Masyarakat
selalu beranggapan jika harga cabai tinggi, maka petanilah pihak yang sangat
diuntungkan. Mereka suka berhitung sederhana, jika bertanam cabai satu hektar
dengan hasil panen minimum 5 ton, harga ditingkat petani Rp 50.000/kilogram,
dan biaya produksi sekitar Rp50 juta, maka petani akan mengeruk keuntungan
sebesar Rp 200 juta hanya dalam waktu sekitar 7 bulan. Sungguh sebuah analisis
yang tidak salah jika kondisi cuaca sangat mendukung pertumbuhan tanaman mulai
dari waktu penanaman hingga panen berakhir.
Faktanya, saat harga cabai melambung
tinggi seperti yang terjadi pada akhir tahun 2010 dan berlanjut hingga awal
tahun 2011, justru mayoritas petani cabai yang mengalami kerugian. Banjir yang
melanda bisa diantisipasi karena pada waktu dan daeah tertentu selalu terjadi
banjir. Hujan dengan curah dan intensitas tinggi pun masih bisa diupayakan
penanganannya untuk meminimalisasi kerusakan tanaman. Namun, datangnya angin dengan kecepatan tinggi membuat banyak
petani cabai tidak berkutik dan menyerah pasrah.
Tingginya kecepatan angin akan
merobek – robek daun dan menggoyang buah dan bakal buah sampai rontok, bahkan
mampu mencabut perakaran tanaman. Belum lagi kondisi kelembapan dan suhu udara
yang berubah – ubah akan meningkatkan serangan penyakit tanaman yang disebabkan
oleh jamur. Salah satu yang paling parah dampaknya adalah penyakit antraknosa
buah.
Disinyalir, buah yang bisa dipanen
pada situasi cuaca ekstrem tersebut hanya berkisar 10 – 20 % dari potensi
produksi yang seharusnya. Pedagang cabai juga menanggung resiko besar karena
kondisi fisik hasil panen mudah rusak dan tidak tahan lama. Namun, diantara
kedua belah pihak, posisi pedagang lebig diuntungkan daripada petani. Sungguh
sangat tidak adil. Padahal petani yang lebih banyak mengeluarkan modal, tenaga,
pikiran, dan waktu untuk menunggu panen. Sementara itu, pihak pedagang yang
justru menanggung resiko lebih kecil. Membaca fakta seperti itu, sudah
saatnyalah petanilah yang seharusnya lebih Berjaya.
disadur dari buku Panen Cabai Sepanjang Tahun penulis Ir Wahyudi : Agromedia 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar