Rabu, 11 Oktober 2017

MAKALAH KEMISKINAN DI INDONEISA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kemiskinan merupakan fenomena yang sudah ada sejak zaman pra reformasi, sampai masa reformasi saat ini. Dan merupakan hal yang kompleks karena menyangkut berbagai macam aspek seperti hak untuk terpenuhinya pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, dan sebagainya. Salah satu penghambat pembangaunan ekonomi adalah kemiskinan. Ia merupakan tolak ukur bagi sebuah negara apakah pembangunan yang tengah berlangsung dapat di nikmati oleh segenap warga negaranya tanpa memandang hal-hal yang bersifat atributif. Dengan kata lain, pembangunan yang berlangsung benar-benar merata dalam masyarakat.
Kemiskinan bukan merupakan sesuatu yang berdiri sendiri, sebab ia merupakan akibat dari tidak tercapainya pembangunan ekonomi yang berlangsung. Dalam hal ini, kemiskinan akan makin bertambah seiring tidak terjadinya pemerataan pembangunan. Ini merupakan masalah yang signifikan yang sedang dihadapi oleh pemerintah kita pada saat ini. Begitu banyak upaya pemerintah dalam membuat berbagai kebijakan demi mengatasi permasalahan kemiskinan tersebut, akan tetapi, kemiskinan masih saja belum bisa diatasi sepenuhnya oleh pemerintah.
Agar kemiskinan di Indonesia dapat menurun diperlukan dukungan dan kerja sama dari pihak masyarakat dan keseriusan pemerintah dalam menangani masalah ini. Melihat kondisi negara Indonesia yang masih memiliki angka kemiskinan tinggi, penulis tertarik untuk mengangkat masalah kemiskinan di Indonesia dan penanggulangannya.Penulis berharap dengan karya tulis ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka mengentaskan kemiskinan dari Negara tercinta ini.

1.2 Perumusan Masalah
1.            Bagaimana defenisi kemiskinan?
2.            Apa masalah Kemiskinan di Indonesia?
3.            Faktor apa yang menyebabkan kemiskinan di Indonesia?
4.            Bagaimana kebijakan menanggulangi masalah kemiskinan di Indonesia?



1.3 Tujuan Penulisan
1.            Mengetahui defenisi kemiskinan
2.            Mengetahui masalah kemiskinan di Indonesia
3.            Mengetahui faktor penyebab terjadinya kemiskinan di Indonesia
4.            Mengetahui kebijakan pemerintah dalam menanggulangi masalah kemiskinan di Indonesia



BAB II
PEMBAHASAN
2.1Defenisi Kemiskinan
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa untuk dipunyai seperti makanan , pakaian , tempat berlindung dan air minum, hal-hal ini berhubungan erat dengan kualitas hidup . Kemiskinan kadang juga berarti tidak adanya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah kemiskinan dan mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga negara.Kemiskinan merupakan masalah global.Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan.
Dari berbagai sudut pandang tentang pengertian kemiskinan, pada dasarnya bentuk/jenis kemiskinan dapat dikelompokkan menjadi tiga pengertian, yaitu:
1. Kemiskinan Absolut
Seseorang dikategorikan termasuk ke dalam golongan miskin absolut apabila hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum, yaitu: pangan, sandang, kesehatan, papan, dan pendidikan.
2.Kemiskinan Relatif
Seseorang yang tergolong miskin relatif sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan tetapi masih berada di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya. Kemiskinan ini dilihat dari aspek ketimpangan sosial, karena ada orang yang sudah dapat memenuhi kebutuhan dasar minimumnya tetapi masih jauh lebih rendah dibanding masyarakat sekitarnya (lingkungannya). Semakin besar ketimpangan antara tingkat penghidupan golongan atas dan golongan bawah maka akan semakin besar pula jumlah penduduk yang dapat dikategorikan miskin, sehingga kemiskinan relatif erat hubungannya dengan masalah distribusi pendapatan.
3.      Kemiskinan Kultural
Kemiskinan ini berkaitan erat dengan sikap seseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantunya. mereka merasa miskin karena membandingkan dirinya dengan orang lain atau pasrah dengan keadaannya dan menganggap bahwa mereka miskin karena turunan, atau karena dulu orang tuanya atau nenek moyangnya juga miskin, sehingga usahanya untuk maju menjadi kurang.
Keluarga miskin adalah pelaku yang berperan sepenuhnya untuk menetapkan tujuan, mengendalikan sumber daya, dan mengarahkan proses yang mempengaruhi kehidupannya. Ada tiga potensi yang perlu diamati dari keluarga miskin yaitu:
1. Kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar contohnya dapat dilihat dari aspek pengeluaran keluarga, kemampuan menjangkau tingkat pendidikan dasar formal yang ditamatkan, dan kemampuan menjangkau perlindungan dasar.
2. Kemampuan dalam melakukan peran sosial akan dilihat dari kegiatan utama dalam mencari nafkah, peran dalam bidang pendidikan, peran dalam bidang perlindungan, dan peran dalam bidang kemasyarakatan.
3. Kemampuan dalam menghadapi permasalahan dapat dilihat dari upaya yang dilakukan sebuah keluarga untuk menghindar dan mempertahankan diri dari tekanan ekonomi dan non ekonomi.

2.2 Masalah Kemiskinan di Indonesia
Kemiskinan merupakan masalah yang ditandai oleh berbagai hal antara lain rendahnya kualitas hidup penduduk, terbatasnya kecukupan dan mutu pangan, terbatasnya dan rendahnya mutu layanan kesehatan, gizi anak, dan rendahnya mutu layanan pendidikan. Selama ini berbagai upaya telah dilakukan untuk mengurangi kemiskinan melalui penyediaan kebutuhan pangan, layanan kesehatan dan pendidikan, perluasan kesempatan kerja dan sebagainya.
Pemecahan masalah kemiskinan memerlukan langkah-langkah dan program yang dirancang secara khusus dan terpadu oleh pemerintah dan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Penulis ingin menitikberatkan karya ilmiah ini dengan 3 masalah utama kemiskinan di Indonesia, yaitu: terbatasnya kecukupan dan mutu pangan, terbatasnya dan rendahnya mutu layanan kesehatan, serta terbatasnya dan rendahnya mutu layanan pendidikan.

· Terbatasnya Kecukupan dan Mutu Pangan
Hal ini berkaitan dengan rendahnya daya beli, ketersediaan pangan yang tidak merata, dan kurangnya dukungan pemerintah bagi petani untuk memproduksi beras sedangkan masyarakat Indonesia sangat tergantung pada beras. Permasalahan kecukupan pangan antara lain terlihat dari rendahnya asupan kalori penduduk miskin dan buruknya status gizi bayi, anak balita, dan ibu.
· Terbatasnya dan Rendahnya Mutu Layanan Kesehatan
Hal ini mengakibatkan rendahnya daya tahan dan kesehatan masyarakat miskin untuk bekerja dan mencari nafkah, terbatasnya kemampuan anak dari keluarga untuk tumbuh kembang, dan rendahnya kesehatan para ibu.Salah satu indikator dari terbatasnya akses layanan kesehatan adalah angka kematian bayi.Data Susenas (Survai Sosial Ekonomi Nasional) menunjukan bahwa angka kematian bayi pada kelompok pengeluaran terendah masih di atas 50 per 1.000 kelahiran hidup.
· Terbatasnya dan Rendahnya Mutu Layanan Pendidikan
Hal ini disebabkan oleh tingginya biaya pendidikan, terbatasnya kesediaan sarana pendidikan, terbatasnya jumlah guru bermutu di daerah, dan terbatasnya jumlah sekolah yang layak untuk proses belajar-mengajar. Pendidikan formal belum dapat menjangkau secara merata seluruh lapisan masyarakat sehingga terjadi perbedaan antara penduduk kaya dan penduduk miskin dalam masalah pendidikan.

2.3 Faktor Penyebab Kemiskinan di Indonesia
Ada dua kondisi yang menyebabkan kemiskinan bisa terjadi, yaitu:
1. Kemiskinan alamiah
Kemiskinan alamiah terjadi akibat sumber daya alam yang terbatas, penggunaan teknologi yang rendah, bencana alam,dan karena seseorang atau suatu masyarakat tak mau berusaha dengan kerja keras.
2. Kemiskinan buatan
Kemiskinan ini terjadi karena lembaga-lembaga yang ada di masyarakat membuat sebagian anggota masyarakat tidak mampu menguasai sarana ekonomi dan berbagai fasilitas lain yang tersedia hingga mereka tetap miskin.
Bila kedua faktor penyebab kemiskinan tersebut dihubungkan dengan masalah mutu pangan, kesehatan, dan pendidikan maka dapat disimpulkan beberapa faktor penyebab kemiskinan antara lain:
1.     Kurang tersedianya sarana yang dapat dipakai keluarga miskin secara layak misalnya puskesmas, sekolah, tanah yang dapat dikelola untuk bertani.
2.     Kurangnya dukungan pemerintah sehingga keluarga miskin tidak dapat menjalani dan mendapatkan haknya atas pendidikan dan kesehatan yang layak dikarenakan biaya yang tinggi
3.     Rendahnya minat masyarakat miskin untuk berjuang mencapai haknya karena mereka kurang mendapat pengetahuan mengenai pentingnya memliki pendidikan tinggi dan kesehatan yang baik.
4.     Kurangnya dukungan pemerintah dalam memberikan keahlian agar masyarakat miskin dapat bekerja dan mendapatkan penghasilan yang layak.
5.     Wilayah Indonesia yang sangat luas sehingga sulit bagi pemerintah untuk menjangkau seluruh wilayah dengan perhatian yang sama. Hal ini menyebabkan terjadi perbedaan masalah kesehatan, mutu pangan dan pendidikan antara wilayah perkotaan dengan wilayah yang tertinggal jauh dari perkotaan.

2.4 Program yang dilaksanakan pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan
Beberapa program yang tengah digalakkan oleh pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan antara lain dengan memfokuskan arah pembangunan pada tahun 2008 pada pengentasan kemiskinan. Fokus program tersebut meliputi 5 hal antara lain pertama menjaga stabilitas harga bahan kebutuhan pokok; kedua mendorong pertumbuhan yang berpihak pada rakyat miskin; ketiga menyempurnakan dan memperluas cakupan program pembangunan berbasis masyarakat; keempat meningkatkan akses masyarakat miskin kepada pelayanan dasar; dan kelima membangun dan menyempurnakan sistem perlindungan sosial bagi masyarakat miskin.
Dari 5 fokus program pemerintah tersebut, diharapkan jumlah rakyat miskin yang ada dapat tertanggulangi sedikit demi sedikit. Beberapa langkah teknis yang digalakkan pemerintah terkait 5 program tersebut antara lain:
a. Menjaga stabilitas harga bahan kebutuhan pokok. Fokus program ini bertujuan menjamin daya beli masyarakat miskin/keluarga miskin untuk memenuhi kebutuhan pokok terutama beras dan kebutuhan pokok utama selain beras.
Program yang berkaitan dengan fokus ini seperti :
• Penyediaan cadangan beras pemerintah 1 juta ton
• Stabilisasi/kepastian harga komoditas primer
b. Mendorong pertumbuhan yang berpihak pada rakyat miskin. Fokus program ini bertujuan mendorong terciptanya dan terfasilitasinya kesempatan berusaha yang lebih luas dan berkualitas bagi masyarakat/keluarga miskin. Beberapa program yang berkenaan dengan fokus ini antara lain:
        Penyediaan dana bergulir untuk kegiatan produktif skala usaha mikro dengan pola bagi hasil/syariah dan konvensional.
        Bimbingan teknis/pendampingan dan pelatihan pengelola Lembaga Keuangan Mikro (LKM)/Koperasi Simpan Pinjam (KSP).
        Pelatihan budaya, motivasi usaha dan teknis manajeman usaha mikro
        Pembinaan sentra-sentra produksi di daerah terisolir dan tertinggal
        Fasilitasi sarana dan prasarana usaha mikro
        Pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir
        Pengembangan usaha perikanan tangkap skala kecil
        Peningkatan akses informasi dan pelayanan pendampingan pemberdayaan dan ketahanan keluarga
        Percepatan pelaksanaan pendaftaran tanah
        Peningkatan koordinasi penanggulangan kemiskinan berbasis kesempatan berusaha bagi masyarakat miskin.

c. Menyempurnakan dan memperluas cakupan program pembangunan berbasis masyarakat. Program ini bertujuan untuk meningkatkan sinergi dan optimalisasi pemberdayaan masyarakat di kawasan perdesaan dan perkotaan serta memperkuat penyediaan dukungan pengembangan kesempatan berusaha bagi penduduk miskin. Program yang berkaitan dengan fokus ketiga ini antara lain :
        Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) di daerah perdesaan dan perkotaan •Program Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah Program Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus
        Penyempurnaan dan pemantapan program pembangunan berbasis masyarakat.

d. Meningkatkan akses masyarakat miskin kepada pelayanan dasar. Fokus program ini bertujuan untuk meningkatkan akses penduduk miskin memenuhi kebutuhan pendidikan, kesehatan, dan prasarana dasar. Beberapa program yang berkaitan dengan fokus ini antara lain :
        Penyediaan beasiswa bagi siswa miskin pada jenjang pendidikan dasar di Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)
        Beasiswa siswa miskin jenjang Sekolah Menengah Atas/Sekolah MenengahKejuruan/Madrasah
        Beasiswa untuk Aliyah mahasiswa miskin (SMA/SMK/MA); dan beasiswa berprestasi
        Pelayanan kesehatan rujukan bagi keluarga miskin secara cuma-cuma di kelas III rumah sakit;

e. Membangun dan menyempurnakan sistem perlindungan sosial bagi masyarakat miskin. Fokus ini bertujuan melindungi penduduk miskin dari kemungkinan ketidakmampuan menghadapi guncangan sosial dan ekonomi. Program teknis yang di buat oleh pemerintah seperti:
        Peningkatan kapasitas kelembagaan pengarusutamaan gender (PUG) dan anak (PUA)
        Pemberdayaan sosial keluarga, fakir miskin, komunitas adat terpencil, dan penyandang masalah kesejahteraan sosial lainnya.
        Bantuan sosial untuk masyarakat rentan, korban bencana alam, dan korban bencana sosial.
        Penyediaan bantuan tunai bagi rumah tangga sangat miskin (RTSM) yang memenuhi persyaratan (pemeriksaan kehamilan ibu, imunisasi dan pemeriksaan rutin BALITA, menjamin keberadaan anak usia sekolah di SD/MI dan SMP/MTs; dan penyempurnaan pelaksanaan pemberian bantuan sosial kepada keluarga miskin/RTSM) melalui perluasan Program Keluarga Harapan (PKH).
        Pendataan pelaksanaan PKH (bantuan tunai bagi RTSM yang memenuhi persyaratan).

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kondisi kemiskinan di Indonesia sangat memprihatinkan.Hal ini ditandai dengan rendahnya kualitas hidup penduduk, terbatasnya kecukupan dan mutu pangan, terbatasnya dan rendahnya mutu layanan kesehatan, gizi anak, dan rendahnya mutu layanan pendidikan.Oleh karena itu, perlu mendapat penanganan khusus dan terpadu dari pemerintah bersama-sama dengan masyarakat.
Penanggulangan kemiskinan di Indonesia merupakan masalah kompleks dan multidimensional, mengingat komposisi penduduknya yang beragam status sosial dan ekonomi serta geografis yang tersebar. Penanggulangan kemiskinan di Indonsia berfokus pada perbaikan kualitas sumberdaya manusia melalui perbaikan kualitas pendidikan dan pelayanan kesehatan. Indonesi telah menyediakan anggaran dana 20 persen dari anggaran pendidikan untuk perbaikan kualitas pendidikan disamping menyediakan layanan dasar kesehatan untuk orang miskin secara cuma-cuma melalui Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas).
Saat ini pemerintah juga menyiapkan perubahan layanan sistem jaminan kesehatan berbasis asuransi yang mencakup seluruh penduduk sesuai amanat UU Sistem jaminan Sosial Nasional, selain itu juga masih banyak program-program lain yang akan di lakukan pemerintah dalam menangani kemiskinan. Akan tetapi karena kekeliruan kebijakan yang telah ditetapkan pemerintah imbasnya justru telah memporak-porandakan kehidupan perekonomian masyarakat bawah yang selalu saja menjadi objek penderita yang harus menerima segala kegagalan. Sehingga upaya pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan kini tak ubahnya seperti sebuah pertaruhan antara hidup dan kematian. Tapi ironisnya rakyat selalu menerima sebuah hasil yang tidak pernah memuaskan dari yang diharapkan.


DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Kemiskinan
(diakses pada 24 Oktober 2014)
http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/2001/07/21/0018.html (diakses pada 24 Oktober 2014)
http://www.scribd.com/doc/1589 (diakses pada 25 Oktober 2014)

http://www.slideshare.net/randychamzah1/kebijakan-pemerintah-dalam-menangani-kemiskinan (diakses pada 27 Oktober 2014)

Selasa, 03 Oktober 2017

HAL – HAL PERLU DI PERHATIKAN DALAM PENELITIAN


1.      Daerah Penelitian
Sebelum sampel diambil, daerah penelitian merupakan hal yang pertama kali ditetapkan untuk menentukan batas – batas menggeneralisasikan hasil penelitian.
2.      Karakteristik
Kegiatan yang perlu dilakukan pada tahapan ini ditentukannya terlebih dahulu tentang karakteristik populasi sampel seperti luas dan sifat sifat populasi, memberikan batasan penelitian dan menentukan sampelnya.
3.      Besar Kecilnya Sampel
Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam menetapkan besar kecilnya sampel adalah keseragaman populasi. Jika keadaan populasi seragam, jumlah sampel hampir tidak menjadi persoalan. Namun jika keadaan populasi sangat beragam, maka peneliti perlu meneliti kategori tingkat keberagaman agar dalam kategori tersebut diperoleh kumpulan anggota populasi yang relatif seragam.
Pengambilan jumlah sampel juga tidak boleh seenaknya, tetapi harus memperhatikan jumlah populasi, dana, daya dan lain sebagainya.
4.      Teknik Sampling

Teknik samping atau teknik/ metode pengambilan sampel sering menjadi pertimbangan khusus dalam penelitian. Teknik sampling secara garis besar dapat diklasifikaskan menjadi teknik randong sampling dan non random sampling. Klasifikasi teknik sampling akan dibahas pada BAB tersendiri. 
Disadur dari Buku Analisis Usahatani: Sukartawi: UI Press 2016

Rabu, 13 September 2017

POPULASI, SAMPEL DAN SAMPLING

Populasi adalah jumlah dari anggota (sampel) secara keseluruhan. Misalnya kita melakukan penelitian usahatani karet di Desa A, dan di Desa A tersebut ada 50 petani karet, maka 50 petani karet tersebut merupakan populasi. Setiap petani karet dari jumlah 50 itu, mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel.
            Sedangkan yang dimaksudkan dengan sampel adalah sebagian dari anggota populasi yang terpilih sebagai objek pengamatan. Misalnya dari 50 petani karet tersebut, secara statistik kemudian terpilih 20 petani karet, maka 20 petani karet ini disebut sampel penelitian.
            Masalah sampling timbul dalam suatu penelitian apabila peneliti:
a.       Bermaksud mereduksi objek penelitiannya
b.      Inging mengadakan generalisasi dari hasil – hasil penelitian yang dilakukan
Reduksi dan generalisai dalam penelitian usahatani adalah dibenarkan karena peneliti mengalami keterbatasan dana dan tenaga. Barangkali yang perlu diperhatikan adalah bagaimana melakukan reduksi dan generalisasi tersebut. Sebab hal tersebut penting dari pada tiap – tiap penelitian ilmiah khususnya yang tidak meneliti semua objek, seluruh situasi, atau semua peristiwa, melainkan hanya sebagian saja dari objek – objek situasi ke situasi lainnya, atau dari satu peristiwa ke peristiwa lainnya.
Cara seperti yang dijelaskan diatas dikenal dengan istilah Research Sampling yaitu penelitian yang mendasarkan diri dari keabsahan sampel. Sangat jarang orang meneliti seluruh populasi untuk mengetahui sikap dan pendapat mereka, melainkan hanya sebagian saja. Walaupun demikian kesimpulan – kesimpulan dari penelitian itu umumnya, tidak hanya dibatasi pada objek yang diteliti, tetapi juga pada objek lain yang tidak turut menjadi objek penelitian, sepanjang “orang lain” tersebut relevan dijadikan objek penelitian.

Problematic yang umum dihadapi oleh peneliti bila satu dari persoalan penting yang dihadapi oleh seorang peneliti hendak mengadakan research sampling adalah bagaimana ia dapat memperoleh sampel atau sampel – sampel yang mewakili populasi. Tentu saja yang dimaksud dengan mewakili bukanlah merupakan duplikat atau merupakan replica yang cermat, melainkan hanya sebagai cermin yang dipandang menggambarkan secara maksimal keadaan populasi. Untuk itu peneliti perlu memperhatikan kaidah – kaidah statistic, tentang memilih sampel dengan benar. Misalnya bagaimana cara mengambil sampel 20 sampel dari 200 populasi.

Disadur dari Buku Analisis Usahatani: Sukartawi: UI Press 2016

Minggu, 03 September 2017

Instrumen / Daftar Isian (Kuisioner)

Tidak selalu semua data dapat dikumpulkan melalui daftar isian. Namun, sekiranya data usahatani tersebut dapat dilakukan dengan daftar isian maka pengambilan data dengan daftar isian sangat dianjurkan. Butir – butir pertanyaannya dapat terstruktur dan juga pertanyaan dapat disusun secara tidak terstruktur. Pertanyaan secara tertutup sangat dianjurkan, artinya mengajukan pertanyaan dengan alternatif pertanyaan yang sudah disediakan.
            Dalam penelitian, bentuk pertanyaan sangat beragam tergantung pada tujuan penelitian. Namun data yang dikumpulkan paling tidak mencakup informasi sebagai berikut:
a.       Identitas sampel

b.      Identitas KK dan keluarga

Disadur dari Buku Analisis Usahatani: Sukartawi: UI Press 2016

Kamis, 31 Agustus 2017

PEWAWANCARA SEBAGAI PENGUMPUL DATA

Dalam pengumpulan data sering dikenal istilah short dirty dan long dirty mengandung pengertian bahwa pewawancara datang di lokasi penelitian pada waktu yang singkat sehingga sangat riskan untuk memperoleh data yang baik dan benar. Bila pewawancara tidak hati hati, data yang diperoleh merupakan data yang semu, artinya data tersebut kurang baik. Adapun long dirty mengandung pengertian bahwa pewawancara mempunyai waktu yang relatif cukup di lokasi penelitian, tetapi karena kurang efisiennya mengatur pertemuan dengan sampel atau kurang baiknya instrumen yang dibawa atau kurang jelinya pewawancara menangkap pesan yang diberikan oleh sampel, maka data yang dikumpulkan juga tidak seperti yang diharapkan.
Oleh karena itu pewawancara memegang peranan yang penting dalam menggali data yang baik dan benar. Ada baiknya bila melakukan penelitian, maka pencarian data itu kita lakukan sendiri dan usahakan tinggal di lokasi penelitian. Namun, bila tidak mempunyai waktu yang cukup, maka dapat saja meminta dapat meminta bantuan pihak lain atau enumerator (penghitung, pencacah, penjumlah) dalam mengumpulkan data.
Sebagai pedoman untuk memilih enumerator yang baik adalah sebagai berikut:
a.       Pilihlah orang – orang yang pernah bekejra dengan kita, dengan demikian kita tidak ragu – ragu lagi dalam menilai kapasitas enumerator tersebut.
b.      Pilihlah orang – orang yang menyenangi penelitian pada objek yang diteliti, sebab tidak semua orang menyenangi pekerjaan penelitian. Kadang – kadang ada enumerator yang menginginkan gaji atau honorariumnya saja, tetapi tidak menyenangi pekerjaannya. Bila terjadi demikian, enumerator tersebut seringkali melakukan teknuk “jalan pintas” (yang penting cepat selesai, tidak peduli datanya baik atau jelek).
c.       Berikan waktu yang cukup pada enumerator. Artinya ia perlu diberi waktu yang cukup untuk tinggal di Desa. Misalnya kalau satu hari diperkirakan dapat diselesaikan pengisian dua daftar isian, maka untuk dapat menyelesaikan 30 daftar isian, yang bersangkutan perly diberi waktu 15 hari.
d.      Berikan pengertian tentang tatacara pengumpulan data yang baik dan benar. Kadang – kadang walaupun enumerator diberi waktu cukup namun ia bertindak “nakal”. Misalnya diberi waktu 15 hari menyelesaikan 30 daftar isian, tetapi dengan jalan pintas ia menyelesaikan dalam waktu 3 hari. Melalui cara pintas ini misalnya, sampel dikumpulkan dan diwawancari. Padahal, mestinya petugas pencacah harus melakukan wawancara satu per satu di rumah sampel.

e.       Berikan sanksi bila petugas wawancara tidak melakukan tugasnya dengan baik. Misanya meminta ia pergi kembali ke lapangan bila memang dijumpai data yang tidak baik dan salah. Tentang hal ini kita perlu berhati – hati. Kadang – kadang enumerator tidak mau kembali lagi ke lokasi penelitian karena berbagai alasan. Untuk itu sebaiknya enumerator tersebut ditemani petugas yang lain dan berikan bekal yang cukup untuk mengumpulkan data lagi. 

Disadur dari Buku Analisis Usahatani: Sukartawi: UI Press 2016


Rabu, 30 Agustus 2017

PETANI SEBAGAI SAMPEL DALAM PENELITIAN USAHATANI

Dalam analisis usahatani, maka peran petani sebagai sumber informasi (responden atau sampel) sangat penting. Oleh karena itu petani dipakai sebagai target group (kelompok sasaran). Beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian adalah:
a.       Indentifikasi kelompok sasaran yaitu  petani dan usahataninya. Apakah yang disurvey petani karet, kelapa sawit maupun petani secara umum. Intentifikasi ini tentunya disesuaikan dengan daerah penelitian. Kalau tujuan memang ditujukan untuk petani karet, maka sampelnya adalah petani karet. Karena didalam praktek tidak ada atau jarang ada petani yang mengkhususkan diri berusahatani tanaman pangan atau holtikultura terkecuali tanaman perkebunan seperti karet dan kelapa sawit karena memiliki umur produksi yang lama mencapai 25 – 30 tahun. Namun, kita sebagai peneliti maupun surveyor perlu mengkhususkan diri pada batasan penelitian saja.
b.      Identifikasi peran petani dalam keluarganya atau perannya didalam masyakat. Apakah ia dominan sebagai kepala keluarga, merangkap sebagai pedagang, pejabat desa atau lainnya.
c.       Identifikasi unit usahataninya, apakah rumah tangga atau usahatani itu sendiri.

Pentingnya peran sampel atau responden didalam penelitian, khususnya kepala keluarga. Maka idenditifikasi sampel memang harus jelas. 

Disadur dari Buku Analisis Usahatani: Sukartawi: UI Press 2016

Jumat, 10 Maret 2017

BALADA NEGERI KU (Akses jalan yang sangat sulit di Bahar Selatan)

           Musim penghujan yang terjadi akhir – akhir telah membuat berbagai bencana di hampir seluruh kabupaten di Provinsi Jambi. Bencana banjir di Kabupaten Bungo, Tebo, Batang Hari, dan Muara Jambi terjadi di seluruh daerah aliran Sungai Batang Hari. Selain bencana banjir, akses jalan yang sangat sulit terutama pada saat musim penghujan sangat dirasakan oleh seluruh penduduk pedesaan yang ada di Provinsi Jambi.
            Kondisi jalan rusak, bergelombang, licin, atau bahkan berlumpur sangat dalam yang hampir dapat menenggelamkan kendaraan. Hal ini sangat miris karena merupakan salah satu akses yang sangat penting bagi denyut nadi roda sosial ekonomi masyarakat yang melalui akses jalan tersebut. Ditambah dengan kendaraan dengan tonasi yang tinggi semakin memperburuk kondisi jalan tersebut.
            Sebagai contoh, akses jalan yang ada di Kecamatan Bahar Selatan, Kabupaten Muara Jambi, Provinsi Jambi. Terutama adalah akses jalan utama dari Unit 7 menuju Unit 20 dan Unit 22 kondisinya sangat memprihatinkan. Tidak ubahnya sebuah jalan, namun Nampak seperti kubangan kerbau yang dalam. Kondisi jalan seperti ini sangat mengganggu akses sosial ekonomi masyarakat yang melaluinya. 

Ket: Kondisi jalan diambil oleh penulis pada akhir Desember 2016. Kondisi jalan pada awal maret 2017 ini tentunya lebih parah lagi karena diguyur hampir tiap hari.
            Sebagai perbandingan akan penulis tunjukkan kondisi jalan terakhir yang di unduh dari akun Facebook Kolipin Doel Jabar


Ket: kondisi jalan ibarat kubangan lumpur yang sanagat sulit untuk dilalui.

Harapannya pemerintah sebagai pemangku sangat peka dengan kondisi ini dan segera melakukan tindakan reaktif untuk memperbaiki jalan tersebut.