali menjadi Pb O2 dan plat negatipnya Pb, sedangkan elektrolit kembali terbentuk menjadi H2 SO4.

Larutan Elektrolit 
Hasil campuran 36 % Asam Sulfat dan 64 % air akan menghasilkan elektrolit yang berat jenisnya 1.270 pada 80 derajat F (27 derajat C). Larutan elektrolit ini terdiri dari pencampuran antara Asam Sulfat (H2SO4) yang berat jenisnya 1.835 dan air (H2O) yang berat jenisnya 1 dengan komposisi tertentu.

Terminal Voltage 
Terminal voltage adalah batas tegangan baterai yang diijinkan pada saat discharging dan recharging. 
a.       Saat Discharging 
Ketika baterai dipakai dengan arus besar, sebagia contoh digunakan untuk memutar engine waktu start, maka tahanan dalam baterai akan naik. Hal ini tidak hanya disebabkan berkurangnya asam sulfat (yang semestinya untuk mempertahankan kecepatan reaksi kimia antara plat-plat dan elektrolit), tetapi juga akibat polarisasi baterai itu. 
b.      Saat Recharging 
Pada saat recharging ( arus pengisian kurang lebih seper sepuluh dari arus discharging rata-rata ) maka akan menghasilkan naiknya perbedaan potensial antara positip dan negatip. Pada saat recharging tersebut, akan timbul gelembung-gelembung karena peristiwa elektrolisa (penguraian) H2O. Gelembung-gelembung tersebut dapat menyebabkan umur baterai pendek. Oleh karena itu, ketika recharging apabila sudah mencapai terminal voltage, maka recharging dihentikan.



Self Discharge
Suatu baterai yang telah diisi elektrolit, jika didiamkan (tidak dipakai) akan kehilangan muatan listriknya. Hal ini disebabkan, setelah baterai diisi elektrolit, maka baterai mulai mengalami suatu reaksi kimia, meskipun baterai tersebut dipakai atau tidak. Sifat seperti ini tidak dapat dihindarkan pada semua baterai. Kehilangan muatan listrik yang tersimpan tanpa pemakaian melalui rangakaian luar disebut “Self Discharge”
Sebab-sebab self discharge sebagai berikut:
-          Plat negatip beraksi langsung dengan asam sulfat dari elektrolit membentuk timbal sulfat (Pb SO4)
-          Hubungan singkat antara plat positip dan plat negatip melalui endapan dari material aktif
-          Jika suhu dan konsentrasi elektrolit tidak merata disekitar plat positif dan negatif akan terjadi reaksi elektrokimia local.

Hal-hal seperti di atas ini yang menyebabkan muatan baterai akan berkurang meskipun tidak dipakai. Reaksi kimia yang terjadi dalam baterai akan lebih cepat dengan kenaikan suhu elektrolit. Hal ini juga berarti “Self Discharge” akan bertambah cepat jika suhu lebih tinggi. Jadi penyimpanan baterai pada suhu rendah lebih efektif dalam memperkecil kecepatan “Self Discharge”.
Faktor lain yang mempercepat “Self Discharge” adalah bila elektrolit atau air suling yang diisikan ke dalam baterai mengandung material-material yang tidak diinginkan, karena akan menimbulkan reaksi local.

Kapasitas Baterai
Kapasitas baterai adalah jumlah listrik yang dapat dihasilkan dengan melepaskan arus tetap, sampai dicapai voltage ahir. Besarnya ditentukan dengan mengalikan besar arus pelepasan dengan waktu pelepasan dan dinyatakan dalam AH (Ampere Hour).
Jadi untuk menyatakan kapasitas baterai, perlu ditentukan laju arus pelepasan. Karena kapasitas baterai tergantung dari kuat arus pelepasan. Misalnya suatu baterai mempunyai kapasitas 100 AH untuk laju arus 20 jam. Ini berarti baterai tersebut sanggup melepaskan muatan sebesar 5 ampere selama 20 jam. Tapi tidak berarti mampu melepaskan muatan sebesar 10 ampere selama 10 jam. Jadi jika ingin membandingkan kapasitas baterai perlu disamakan dahulu laju arus pelepasan muatan listriknya.

Pengetesan Baterai
Kondisi dari sebuah baterai ditunjukan oleh berat jenis larutan elektronitnya. Salah satu cara yang paling sederhana dan lebih dipercaya adalah dengan mengukur berat jenis dari larutan elektrolit. Alat untuk mengukur berat jenis elektrolit disebut “Hydrometer” dan dilengkapi dengan thermometer untuk mengetahui temperatur elektrolit.
Hydrometer dikalibrasi untuk mengukur berat jenis elektrolit pada temperature standar (JIS) 20 derajat celcius (68 derajat F). Untuk menentukan pembacaan berat jenis yang benar adalah sebagi berikut :
-          Bila suhu di atas 20 derajat C (68 derajat F), ditambah 0,0007 tiap kenaikan 1 derajat C.
-          Bila suhu di bawah 20 derajat C (68 derajat F), dikurangi 0,0007 tiap penurunan 1 derajat C.

Sebagai contoh, pada suhu 49 derajat C didapatkan pembacaan berat jenis elektrolit 1,2597. Dimana pengukuran ini suhu elektrolitnya 29 derajat celcius di atas standar yang ditetapkan yaitu 20 derajat JIS. Sehingga pembacaan berat jenis yang sebenarnya dihitung dengan rumus sebagai berikut :
S20 = St + 0,0007 (t – 20)
= 1.2597 + 0,0007 (49 – 20)
= 1,2597 + 0,0203
= 1,28
Jadi pembacaan yang benar setelah dikoreksi dengan temperature adalah 1,28


Perawatan Baterai
Berikut ini beberapa tips untuk merawat baterai mobil : 
1. Memeriksa secara berkala kondisi air aki (bila Anda memakai aki basah). Jika indikatornya menyatakan kekurangan air, Segera tambahkan air aki sesuai dengan takarannya, sebelum mobil dihidupkan di pagi hari. Mestinya air aki selalu terjaga di antara tanda low level dan upper level (biasa tertera pada sisi aki). Bila berada di bawah low level segera tambahkan, maksimal pada garis upper level. Karena, air aki berfungsi untuk membantu mendinginkan sel-sel aki. Bila air aki berkurang, sel-sel di dalam aki bisa menjadi berubah bentuk (melengkung).
2. Setelah diisi dengan air khusus pengisi aki, diamkan beberapa saat, baru nyalakan mobil Anda.
3. Secara berkala juga harap memeriksa terminal di aki (positif maupun negatif). Cek apakah terjadi korosi atau tidak. Korosi dapat dibersihkan dengan menyiramkan air panas pada kedua terminalnya.
4. Jika hendak mematikan mobil, harap matikan dahulu komponen-komponen kelistrikannya, misalnya lampu luar, AC, radio/tape, CD, charger handphone, dan lainnya.
5. Jika mobil tidak akan digunakan dalam jangka waktu yang lama, copot terminal negatif pada aki Anda. Kepala aki yang dicopot tersebut agar dibungkus dengan kain, untuk menjaga agar terminal negatif tersebut tidak bersentuhan dengan body mobil.
6. Tiap 3 bulan sekali, jika Anda berkunjung ke bengkel, mohon agar dicek kondisi pengisian kelistrikan mobil tersebut.

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat penyimpanan baterai:
1. Baterai yang tidak dipakai harus disimpan di tempat yang kering, sejuk dan tidak kena sinar matahari langsung, karena bias mempercepat reaksi kimia (self discharge)
2. Baterai yang diterima lebih dahulu sebaiknya didahulukan pemakaiannya.
3. Untuk baterai tipe basah, perlu adanya pengisian secara periodi, yaitu minimal 1 bulan sekali, untuk menjaga baterai tetap full charge dan tidak cepat rusak.

Peringatan Keselamatan:
Asam Sulfat sangat berbahaya, dapat menyebabkan kulit dan mata teriritasi dan terbakar. Asam Sulfat juga dapat menyebabkan ledakan pada beberapa kasus.
Saat bekerja dengan Aki dan Elektrolit, lindungi diri Anda dengan kaca mata pelindung, dan pelindung wajah. Pakailah bahan garmen untuk melindungi wajah, tangan dan tubuh Anda.
Selain hal-hal di atas, perhatikan dengan tindakan-tindakan pencegahan di bawah ini:
1.      Selalu bekerja di udara terbuka atau tempat yang mempunyai ventilasi besar pada saat Anda bekerja dengan Aki.
2.      Pastikan tempat sekitar Anda bebas dari sumber api ataupun percikan api, bahkan rokok. Sumber Api dapat menyebabkan Aki meledak.
3.      Selalu pastikan tutup pengisian Elektrolit tertutup erat dan tepat.
4.      Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
5.      Selalu putuskan hubungan kabel negatif terlebih dahulu pada saat pelepasan Aki, dan menghubungkannya paling akhir pada saat pemasangan Aki.
6.      Jangan pernah bersentuhan dengan Aki pada saat pengisian aliran listrik (charging), pengetesan, atau penyetruman mesin.
7.      Matikan semua kelistrikan sebelum memutuskan koneksi arus listrik.
8.      Sebelum menggunakan alat yang dapat menghantarkan listrik (konduktor), pindahkan barang-barang yang mengandung metal yang ada pada tangan ataupun lengan (jam tangan).

2.Kunci Kontak
Kunci kontak berfungsi untuk memutuskan dan menghubungkan listrik pada rangkaian atau mematikan dan menghidupkan sistem. Kunci kontak pada kendaraan memiliki 3 atau lebih terminal.

Terminal utama pada kontak adalah terminal B atau AM dihubungkan ke baterai, Terminal IG dihubungkan ke (+) koil pengapian dan beban lain yang membutuhkan, terminal ST dihubungkan ke selenoid starter. Jika kunci kontak tersebut memiliki 4 terminal maka terminal yang ke 4 yaitu terminal ACC yang dihubungkan ke accesoris kendaraan, seperti: radio, tape dan lain-lainnya. Kunci kontak memiliki 4 posisi yaitu: OFF, ACC, ON dan START. 

3.      Koil Pengapian
Fungsi Koil
fungsi koil pada sistem pengapian kendaraan sangat sederhana, yaitu menaikkan tegangan listrik dari aki yang cuma 12 volt, menjadi ribuan volt. Arus listrik yang besar ini disalurkan ke busi, sehingga busi mampu meletikkan pijaran bunga api.

Yang biasa disebut sebagai "koil racing", adalah koil yang mampu menghasilkan tegangan listrik jauh lebih besar ketimbang koil standar. Apabila koil standar rata-rata menghasilkan tegangan antara 12 ribu hingga 15 ribu volt, maka koil racing bisa menghasilkan tegangan antara 60 ribu hingga 90 ribu volt.
Tentu saja, dengan tegangan listrik yang lebih besar itu, maka busi dapat menghasilkan pijaran api yang juga lebih besar. Hasilnya adalah pembakaran yang lebih sempurna.
Namun yang harus diingat adalah, tegangan besar bukan satu- satunya faktor penentu kualitas koil. 
Koil yang baik adalah koil yang mampu menghasilkan tegangan listrik relatif besar dan stabil pada hampir seluruh putaran mesin. Karena itu setelah menghasilkan tegangan maksimal pada putaran mesin tertentu, kurva tidak boleh menukik terlalu tajam. Kurva yang menukik terlalu banyak, menunjukkan kinerja yang buruk pada putaran (RPM) tinggi. Padahal pada RPM tinggi justru dibutuhkan pembakaran yang baik. 

4.      Distributor
Fungsi distributor dapat di bagi dalam 4 bagian:
1.      Bagian pemutus / arus .
Pada bagian ini terdiri daria. breaker point (contact point / point ). Fungsinya adalah untuk memutuskan arus listrik dan menghubungkannya dari kumparan primer coil ke massa agar terjadi induksi pada kumparan sekunder coil .induksi terjadi pada saat breaker point I putus atau terbuka

Camlobe ( nok )
Fungsinya adalah untuk mengungkit breaker point agar dapat memutus dan menghubungkan arus listrik pada kumparan primer coil.
Kondensor
Fungsinya adalah untuk menghilangkan /mencegah terjadinya loncatan api atau bunga api listrik pada breaker point. Kemampuan dari suatu kondensor dapat di tunjukkan dengan berapa besar kapasitasnya.kapasitas kondenser di ukur dalam (uf ) mikro farad pada kendaraan Toyota ,condenser yang di pergunakan ada 3 macam:
Condenser kabel warna hijau kapasitasnya 0,15 uf
Condenser kabel warna kuning kapasitasnya 0,22 uf Condenser kabel warna biru kapasitasnya 0,25 uf
Terbakarnya breaker point sering juga di akibatkan oleh condenser yang tidak sesuai dengan kapasitasnya atau kapasitasnya tidak normal.

2.      Bagian Distributor
Bagian ini berfungsi membagi – bagikan ( mendistribusikan )arus tegangan tinggi yang di hasilkan / di bangkitkan oleh kumparan sekunder pada ignition coil ke busi pada tiap –tiap silinder sesuai dengan urutan pengapian .bagian ini terdiri dari tutup distributor dan rotor.

3.                 Bagian Governor Advancer
Bagian ini berfungsi untuk memajukan saat pengapian sesuai dengan pertambahan mesin .bagian ini terdiri dari Governor weight dan governor spring ( pegas governor )
4.      Bagian Vakum Advancer
Bagian ini berfungsi untuk memundurkan atau memajukan saat pengapian pada saat beban mesin bertanmbah atau berkurang. Bagian ini terdiri dari breaker plate vakum advancer ,yang akan bekerja atas dasar kevakuman yang terjadi di dalam intake manifold.

5.                  Busi
Busi (dari bahasa Belanda bougie) adalah suatu suku cadang yang dipasang pada mesin pembakaran dalam dengan ujung elektroda pada ruang bakar. Busi dipasang untuk membakar bensin yang telah dikompres oleh piston. Percikan busi berupa percikan elektrik. Pada bagian tengah busi terdapat elektroda yang dihubungkan dengan kabel ke koil pengapian (ignition coil) di luar busi, dan dengan ground pada bagian bawah busi, membentuk suatu celah percikan di dalam silinder. Hak paten untuk busi diberikan secara terpisah kepada Nikola Tesla, Richard Simms, dan Robert Bosch. Karl Benz juga merupakan salah satu yang dianggap sebagai perancang busi.
Cara Kerja Busi:

Mesin pembakaran internal dapat dibagi menjadi mesin dengan percikan, yang memerlukan busi untuk memercikkan campuran antara bensin dan udara, dan mesin kompresi (mesin Diesel), yang tanpa percikan, mengkompresi campuran bensin dan udara sampai terjadi percikan dengan sendirinya (jadi tidak memerlukan busi).
Busi tersambung ke tegangan yang besarnya ribuan Volt yang dihasilkan oleh koil pengapian (ignition coil). Tegangan listrik dari koil pengapian menghasilkan beda tegangan antara elektroda di bagian tengah busi dengan yang di bagian samping. Arus tidak dapat mengalir karena bensin dan udara yang ada di celah merupakan isolator, namun semakin besar beda tegangan, struktur gas di antara kedua elektroda tersebut berubah. Pada saat tegangan melebihi kekuatan dielektrik daripada gas yang ada, gas-gas tersebut mengalami proses ionisasi dan yang tadinya bersifat insulator, berubah menjadi konduktor.
Setelah ini terjadi, arus elektron dapat mengalir, dan dengan mengalirnya elektron, suhu di celah percikan busi naik drastis, sampai 60.000 K. Suhu yang sangat tinggi ini membuat gas yang terionisasi untuk memuai dengan cepat, seperti ledakan kecil. Inilah percikan busi, yang pada prinsipnya mirip dengan halilintar atau petir mini.

6.                  Kabel Tegangan Tinggi
Kabel tegangan tinggi berfungsi untuk menyalurkan arus listrik tegangan tinggi hasil induksi sekunder koil ke busi. Tegangan yang dialirkan sebesar 15.000 volt sampai 30.000 volt.
Kabel tegangan tinggi terdiri dari tembaga yang diisolasi dengan karet silikon, karena arus yang mengalir tegangannya sangat tinggi maka isolatornya sangat tebal.

1.2.Pembahasan
A.    Prinsip Kerja Sistem Pengapian Konvensional
Berikut akan dijelaskan mengenai prinsip kerja sistem pengapian konvensional.
Prinsip kerja sistem pengapian konvensional ada dua kondisi yaitu kondisi saat kunci kontak ON platina menutup dan Aliran arus listrik pada saat platina membuka.
1.      Pada saat kunci kontak ON, Platina menutup

Aliran arusnya adalah sebagai berikut:
Baterai —-> Kunci kontak —-> Primer koil —-> Platina —-> Massa.
Akibat aliran listrik pada primer koil, maka inti koil menjadi magnet.
2.      Saat platina membuka
Saat platina membuka, arus listrik melalui primer koil terputus, terjadi induksi tegangan tinggi pada sekunder koil, sehingga arus akan mengalir seperti dibawah ini:

Sekunder koil —-> Kabel tegangan tinggi —-> Tutup distributor —-> Rotor —
Kabel tegangan tinggi (kabel busi) —-> Busi —-> Massa.

Akibat aliran listrik tegangan tinggi dari sekunder koil, mampu meloncati tahanan udara antara elektroda tengah dengan elektroda massa pada busi dan menimbulkan percikan bunga api.

B.     Jenis – Jenis Gangguan Pada Sistem Pengapian Konvensional
Kinerja sistem pengapian sangat besar pengaruhnya terhadap kesempurnaan proses pembakaran di dalam silinder, dengan sistem pengapian yang baik akan diperoleh performa mesin optimal dan pemakaian bahan bakar yang hemat.
Gangguan sistem pengapian konvensional pada motor bensin paling sering terjadi dibandingkan sistem lain.
Berikut akan diuraikan mengenai gejala dari gangguan pada sistem pengapian konvensional beserta dengan kemungkinan penyebab dan cara mengatasi gangguan yang terjadi pada sistem pengapian konvensional.

Tabel 1: tabel Gejala dari Gangguan pada Sistem Pengapian Konvensional beserta Kemungkinan Penyebab dan cara Mengatasi Gangguan pada Sistem Pengapian Konvensional.
No.
GEJALA
KEMUNGKINAN PENYEBAB
CARA MENGATASI
1
Mesin tidak dapat hidup (tidak ada percikan api di busi)
Busi mati atau deposit berlebihan.
Ganti busi atau bersihkan.
Kabel tegangan tinggi bocor berlebihan.
Ganti kabel tegangan tinggi.
Rotor tidak terpasang.
Pasang rotor.
Urutan pengapian tidak benar.
Perbaiki urutan pengapian.
Bersihkan kotorannya.
Platina menutup terus atau membuka terus.
Ganti koil
Ganti kondensator
Konektor kabel lepas
Pasang konektor kabel yang lepas
Kabel putus
Ganti atau perbaiki kabel yang putus
Kontak rusak
Ganti kontak
2
Mesin sulit hidup (percikan api dibusi kecil)
Deposit (penumpukan kerak) dibusi berlebihan.
Bersihkan atau ganti busi.
Kabel tegangan tinggi bocor.
Ganti kabel tegangan tinggi.
Tutup distributor kotor.
Bersihkan terminal ditutup distributor.
Karbon ditutup distributor hilang.
Pasang karbon atau ganti tutup distributor.
Tutup distributor retak.
Ganti tutup distributor.
Urutan pengapian tidak benar.
Perbaiki urutan pengapian.
Kontak platina kotor.
Bersihkan kontak atau ganti.
Setelan celah platina tidak tepat.
Setel celah platina atau sudut dwell.
Saat pengapian tidak tepat.
Saat setel pengapian
Koil rusak.
Ganti koil.
Kondensor rusak.
Ganti kondensor.
Konektor kabel kotor.
Bersihkan terminal konektor kabel.
3
Terjadi ledakan di knalpot
Busi kotor.
Bersihkan busi atau ganti busi
Platina kotor.
Bersihkan platina atau ganti.
Saat pengapian terlalu mundur.
Stel saat pengapian.

No.
GEJALA
KEMUNGKINAN PENYEBAB
CARA MENGATASI
4
Terjadi ledakan di knalpot saat pedal gas dilepas
Kerja acuum advancer kurang sempurna.
Perbaiki mekanisme acuum advancer.
5
Terjadi ledakan di knalpot saat pedal gas ditekan
Kerja centrifugal advancer kurang sempurna.
Perbaiki mekanisme centrifugal advancer.
6
Busi cepat kotor
Pemakaian busi yang tidak tepat
Ganti busi dengan tingkat panas yang tepat.
Platina kotor.
Bersihkan atau ganti platina.
Saat pengapian tidak tepat.
Stel saat pengapian.
7
Elektroda busi meleleh
Pemakaian tingkat busi yang terlalu panas.
Ganti busi dengan tingkat panas busi yang lebih dingin.

Posisi Platina
Hasil Pengukuran
Keterangan
Membuka
12 volt
Baik
0 volt
Platina hubung singkat
Kabel platina hubung singkat
Tidak ada arus ke koil pengapian
Menutup
0 volt
Baik
12 volt
Kontak platina terganjal kotoran
Kabel ke platina putus


 Anonym. 2013. System pengapian mobil konvensional. Diakses 28 Mei 2014. Diunduh dari  http://dunia-otomotif-mobil.blogspot.com
Tussama. Sistem pengapian. Diakses 28 Mei 2014. Diunduh dari http://qtussama.wordpress.com