Selasa, 03 Oktober 2017

HAL – HAL PERLU DI PERHATIKAN DALAM PENELITIAN


1.      Daerah Penelitian
Sebelum sampel diambil, daerah penelitian merupakan hal yang pertama kali ditetapkan untuk menentukan batas – batas menggeneralisasikan hasil penelitian.
2.      Karakteristik
Kegiatan yang perlu dilakukan pada tahapan ini ditentukannya terlebih dahulu tentang karakteristik populasi sampel seperti luas dan sifat sifat populasi, memberikan batasan penelitian dan menentukan sampelnya.
3.      Besar Kecilnya Sampel
Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam menetapkan besar kecilnya sampel adalah keseragaman populasi. Jika keadaan populasi seragam, jumlah sampel hampir tidak menjadi persoalan. Namun jika keadaan populasi sangat beragam, maka peneliti perlu meneliti kategori tingkat keberagaman agar dalam kategori tersebut diperoleh kumpulan anggota populasi yang relatif seragam.
Pengambilan jumlah sampel juga tidak boleh seenaknya, tetapi harus memperhatikan jumlah populasi, dana, daya dan lain sebagainya.
4.      Teknik Sampling

Teknik samping atau teknik/ metode pengambilan sampel sering menjadi pertimbangan khusus dalam penelitian. Teknik sampling secara garis besar dapat diklasifikaskan menjadi teknik randong sampling dan non random sampling. Klasifikasi teknik sampling akan dibahas pada BAB tersendiri. 
Disadur dari Buku Analisis Usahatani: Sukartawi: UI Press 2016

Rabu, 13 September 2017

POPULASI, SAMPEL DAN SAMPLING

Populasi adalah jumlah dari anggota (sampel) secara keseluruhan. Misalnya kita melakukan penelitian usahatani karet di Desa A, dan di Desa A tersebut ada 50 petani karet, maka 50 petani karet tersebut merupakan populasi. Setiap petani karet dari jumlah 50 itu, mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel.
            Sedangkan yang dimaksudkan dengan sampel adalah sebagian dari anggota populasi yang terpilih sebagai objek pengamatan. Misalnya dari 50 petani karet tersebut, secara statistik kemudian terpilih 20 petani karet, maka 20 petani karet ini disebut sampel penelitian.
            Masalah sampling timbul dalam suatu penelitian apabila peneliti:
a.       Bermaksud mereduksi objek penelitiannya
b.      Inging mengadakan generalisasi dari hasil – hasil penelitian yang dilakukan
Reduksi dan generalisai dalam penelitian usahatani adalah dibenarkan karena peneliti mengalami keterbatasan dana dan tenaga. Barangkali yang perlu diperhatikan adalah bagaimana melakukan reduksi dan generalisasi tersebut. Sebab hal tersebut penting dari pada tiap – tiap penelitian ilmiah khususnya yang tidak meneliti semua objek, seluruh situasi, atau semua peristiwa, melainkan hanya sebagian saja dari objek – objek situasi ke situasi lainnya, atau dari satu peristiwa ke peristiwa lainnya.
Cara seperti yang dijelaskan diatas dikenal dengan istilah Research Sampling yaitu penelitian yang mendasarkan diri dari keabsahan sampel. Sangat jarang orang meneliti seluruh populasi untuk mengetahui sikap dan pendapat mereka, melainkan hanya sebagian saja. Walaupun demikian kesimpulan – kesimpulan dari penelitian itu umumnya, tidak hanya dibatasi pada objek yang diteliti, tetapi juga pada objek lain yang tidak turut menjadi objek penelitian, sepanjang “orang lain” tersebut relevan dijadikan objek penelitian.

Problematic yang umum dihadapi oleh peneliti bila satu dari persoalan penting yang dihadapi oleh seorang peneliti hendak mengadakan research sampling adalah bagaimana ia dapat memperoleh sampel atau sampel – sampel yang mewakili populasi. Tentu saja yang dimaksud dengan mewakili bukanlah merupakan duplikat atau merupakan replica yang cermat, melainkan hanya sebagai cermin yang dipandang menggambarkan secara maksimal keadaan populasi. Untuk itu peneliti perlu memperhatikan kaidah – kaidah statistic, tentang memilih sampel dengan benar. Misalnya bagaimana cara mengambil sampel 20 sampel dari 200 populasi.

Disadur dari Buku Analisis Usahatani: Sukartawi: UI Press 2016

Minggu, 03 September 2017

Instrumen / Daftar Isian (Kuisioner)

Tidak selalu semua data dapat dikumpulkan melalui daftar isian. Namun, sekiranya data usahatani tersebut dapat dilakukan dengan daftar isian maka pengambilan data dengan daftar isian sangat dianjurkan. Butir – butir pertanyaannya dapat terstruktur dan juga pertanyaan dapat disusun secara tidak terstruktur. Pertanyaan secara tertutup sangat dianjurkan, artinya mengajukan pertanyaan dengan alternatif pertanyaan yang sudah disediakan.
            Dalam penelitian, bentuk pertanyaan sangat beragam tergantung pada tujuan penelitian. Namun data yang dikumpulkan paling tidak mencakup informasi sebagai berikut:
a.       Identitas sampel

b.      Identitas KK dan keluarga

Disadur dari Buku Analisis Usahatani: Sukartawi: UI Press 2016

Kamis, 31 Agustus 2017

PEWAWANCARA SEBAGAI PENGUMPUL DATA

Dalam pengumpulan data sering dikenal istilah short dirty dan long dirty mengandung pengertian bahwa pewawancara datang di lokasi penelitian pada waktu yang singkat sehingga sangat riskan untuk memperoleh data yang baik dan benar. Bila pewawancara tidak hati hati, data yang diperoleh merupakan data yang semu, artinya data tersebut kurang baik. Adapun long dirty mengandung pengertian bahwa pewawancara mempunyai waktu yang relatif cukup di lokasi penelitian, tetapi karena kurang efisiennya mengatur pertemuan dengan sampel atau kurang baiknya instrumen yang dibawa atau kurang jelinya pewawancara menangkap pesan yang diberikan oleh sampel, maka data yang dikumpulkan juga tidak seperti yang diharapkan.
Oleh karena itu pewawancara memegang peranan yang penting dalam menggali data yang baik dan benar. Ada baiknya bila melakukan penelitian, maka pencarian data itu kita lakukan sendiri dan usahakan tinggal di lokasi penelitian. Namun, bila tidak mempunyai waktu yang cukup, maka dapat saja meminta dapat meminta bantuan pihak lain atau enumerator (penghitung, pencacah, penjumlah) dalam mengumpulkan data.
Sebagai pedoman untuk memilih enumerator yang baik adalah sebagai berikut:
a.       Pilihlah orang – orang yang pernah bekejra dengan kita, dengan demikian kita tidak ragu – ragu lagi dalam menilai kapasitas enumerator tersebut.
b.      Pilihlah orang – orang yang menyenangi penelitian pada objek yang diteliti, sebab tidak semua orang menyenangi pekerjaan penelitian. Kadang – kadang ada enumerator yang menginginkan gaji atau honorariumnya saja, tetapi tidak menyenangi pekerjaannya. Bila terjadi demikian, enumerator tersebut seringkali melakukan teknuk “jalan pintas” (yang penting cepat selesai, tidak peduli datanya baik atau jelek).
c.       Berikan waktu yang cukup pada enumerator. Artinya ia perlu diberi waktu yang cukup untuk tinggal di Desa. Misalnya kalau satu hari diperkirakan dapat diselesaikan pengisian dua daftar isian, maka untuk dapat menyelesaikan 30 daftar isian, yang bersangkutan perly diberi waktu 15 hari.
d.      Berikan pengertian tentang tatacara pengumpulan data yang baik dan benar. Kadang – kadang walaupun enumerator diberi waktu cukup namun ia bertindak “nakal”. Misalnya diberi waktu 15 hari menyelesaikan 30 daftar isian, tetapi dengan jalan pintas ia menyelesaikan dalam waktu 3 hari. Melalui cara pintas ini misalnya, sampel dikumpulkan dan diwawancari. Padahal, mestinya petugas pencacah harus melakukan wawancara satu per satu di rumah sampel.

e.       Berikan sanksi bila petugas wawancara tidak melakukan tugasnya dengan baik. Misanya meminta ia pergi kembali ke lapangan bila memang dijumpai data yang tidak baik dan salah. Tentang hal ini kita perlu berhati – hati. Kadang – kadang enumerator tidak mau kembali lagi ke lokasi penelitian karena berbagai alasan. Untuk itu sebaiknya enumerator tersebut ditemani petugas yang lain dan berikan bekal yang cukup untuk mengumpulkan data lagi. 

Disadur dari Buku Analisis Usahatani: Sukartawi: UI Press 2016


Rabu, 30 Agustus 2017

PETANI SEBAGAI SAMPEL DALAM PENELITIAN USAHATANI

Dalam analisis usahatani, maka peran petani sebagai sumber informasi (responden atau sampel) sangat penting. Oleh karena itu petani dipakai sebagai target group (kelompok sasaran). Beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian adalah:
a.       Indentifikasi kelompok sasaran yaitu  petani dan usahataninya. Apakah yang disurvey petani karet, kelapa sawit maupun petani secara umum. Intentifikasi ini tentunya disesuaikan dengan daerah penelitian. Kalau tujuan memang ditujukan untuk petani karet, maka sampelnya adalah petani karet. Karena didalam praktek tidak ada atau jarang ada petani yang mengkhususkan diri berusahatani tanaman pangan atau holtikultura terkecuali tanaman perkebunan seperti karet dan kelapa sawit karena memiliki umur produksi yang lama mencapai 25 – 30 tahun. Namun, kita sebagai peneliti maupun surveyor perlu mengkhususkan diri pada batasan penelitian saja.
b.      Identifikasi peran petani dalam keluarganya atau perannya didalam masyakat. Apakah ia dominan sebagai kepala keluarga, merangkap sebagai pedagang, pejabat desa atau lainnya.
c.       Identifikasi unit usahataninya, apakah rumah tangga atau usahatani itu sendiri.

Pentingnya peran sampel atau responden didalam penelitian, khususnya kepala keluarga. Maka idenditifikasi sampel memang harus jelas. 

Disadur dari Buku Analisis Usahatani: Sukartawi: UI Press 2016

Jumat, 10 Maret 2017

BALADA NEGERI KU (Akses jalan yang sangat sulit di Bahar Selatan)

           Musim penghujan yang terjadi akhir – akhir telah membuat berbagai bencana di hampir seluruh kabupaten di Provinsi Jambi. Bencana banjir di Kabupaten Bungo, Tebo, Batang Hari, dan Muara Jambi terjadi di seluruh daerah aliran Sungai Batang Hari. Selain bencana banjir, akses jalan yang sangat sulit terutama pada saat musim penghujan sangat dirasakan oleh seluruh penduduk pedesaan yang ada di Provinsi Jambi.
            Kondisi jalan rusak, bergelombang, licin, atau bahkan berlumpur sangat dalam yang hampir dapat menenggelamkan kendaraan. Hal ini sangat miris karena merupakan salah satu akses yang sangat penting bagi denyut nadi roda sosial ekonomi masyarakat yang melalui akses jalan tersebut. Ditambah dengan kendaraan dengan tonasi yang tinggi semakin memperburuk kondisi jalan tersebut.
            Sebagai contoh, akses jalan yang ada di Kecamatan Bahar Selatan, Kabupaten Muara Jambi, Provinsi Jambi. Terutama adalah akses jalan utama dari Unit 7 menuju Unit 20 dan Unit 22 kondisinya sangat memprihatinkan. Tidak ubahnya sebuah jalan, namun Nampak seperti kubangan kerbau yang dalam. Kondisi jalan seperti ini sangat mengganggu akses sosial ekonomi masyarakat yang melaluinya. 

Ket: Kondisi jalan diambil oleh penulis pada akhir Desember 2016. Kondisi jalan pada awal maret 2017 ini tentunya lebih parah lagi karena diguyur hampir tiap hari.
            Sebagai perbandingan akan penulis tunjukkan kondisi jalan terakhir yang di unduh dari akun Facebook Kolipin Doel Jabar


Ket: kondisi jalan ibarat kubangan lumpur yang sanagat sulit untuk dilalui.

Harapannya pemerintah sebagai pemangku sangat peka dengan kondisi ini dan segera melakukan tindakan reaktif untuk memperbaiki jalan tersebut. 

Rabu, 01 Maret 2017

JALAN DAN AKSES SOSIAL EKONOMI

        Memasuki musim penghujan pada rentang bulan Januari dan Februari menjadikan masalah tersendiri bagi aktifitas sosial dan ekonomi masyarakat. Terutama adalah jalan yang merupakan akses kegiatan sosial ekonomi masyarakat. Jalan yang berlubang baik kecil apalagi besar dan licin akan menjadi hambatan dan bencana bagi penggunanya.
            Pada daerah perkotaan yang umumnya permasalahan jalan sangat diperhatikan dengan serius oleh pemerintah karena merupakan akses utama perekonomian suatu kota tersebut. Namun, pada daerah perdesaan melihat kondisi jalan aspal yang bagus akan sangat jarang ditemukan terutama wilayah perdesaan bukanlah akses jalan provinsi atau nasional. Keterbatasan anggaran pemerintah kabupaten dalam pembangunan infrastruktur terutama jalan akan lebih memprioritaskan jalan yang merupakan akses sosial ekonomi yang lebih komplek.
            Jalan desa yang merupakan jalan perkampungan dan jalan usahatani sebagian besar masih berupa jalan tanah ataupun tanah pengerangan. Kondisi ini sangat mengganggu aktifitas sosial ekonomi masyarakat terutama pada saat musim penghujan. Kondisi jalan akan menjadi licin dan berlumpur sehingga sulit untuk dilalui. Hal ini sangat menghambat kegiatan sosial dan ekonomi  masyarakat pedesaan.