Tampilkan postingan dengan label Pertanian. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pertanian. Tampilkan semua postingan

Selasa, 26 Juni 2018

PELAKSANAAN PENYADAPAN


Penyadapan adalah suatu kegiatan pokok dari pengusaha tanaman karet yang dimana bertujuan untu membuka pembuluh latek pada kulit pohon agar lateks cepat mengalir, kecepatan aliran lateks pada kulit pohon agar lateks cepat mengalir, kecepatan aliran lateks akan berkurang bila takaran cairan lateks pada kulit berkurang. Kulit karet dengan ketinggian 270 cm dari permukaan tanah merupakan modal petani karet untuk memperoleh pendapatan selama 25 tahun. Oleh karena itu penyadapan harus hati-hati agar tidak merusak kulit, jika terjadi kesalahan dalam penyadapan maka hasil produksi lateks akan berkurang dan akan merusak pohon karet tersebut. Untuk memperoleh hasil lateks yang baik, penyadap harus mengikuti aturan atau ketentuan dari perusahaan agar memeperoleh hasil produksi yang tinggi , menguntungkan serta tetap memeperhatikan kesehatan tanaman.
Penyadapan sebaiknya dilakukan sepagi mungkin yaitu setelah penyadapan dapat melihat tanaman dengan jelas sekitar pukul 05.00-09.00 karena tekanan turgo pada tanaman karet mencapai maksimum saat menjelang fajar.
Kegiatan penyadapan dilakukan dengan cara mengambil dan mengumpulkan scrub (lateks yang telah beku dijalur sadap), mengambil lump (sisa dari pengutipan lateks yang telah membeku dalam mangkok sadap) yang terdapat dimangkok sadap, pemasangan dan pembetulan talang sadap, menyadap dan membetulkan mangkok, pengumpulan lateks, pegangkutan ke gudang dan pembuatan slab (pembekuan lateks) sebelum disimpan di gudang.


Rabu, 20 Desember 2017

OBYEK OBSERVASI

Obyek penelitian dalam penelitian kualitatif yang diobservasi menurut Spradley dinamakan situasi social, yang terdiri atas tiga komponen yaitu place (tempat), actor (pelaku), dan activity (aktivitas).
1.      place, atau tempat dimana interaksi dalam situasi social sedang berlangsung
2.      actor, pelaku atau orang – orang yang sedang memainkan peran tertentu.
3.      Activity, atau kegiatan yang dilakukan oleh actor dalam situasi social yang sedang berlangsung.
Tiga elemen utama tersebut, dapat diperluas, sehingga apa yang dapat kita amati adalah:
1.      space: the physical space¸ ruang dalam aspek fisiknya
2.      actor: the people involve, yaitu semua orang yang terlibat dalam situasi social.
3.      Activity: a set of related acts people do, yaitu seperangkat kegiatan yang dilakukan orang
4.      Object: the physical things that are present, yaitu benda- benda yang terdapat ditempat itu
5.      Act: single actions that people do, yaitu perbuatan atau tindakan – tindakan tertentu.
6.      Event: a set of related activities that people carry out, yaitu rangkaian aktivitas yang dikerjakan orang – orang.
7.      Time, the sequencing that takes place over tim, yaitu ukuran kegiatan
8.      Goal: the things people are trying to accomplish, yaitu tujuan yang ingin dicapai orang – orang.
9.      Feeling: the emotion felt and expressed, emosi yang dirasakan dan diekspresikan oleh orang – orang.

Dalam melakukan pengamatan kita dapat menentukan pola sendiri, berdasarkan pola diatas. Misalnya akan melakukan pengamatan terhadap situasi social bidang pertanian, maka place­­-nya adalah lingkungan fisik pertanian, actor-­nya petani, penyuluh, dan orang – orang yang ada di lingkungan dengan segala aspek dan karakteristiknya, activity-nya adalah kegiatan budidaya tanaman, pra panen, dan pasca panen, dan lain – lain. 

disadur dari buku Metode Penelitian : Prof. Dr. Sugiyono

Selasa, 05 Desember 2017

Hama Bubuk pada Tanaman Karet

       Penyebab utama terjadinya serangan hama bubuk diduga semula dari serangan pathogen Fusarium pada batang tanaman karet. Fusarium merupakan parasit lemah yang dapat menginfeksi tanaman melalui luka dan kemudian pathogen terbawa ke dalam jaringan tanaman.
            Umumnya fusarium dapat bertahan hidup dalam tanah sampai beberapa tahun dalam kondisi dorman dalam bentuk clamydospora dengan membentuk dinding sel yang tebal. Fusarium merupakan parasit luka yang menyerang dan masuk ke dalam jaringan tanaman jika ada luka dikulit tanaman.
Masuknya pathogen ke dalam jarigngan tanaman melalui luka jika pada waktu terjadi luka terdapat inokulum pathogen maka inokulum pathogen akan mudah masuk ke dalam jaringan tanaman dan menginfeksi tanaman sehingga menyebabkan pelemahan dan pembusukan jaringan kulit. Kulit yang busuk tidak akan menghasilkan lateks. Tetapi pada panel sehat pada pohon yang sama masih menghasilkan lateks. Selain itu juga panel sadap yang terserang menjadi rentan terhadap serangan kumbang bubuk. Akibatnya batang tanaman karet menjadi lapuk dan mudah patah. Infeksi awal yang terjadi terlambat terdeteksi dan diindetifikasi sehingga menyebar dan meluas. Penyebaran / penularan penyakit dari pohon sakit ke pohon sehat lainnya dapat terjadi melalui pisau sadap.
Untuk mencegah meluasnya serangan penyakit fusarium dan hama bubuk, maka perlu diambil tindakan sebagai berikut:
1.      Mencegah meluasnya dan terjadinya serangan penyakit pada batang tanaman karet agar tidak terjadi serangan jama bubuk.
2.      Pengendalian penyakit batang fusarium dapat dilakukan dengan cara pelumasan fungisida berbahan aktif benomyl (benlate), carbendazim (derosal 60 WP), dan tridemorf (Calixin RM) dengan konsentrasi 0.2 – 0.5 %
3.      Tanaman yang mendapat serangan hama bubuk sebaiknya penyadapan diteruskan pada bidang yang sehat dengan interval sadap yang diturunkkan. Hal ini bertujuan untuk mencegah / mengisolasi meluasnya serangan pada kulit yang masih sehat, dengan catatan pisau sadap sebelum digunakan terlebih dahulu didisinfektan dengan alkhohol 70 %, formalin 1 %, atau chlorox. Untuk mengendalikan hama bubuk dilakukan aplikasi insektisida berbahan aktif carbaryl (sevin 80 s, sevin 50 wp), deltametrin (decis 25 f), atau lamda sihalotrin (matador 25 EC) dengan konsentrasi 0.5 – 1 %.

4.      Cara pengobatan. Bagian kulit yang mongering / mati dikerok hingga ke bagian jaringan kulit yang sehat. Setelah dikerok, segera lumas dengan larutan insektisida dan keesokan harinya dilumas dengan larutan fungisida. Aplikasi insektisida maupun fungisida dilakukan sebanyak 4 – 5 kali, atau sampai tidak terjadi infeksi baru lagi. Interval aplikasi 5  - 7 hari. Untuk mencegah meluasnya infeksi ke jaringan kulit yang masih sehat. Dapat dilakukan dengan membuat isolasi yakni memotong jaringan kulit sehat kurang lebih 5 cm dari batas kulit sakit dengan kedalaman kurang lebih 2 mm dari cambium. 

Rabu, 22 November 2017

Diversifikasi Karet Nilam

Umumnya petani karet menunggu selama 5 sampai dengan 6 tahun untuk menikmati keuntungan pertanamannya. Namun berbeda dengan petani di Kotawaringin Timur melalui inovasi penanaman karetnya. Jika petani karet biasanta menutup areal pertanaman karetnya dengan tanaman kacang – kacangan (cover crop), yang kurang bernilai ekonomi, maka petani di Provinsi Kalimantan memilih menanam nilam.
Tidak dipungkiri, nilam merupakan salah satu tanaman perkebunan bernilai ekonomi tinggi. Prospek ekspor komoditi ini masih cukup besar, seiring semakin tingginya permintaan terhadap parfum / kosmetika. Dapat dikatakan bahwa hingga saat ini belum ada produk apapun baik alami maupun sintetis yang dapat digantikan minyak nilam dalam posisinya sebagai fiksasi (Agroindo, 2008).
Tanaman nilam, oleh petani ditanam disela – sela karet hingga berumur 3 tahu. Dan 6 bulan setelah menggarap dan menanam bibit nilam, petani di Kotawaringin Timur sudah bisa menghitung lembaran uang dari penjualan nilam.
Bibit nilam bermutu tidak sulit diperoleh, petani di Kotawaringin Timur mendapatkannya dari Barittro Bogor dengan jenis varietas Sidikalang, sedangkan bibit karet petani menggunakan klon – klon unggul penangkar.
Trik Tumpang Sari Karet – Nilam
            Petani melaksanakan pembersihan laha n untuk menanam bibit karet dengan jarak tanam 4 meter x 6 meter. Lahan yang sudah bersih diberi ajir sesuai dengan jarak tanam. Kemudian dibuat lobang dengan ukuran 30 cm x 30 cm. setelah lahan dibersihkan dari bibit karet ditanam, lalu dilaksanakan penanaman nilam disela – sela tanaman karet dengan jarak tanam 1 meter x 1 meter. Setelah ditanam bibit karet maupun bibit nilam diberi kapur sebanyak 100 gram untuk setiap lobam tanam.
            Pada tanaman nilam diberikan pupuk organi triba. Setelah tanaman nilam berumur satu bulan dilaksanakan penyiangan dan pembubunan. Untuk mencegah serangan hama tanaman disemprot perstisida alami yang dibuat menggunakan EM-4. Untuk daerah – daerah dengan pabrik pengolahan kelapa sawit dapat menggunakan kompos yang berasal dari jajang kosong kelapa sawit yang sudah dipotong – potong dan difermentasi.
Mari Menikmati Hasil
            Panen nilam pertama dilakukan enam bulan setelah tanam, panen berikutnya dilakukan setiap 3 bulan. Coba kita perhatikan keuntungan yang diperoleh petani. Dengan asumsi petani menanam sebanyak 10.000 tanaman per hektar dan setiap pohon menghasilkan 1 Kg daun basah, maka petani mendapatkan 10.000 kg setiap panen.
            Jika daun basah ditingkat pengumpul adalah Rp 1300 / kg maka penghasilan petani mencapai Rp13.000.000 setiap kali panen untuk luas tanaman 1 ha. Bukankah penghasilan sampingan yang cukup menggiurkan. Keuntungan akan lebih menarik jika petani menjual dalam bentuk minyak nilam. Maka keuntungan pertanaman nilam selama 3 tahun sama mensejahterakan dengan hasil tanaman karet itu sendiri.

            Tentunya inovasi petani ala Kotawaringin Kalimantan Timur ini layak juga untuk ditiru, khusus di wilayah pengembangan karet lainnya. 

disadur dari buku Budidaya Karet Unggul , Haryanto Budiman

Rabu, 20 Juli 2016

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN KARET

a.      Pengendalian Hama
1.      Rayap (Micro termes inspiratus)
a.       Gejala
Bagian stump rusak, bagian kulit pada bidang sadap rusak, sehingga mengganggu proses penyadapan. Akar tanaman terputus-putus, bahkan tidak lagi berujung yang mengakibatkan batang karet mudah roboh.
b.      Pengendalian
Pengendalian yang dilakukan adalah dengan cara manual yaitu dengan menghancurkan rumah rayap dengan menggunakan parang. Pengendalian dengan kimiawi yaitu dengan disemprot insektisida berbahan aktif fipronil dengan konsentrasi 2 cc/liter air.

2.      Babi Hutan
a.       Gejala
Membongkar dan mematahkan tanaman karet. Babi hutan menyerang tanaman karet yang masih muda, yang menyebabkan kulit dan batang tanaman muda tampak terkerat, bahkan ada tanaman karet yang tumbang, dikarenakan tanah disekitarnya terbongkar oleh babi hutan.
b.      Pengendalian
Pengendalian yaitu dengan memberi pagar pembatas yang mengelilingi sekitar areal yang sering diganggu babi hutan. Pagar dibuat setinggi 1,5-2 m dengan menggunakan kayu atau bambu, kemudian diberi plastik mengelilingi tanaman karet muda yang sering diserang oleh babi, setelah itu beri umpan yang mengandung racun babi, dengan cara memberi umpan ketela pohon yang sudah dimasukkan racun babi (temik). Selain itu dilakukan dengan cara mengusir babi hutan dengan membunyikan bunyian keras sepeti memukul kentungan, dan juga diusir dengan cara membersihkan dari semak belukar, terutama lahan yang terserang oleh babi hutan.
3.      Tapir
a.       Gejala
Tanaman muda daunnya rontok dan tampak tidak berkulit dan sekeliling kulit batang Tanaman tampak habis digerogoti oleh binatang. Binatang ini sering memakan daun dan kulit tanaman karet yang masih muda.
b.      Pengendalian
Pengendalian dilakukan dengan cara diusir dengan cara membunyikan bunyian keras seperti ledakan, dan melakukan penjagaan pada areal tanaman karet.
b.Pengendalian penyakit.
1.      Jamur akar putih (Riqidoporus microporus)
a.       Gejala
Daun-daun tanaman menjadi pucat kuning, kemudian gugur dan membentuk bunga atau buah lebih cepat serta dapat menyebabkan kematian pada pohon. Akar tanaman karet tampak benang-benang jamur putih yang agak tebal. Benang-benang tersebut menempel kuat pada akar sehingga sulit dilepas, sehingga akar tanaman yang sakit akhirnya membusuk, lunak,dan berwarna coklat.

Text Box: A



b.      Pengendalian
Pengendalian penyakit ini dengan cara menggali tanah melingkar sampai jarak 20 cm di sekitar pohon yang terkena jamur akar putih dengan menggunakan cangkul, kemudian gali dengan kedalaman 5 cm agar fungisida dapat meresap ke dalam tanah sekitar tanaman. Pengendalian penyakit ini menggunakan anvil  yang di campur dengan air dengan takaran 10 cc/liter air untuk terserang penyakit jamur putih dan diberikan pada pohon dengan takaran 5 cc/liter ait untuk pencegahan. Pengobatan tanaman yang sakit dilakukan pada waktu serangan dini untuk mendapat keberhasilan dalam pengobatan dan mengurangi resiko kematian tanaman.
2.      Jamur upas
a.       Gejala
Pada pangkal atau bagian atas perkecambahan tampak benang-benang berwarna putih seperti sutera. Sekumpulan benang ini membentuk lapisan kerak berwarna merah kemudian berubah menjadi lapisan tebal berwarna merah tua. Bagian tanaman yang terserang akan mengeluarkan lateks berwarna cokelat kehitaman yang meleleh dipermukaan batang tanaman, yang membuat cabang karet akan mati dan mudah patah.
b.      Pengendalian
Pengobatan harus dilaksanakan seawal mungkin, yaitu pada saat terlihat gejala serangan awal. Pengobatan di lakukan dengan melumaskan fungisida dengan kandungan 90 0,5%, Calixin MR, Dowco 262. Selain itu memotong batang yang terserang jamur upas.



Senin, 20 Juni 2016

ANALISA KETAHANAN PANGAN MASYARAKAT













Pentingnya penciptaan ketahanan pangan sebagai wahana penguatan stabilitas ekonomi dan politik, jaminan ketersediaan pangan dengan harga yang terjangkau dan menjanjikan untuk mendorong peningkatan produksi. Pemenuhan pangan yang cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau oleh seluruh rumah tangga merupakan sasaran utama dalam pembangunan ekonomi. Permintaan pangan yang meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk, mendorong percepatan produksi pangan dalam rangka terwujudnya stabilisasi harga dan ketersediaan pangan, sehingga ketahanan pangan sangat terkait dengan kemampuan pemerintah untuk menjaga stabilisasi penyediaan pangan serta daya dukung sektor pertanian.
Namun kepadatan penduduk yang diperkuat dengan penyusutan areal tanam, khususnya penurunan luas lahan pertanian produktif akibat konversi lahan untuk kepentingan sektor non-pertanian, serta kecilnya margin usaha tani yang berkonsekuensi pada rendahnya motivasi petani untuk meningkatkan produksi, serta adanya kendala dalam distribusi pangan sebagai akibat keterbatasan jangkauan jaringan sistem transportasi, ketidaktersediaan produk pangan sebagai akibat lemahnya teknologi pengawetan pangan, diperkuat lagi dengan kakunya (rigid) pola konsumsi pangan sehingga menghambat upaya pencapaian kemandirian/ketahanan pangan. Kondisi yang demikian tersebut makin memperpanjang fenomena kemiskinan dan ketahanan pangan yang dihadapi.
Undang-undang No. 7 tahun 1996 tentang Pangan, pada pasal 1 ayat 17, menyebutkan “ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau”.
Sesungguhnya ruh dari program ketahanan pangan adalah ketersediaan dan aksesibilitas masyarakat terhadap bahan pangan secara adil dan merata. Ketersediaan mengandung nilai semangat produktifitas, adapun aksesibilitas mencakup bagaimana pemenuhan hak asasi serta keterjangkauan termasuk dayabeli seluruh rakyat akan pangan. Produktifitas mengandung nilai kemandirian dan keberdayaan. Adapun pemenuhan hak asasi rakyat akan pangan berhubungan bagaimana proses demokratisasi pemerintahan berjalan dengan baik.
Ketahanan pangan bukan berarti kemandirian dalam bidang pengembangan pangan. Namun, ketahanan pangan adalah kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan akan pangan bagaimanapun mereka mendapatkannya. Ukuran dari ketahanan pangan adalah kemampuan daya beli masyarakat dalam memperolah kebutuhan pangan, sandang, dan papan. Kemampuan daya beli masyarakat dapat dilihat dari sumber pendapatan masyarakat dapat memenuhi kebuthan masyarakat. Berikut adalah beberapa sumber pendapatan utama masyarakat pada daerah dengan mayoritas perkebunan kelapa sawit, dan karet:
1.      Perkebunan Karet dan Kelapa Sawit
Dua komoditi perkebunan ini merupakan produk unggulan di Provinsi Jambi. Mayoritas penduduk Provinsi Jambi mengusahakan tanamaan karet dan kelapa sawit sebagai sumber pendapatan utama. Hampir seluruh masyarakat Desa mengandalkan komoditi perkebunan karet dan sebagian kecil perkebunan kelapa sawit. Komoditi perkebunan ini sangat menjanjikan karena memiliki perawatan yang relatif mudah, dan memiliki hasil panen yang menjanjikan. Meskipun fluktuasi harga tidak menyebabkan komoditi tanaman perkebunan ini ditinggalkan oleh pemiliknya.
Umumnya Masyarakat Desa menjual hasil kebun langsung kepada tengkulak / toke. Tidak adanya pasar lelang karet kerap menjadikan hambatan masyarakat untuk mendapatkan harga yang lebih tinggi dan layak sesuai dengan kulaitas hasil kebun yang dimiliki. Namun, hasil dari tanaman perkebunan ini masih snagat mencukupi kebutuhan hidup – hidup sehari – hari.
2.      Pegawai
Pegawai merupakan pekerja atau karyawan baik negeri maupun swasta yang berpenghasilan tetap setiap bulannya. Pegawai banyak menjadi primadona masyarakat terutama yang memiliki pendidikan tinggi. Nilai penghasilan yang tetap setiap bulannya memudahkan dalam mengatur kebutuhan keuangan untuk satu periode atau sampai waktu gajian berikutnya.
Sumber pendapatan utama merupakan sumber penghasilan pokok untuk menopang kehidupan sehari – hari masyarakat. Selain sumber pendapatan utama, sebagian masyarakat Desa juga memiliki sumber pendapatan sampingan untuk menambah penghasilan. Berikut  beberapa sumber pendapatan masyarakat Desa:
1.      Buruh Tani dan Buruh Perusahaan
Buruh tani / perusahaan  selain merupakan sumber penghasilan utama, dapat juga bergeser menjadi sumber pendapatan sampingan. Masyarakat memanfaatkan waktu luang mereka dengan bekerja sebagai buruh tani maupun sebagai buruh perusahaan. Rata – rata tingkat pendidikan dan ekonomi yang rendah mendasari masyarakat hanya mampu bekerja sebagai buruh.
2.      Pedagang Warung / Kios
Penduduk Desa memanfaatkan waktu luang mereka untuk menambah penghasilan dengan cara membuka warung / kios. Warung / kios biasanya dijaga oleh ibu – ibu sedangkan suaminya bekerja di ladang / kebun. Ibu- ibu selain juga menjaga rumah mereka juga mampu untuk menambah penghasilan keluarga. Selain itu, pada saat harga komoditi perkebunan rendah, warung / kios dapat bergeser menjadi penghasilan utama.
3.      Tukang Kayu, Tukang Batu, dan Bengkel
Tukang kayu dan batu merupakan tukang yang jika ada panggilan bekerja mereka akan dapat bekerja. Rata – rata tukang ini memiliki pendapatan utama sebagai petani perkebunan. Bengkel motor juga buka pada waktu tengah hari setelah pemilik / pekerja bengkel bekerja di kebun.
Aksesibiltas  pangan Desa ditentukan oleh tiga faktor, yaitu ketersediaan, konsumsi, dan distribusi. Ketersediaan pangan akan menjamin tingkat ketahanan pangan tersebut disuatu desa. Ketersediaan pangan di Desa dipenuhi oleh pasar. Kemudahan akses jalan yang terletak di antara dua provinsi yaitu Provinsi Jambi dan Sumatra Barat membuat kemudahan akses menuju daerah manapun.
Distribusi pangan yang merata ke semua penduduk Desa merupakan faktor utama dalam hal memenuhi kebutuhan masyarakat. Distribusi pangan dipengaruhi oleh kemudahan akses jalan dan terhindar dari keterisoliran. Daerah yang terisolasi akan menyulitkan dalam mendistribusikan bahan pangan ke daerah tersebut.
Konsumsi pangan erat kaitannya dengan kemampuan daya beli masyarakat. Ketika kemampuan daya beli masyarakat tinggi maka tingkat konsumsi pangan masyarakat juga tinggi. Tinggi berarti tingkat pemenuhan gizi seperti karbohidrat, protein, dan vitamin tercukupi. Namun ketika daya beli masyarakat menurun dan rendah konsumsi pangan hanya terkesan seadanya. Masyarakat mengatakan hasil kebun cukup untuk makan seadanya saja sudah senang.
Mayoritas masyarakat Desa mengandalkan tanaman perkebunan karet dan sawit sebagai penghasilan utama. Ketika harga kedua komoditi ini tinggi diatas harga batas kecukupan rumah tangga. Maka kehidupan penduduk Desa sejahtera. Ukuran kesejahteraan ini dapat dilihat dari kemampuan daya beli masyarakat dalam konsumsi pangan dan kemampuan dalam meningkatkan gengsi mereka. Namun, pada saat harga dua komoditi ini terpuruk dan terjun bebas, menjadikan masyarakat hanya mampu makan seadanya, dan mengesampingkan gengsi.


Senin, 28 Maret 2016

Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) KARET : Penyiangan dan Wiwilan

1. Penyiangan Gulma
Penyiangan secara manual yaitu kegiatan membersihkan gulma yang berkayu maupun tidak berkayu pada areal stripan karet TBM. Penyiangan Gulma dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara manual maupun secara kimiawi. Penyiangan secara manual dapat menggunakan parang dan cangkul, sedangkan penyiangan secara kimiawi dapat menggunakan knapsack spayer dengan larutan herbisida sistemik gliphosate yang telah dicampurkan dengan air dengan dosis 7 cc/liter air ke rumput atau gulma pengganggu.
2. Kegiatan Pemangkasan Tunas Palsu (Wiwilan)
Wiwilan atau pembuangan tunas liar pada batang utama dengan menggunakan pisau dan gunting. Dalam kegiatan wiwilan terdapat dua sub kegiatan yang dikerjakan secara bersamaan yaitu pemangkasan tunas palsu dan pembersihan mucuna dari pohon. Kegiatan pemangkasan tunas palsu yang dipotong adalah tunas yang tumbuh di daerah 2,7 m – 3 m dari pangkal pohon. Pemotongan tunas liar dilakukan sebelum tunas berkayu, karena cabang yang telah berkayu selain sukar dipotong, juga akan merusak batang jika pemotongannya kurang hati-hati.

Rabu, 23 Maret 2016

Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) Karet : PEMUPUKAN


Perencanaan Pemeliharaan merupakan suatu rencana kegiatan yang dibuat dan disusun  pada tingkat afdeling atau divisi melibatkan asisten dan para mandor setelah itu di rekomendasikan di tingkat site manajer selanjutnya di kirim ke pusat untuk mendapatkan persetujuan. perencanaan dilakukan agar pelaksanaan pemeliharaan dapat berjalan sesuai dengan ketetapan, guna mencapai tujuan yang efesien dan efektif. 
Kegiatan pemeliharaan tanaman belum menghasilkan antara lain pemupukan, penyiangan, wiwilan, pengendalian hama dan penyakit.

Tabel 1. Kriteria Masa TBM Berdasarkan Usia Setelah Tanam
Usia
Keterangan
≤ 12 Bulan
TBM 1
13 Bulan - 24 Bulan
TBM 2
25 Bulan - 36 Bulan
TBM 3
37 Bulan - 48 Bulan
TBM 4
49 Bulan - 60 Bulan
TBM 5

Pemupukan
Pemupukan bertujuan untuk menjaga dan mencukupi unsur hara dan tanah sehingga mampu mendukung pertumbuhan dan potensi produksi tanaman. Jenis pupuk yang digunakan dalam pengelolaan perkebunan karet antara lain adalah pupuk kimia dan pupuk organik.
Kegiatan pemupukan untuk seluruh tanaman karet baik tanaman belum menghasilkan maupun tanaman yang sudah menghasilkan. Penggunaan pupuk yang tepat dan sesuai akan mampu mengoptimalkan penggunaan pupuk dan memaksimalkan hasil yang diperoleh. Pada perkebunan besar dosis pemupukan dapat dilakukan dengan uji sampel tanah, dan daun sehingga dapat ditentukan jumlah pemupukan yang tepat untuk setiap tanaman.
Namun, pada perkebunan rakyat pemupukan didasarkan pada rutinitas dan kemampuan petani dalam melakukan pemupukan. Tidak bisa dipungkiri, setiap petani menentukan dosis pemupukan yang berbeda – beda untuk tanamannya. Hal ini terjadi karena tanaman karet yang ditanam beragam, dan kemampuan ekonomi itu sendiri. Tabel berikut dapat dijadikan pedoman bagi petani dalam menentukan dosis pemupukan pada tanaman karetnya.
Dosis pemupukan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2: Dosis Pemupukan  Tanaman Karet
Umur

Bulan Setelah Tanam
Urea
Rock Phosphate
SP 36
KCL
Kieserite
LCC (Legume Cover Crop)

300 kg/Ha




                              ................. gr/pohon.............
Lobang Tanam (Pit Hole)

500



1 Thn
2
25




4
25

100
25
25
6
50


50

9
75

100
75
50
12
100




Jumlah
275

200
150
75
2 Thn
15
75

100
100
25
18
75

100
100
50
22
100




Jumlah
250

200
200
75
26
125

200
200
100
3 Thn
32
125





Jumlah
250

200
200
100
4 Thn
38
150

250
250
100
44
150




Jumlah
300

250
250
100
5 Thn
Tergantung Hasil Analisa Daun