TANAMAN KARET
1.1 Pengertian Karet
Tanaman karet (Havea brasiliensis) berasal dari negara Brazil. Tanaman ini
merupakan sumber utama bahan tanaman karet alam dunia. Sebagai penghasil lateks
tanaman karet dapat dikatakan satu-satunya tanaman yang dikebunkan secara
besar-besaran (Nazarudin dkk, 1992).
Karet
merupakan tanaman berbuah polong (diselaputi kulit yang keras) yang sewaktu
masih muda buahnya berpaut erat dengan rantingnya. Buah karet dilapisi oleh
kulit tipis berwarna hijau dan didalamnya terdapat kulit yang keras dan
berkotak. Tiap kotak berisi sebuah biji yang dilapisi tempurung, setelah tua
warna kulit buah berubah menjadi keabu-abuan dan kemudian mengering. Pada
waktunya pecah dan jatuh, bijinya tercampak lepas dari kotaknya. Tiap buah
tersusun atas dua sampai empat kotak biji. Pada umumnya berisi tiga kotak biji
dimana setiap kotak terdapat satu biji. Tanaman karet mulai menghasilkan buah
pada umur empat tahun dan akan semakin banyak setiap pertambahan umur tanaman
sampai pada batas umum tanaman sekitar 25 – 30 tahun.
Karet mempunyai arti penting dalam aspek
kehidupan sosial ekonomi masyarakat indonesia, yaitu: salah satu komoditi
penghasil devisa negara, tempat persediaanya lapangan kerja bagi penduduk, dan
sumber penghasilan bagi petani karet (Benidiktus Sitohang: 2010). Karet sebagai
tanaman komoditi, lapangan kerja, serta sumber penghasilan bagi petani di
Indonesia sudah seharusnya tanaman karet dikembangkan secara baik dan benar
supaya memperoleh hasil yang optimal.
Tanaman karet merupakan tanaman
perkebunan yang tumbuh di berbagai wilayah di Indonesia. Karet merupakan produk
dari proses penggumpalan getah tanaman karet (lateks). Pohon karet normal
disadap pada tahun ke empat atau ke lima. Produk dari penggumpalan lateks
selanjutnya diolah untuk menghasilkan lembaran karet (sheet), bongkahan
(kotak), atau karet remah (crumb rubber) yang merupakan bahan baku industri
karet.
1.2
Struktur Botani dan Jenis Tanaman Karet
Struktur botani tanaman karet ialah tersusun sebagai
berikut (APP,2008) :
Divisi :
Spermatophyta
Subdivisi :
Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Hevea
Spesies : Havea brasiliensis
Dalam genus Havea, hanya species Havea brasiliensis Muell Arg. Yang dapat menghasilkan lateks unggul, dimana sebanyak
90 % karet alam dihasilkan oleh spesies tersebut. Tanaman karet merupakan pohon
yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15 -
25 meter. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang
tinggi. Di beberapa kebun karet ada beberapa kecondongan arah tumbuh tanamanya
agak miring kearah utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal
dengan nama lateks. Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak
daun. Panjang tangkai daun utama 3-20cm. Panjang tangkai anak daun sekitar
3-10cm dan pada ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang
terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan
ujung meruncing, tepinya rata dan gundul. Biji karet terdapat dalam setiap
ruang buah. Jadi jumlah biji biasanya ada tiga kadang enam sesuai dengan jumlah
ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras. Warnaya coklat kehitaman dengan
bercak-bercak berpola yang khas. Sesuai dengan sifat dikotilnya, akar tanaman
karet merupakan akar tunggang. Akar ini mampu menopang batang tanaman yang
tumbuh tinggi dan besar (www.wikipedia.org).
Tabel Nama Jenis Pohon Penghasil Karet
Nama
Spesies
|
Nama
Panggilan
|
Area
Distribusi
|
Castilloa elastica Sesse dan Solidago
|
Pohon Karet Panama (Panama Rubber tree)
|
AMERICA (Mexico;
Central America; Western South America) Tumbuh di daerah Tropis.
|
|
Pohon Karet Afrika
Baret (West Africa rubber tree)
|
AFRICA (Macaronesia;
Northeast Tropical Africa; East Tropical Africa; West-Central Tropical
Africa; West Tropical Africa; South Tropical Africa; South Africa; Western
Indian Ocean)
|
|
Pohon Karet Lagos
silk (Logos silk rubber tree)
|
AFRICA
(East Tropical Africa; West-Central Tropical Africa; West Tropical Africa;
South Tropical Africa)
|
|
Pohon Karet/ Pohon
Para (Rubber tree)
|
SOUTHERN AMERICA
(Brazil; Bolivia; Colombia ; Peru) SOUTH EAST ASIA (Thailand, Indonesia, Malaysia,
Vietnam, Laos, Combodia, Philipine) INDIA, CHINA
|
|
Pohon karet False
(False rubber tree)
|
AFRICA (West-Central
Tropical Africa; West Tropical Africa)
|
|
-
|
AFRICA (Northeast Tropical Africa; East Tropical
Africa; West-Central Tropical Africa; West Tropical Africa) juga ditanami di
daerah lain.
|
|
Tanaman Karet India (Indian rubber plant)
|
ASIA-TROPICAL(India;
China; Malaysia, Coastal Sothern California) widely cultivated elsewhere
|
|
Guayule
|
NORTHERN AMERICA
(South-Central U.S.A.; Mexico)
|
Palaquium gutta dan Palaquium
oblongifolia
|
|
Malaysia, South
Pacific and South America
|
|
Russian dandelion
|
ASIA-TEMPERATE
Former Soviet Union; China
|
TEKNIK
BUDIDAYA TANAMAN KARET
3.1.
Syarat Tumbuh Tanaman Karet
Tanaman karet dapat tumbuh dengan baik di sekitar
equator antara 10 LU dan 10 LS. Pertumbuhan tanaman karet sangat ideal bila
ditanam pada ketinggian 0 – 200 m diatas permukaan laut. Ketinggian > 600 m
dari permukaan laut tidak cocok untuk tumbuh tanaman karet. Curah hujan
berkisar antara 2500-4000 mm pertahun atau hari hujan berkisar antara 100 s/d
150 HH/tahun. Suhu harian yang cocok untuk tanaman karet rata-rata 25 – 30 C.
Syarat lain yang dibutuhkan tanama karet adalah sinar matahari dengan
intensitas yang cukup lama yaitu 5 – 7 jam (Supijatno dan Iskandar, 1988)
Curah hujan berpengaruh terhadap
produktivitas tanaman karet. Curah hujan yang tinggi ini mengakibatkan
produktivitas tanaman karet menjadi relatif lebih rendah. Selain faktor utama
curah hujan yang tinggi, penyebab rendahnya produktivitas tanaman karet karena
inefisiesi fotosintesis akibat rendahnya intensitas/lama penyinaran matahari,
dan rendahnya populasi tanaman per hektar akibat rusaknya tanaman karet yang
merupakan pengaruh langsung dari tingginya kecepatan angin selama hujan.
Lebih
singkatnya, budidaya tanaman karet memerlukan persyaratan tumbuh sebagai
berikut :
1. Iklim
-
Tinggi tempat 0 sampai 200 m dpl.
-
Curah hujan 1.500 sampai 3.000 mm/th.
-
Bulan kering kurang dari 3 bulan.
-
Kecepatan angin maksimum kurang atau sama dengan 30 km/jam.
2.
Tanah
-
Kemiringan tanah kurang dari 10%.
-
Jeluk efektif lebih dari 100 cm.
-
Tekstur tanah terdiri lempung berpasir dan liat berpasir.
-
Batuan di permukaan maupun di dalam tanah maksimal 15%.
-
pH tanah berkisar antara 4,3 – 5,0. - Drainase tanah sedang.
3.2 Persiapan Lahan
Penyiapan lahan dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut :
- Pohon karet tua (replanting)
atau semak dan atau pohonnon karet (new planting) ditebang dengan menggunakan
gergaji (Chain saw), atau didorong menggunakan ekscavator sehingga perakaran
ikut terbongkar.
- Pohon yang telah tumbang segera
dipotong-potong dengan panjang sesuai dengan ukuran yang dikehendaki.
- Bagian-bagian cabang dan
ranting yang masih tertinggal dipotong-potong lebih pendek untuk memudahkan
pengumpulan pada jalur yang telah ditetapkan.
- Sambil menunggu pekerjaan
memotong ranting yang tersisa, pekerjaan dilanjutkan dengan membongkar tunggul
yang masih tersisa di lapang.
- Pembongkaran tunggul dapat
dilakukan dengan menggunakan alat berat (buldozer) sehingga sebagian besar
tunggul dan akar tanaman karet dapat terangkat.
- Semua tunggul yang telah dibongkar bersama
dengan sisa cabang dan ranting dibersihkan dengan cara dirumpuk/dikumpulkan.
- Hasil rumpukan diusahakan agar terkena sinar
matahari sebanyak-banyaknya sehingga cepat kering. Jarak antar tumpukan kayu
karet diatur sedemikian rupa agar tidak mengganggu pekerjaan pengolahan tanah
dan tumpang tindih dengan barisan tanaman.
- Khusus untuk areal peremajaan,
tunggul kayu dan seluruh perakaran mutlak harus dibuang dan diangkat untuk
mencegah tumbuhnya kembali JAP, minimal tunggul yang berdekatan dengan tanaman
baru.
- Pembongkaran atau penebangan habis seluruh
tanaman yang tumbuh (land clearing), yang dianjurkan adalah pengolahan lahan
tanpa bakar (zero burning).
Dalam penanaman harus diperhatikan jarak
tanam dan kerapatan tanaman karena akan berpengaruh terhadap produktivitas.
Jarak yang lebih sempit akan berdampak negatif dengan beberapa kelemahannya.
Beberapa kerusakan yang akan terjadi akibat jarak yang lebih sempit adalah:
Kerusakan mahkota tajuk oleh angin, Kematian pohon karena penyakit menjadi
lebih tinggi Tercapainya lilit batang sadap lebih lambat Hasil getahnya akan
berkurang Oleh sebab itu, dalam melakukan penanaman, sangat tidak dianjurkan
terlalu rapat jarak antara satu pohon dengan pohon yang lainnya. Melihat hal
tersebut diatas, maka dewasa ini kepadatan kerapatan pohon setiap hektarnya
tidak melebihi dari jumlah 400 sampai dengan 500 pohon. Hal itu berarti jarak
tanamnya perhektar adalah 7 x 3 m, 7,14 x 3,33 m atau 8 x 2,5 m.
3.3. Bibit
Hal
yang paling penting dalam penanaman karet adalah bibit/bahan tanam, dalam hal
ini bahan tanam yang baik adalah yang berasal dari tanaman karet okulasi.
Persiapan bahan tanam dilakukan paling tidak 1,5 tahun sebelum penanaman. Dalam
hal bahan tanam ada tiga komponen yang perlu disiapkan, yaitu: batang bawah (root
stoct), entres/batang atas (budwood), dan okulasi (grafting)
pada penyiapan bahan tanam.
3.4. Penanaman
Dalam pelaksanaan
penanaman tanaman karet diperlukan berbagai langkah yang dilakukan secara
sistematis mulai dari pembukaan lahan (land
clearing), persiapan lahan penanaman dan seleksi dan penanaman bibit.
Dalam penanaman harus diperhatikan jarak
tanam dan kerapatan tanaman karena akan berpengaruh terhadap produktivitas.
Jarak yang lebih sempit akan berdampak negatif dengan beberapa kelemahannya.
Beberapa kerusakan yang akan terjadi akibat jarak yang lebih sempit adalah:
Kerusakan mahkota tajuk oleh angin Kematian pohon karena penyakit menjadi lebih
tinggi Tercapainya lilit batang sadap lebih lambat Hasil getahnya akan
berkurang Oleh sebab itu, dalam melakukan penanaman, sangat tidak dianjurkan
terlalu rapat jarak antara satu pohon dengan pohon yang lainnya.
Proses penanaman dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
1.
Mengajir
Untuk memperoleh hasil yang optimal, jarak tanam karet yang
direkomendasikan adalah 6 m x 3 m atau jumlah populasi sekitar 550 pohon per ha.
2.
Pembuatan
Lubang Tanam
·
Lubang
tanam dibuat dengan ukuran 40 cm x 40 cm x 40 cm dan disiapkan minimal 2 minggu
sebelum penanaman.
·
Pembuatan
lubang tanam dilakukan dengan menggunakan cangkul tanah. Tanah bagian bawah
(sub-soil) dipisahkan dengan dengan tanah bagian atas (top-soil).
·
Selanjutnya
diberikan pupuk dasar yaitu SP 36 dengan dosis 125 gram/pohon atau sekitar 62,5
kg/ha.
3.
Penanaman
·
Waktu
Penanaman tanaman karet dilakukan pada awal musim penghujan, saat tersebut
merupakan awal yang baik/optimal untuk memulai penanaman dan harus berakhir
sebelum musim kemarau.
·
Pelaksanaan
Tanam Bibit yang akan ditanam dapat berupa stum mata tidur maupun bibit dengan
payung satu. Adapun ketentuan bibit siap tanam adalah sebagai berikut :
- Apabila bahan tanam berupa stum mata tidur, maka mata
okulasi harus sudah membengkak/mentis. Hal ini dapat diperoleh dengan cara
menunda pencabutan bibit minimal seminggu sejak dilakukan pemotongan batang
bawah.
- Jika bahan tanam
yang dipakai adalah bibit yang sudah ditumbuhkan dalam polybag, maka bahan yang
dipakai maksimum memiliki dua payung daun tua.
- Penanaman dilakukan
dengan memasukkan bibit ke tengah-tengah lubang tanam. Untuk bibit stum mata
tidur, arah mata okulasi diseragamkan menghadap gawangan pada tanah yang rata,
sedangkan pada tanah yang berlereng mata okulasi diarahkan bertolak belakang
dengan dinding teras, sedangkan bibit dalam polybag arah okulasi menghadap
Timur.
- Kemudian bibit ditimbun dengan tanah bagian bawah
(sub-soil) dan selanjutnya dengan tanah bagian atas (top-soil). Selanjutnya,
tanah dipadatkan secara bertahap sehingga timbunan menjadi padat dan kompak,
tidak ada rongga udara dalam lubang tanam.
- Lubang tanam ditimbun sampai penuh, hingga permukaan rata
dengan tanah di sekelilingnya. Untuk bibit stum mata tidur kepadatan tanah yang
baik, ditandai dengan tidak goyang dan tidak dapat dicabutnya stum yang
ditanam, sedangkan bibit dalam polybag pemadatan tanah dilakukan dengan
hati-hati mulai dari bagian pinggir ke arah tengah.
4. Penyulaman
Penyulaman dilakukan dengan bahan tanam yang relatif seumur
dengan tanaman yang disulam. Hal ini dilakukan dengan selalu menyediakan bahan
tanam untuk sulaman dalam polybag sekitar 10% dari populasi tanaman.
3.5.
Pemeliharaan Tanaman
1. Penyulaman
- Bibit yang
baru ditanam selama tiga bulan pertama setelah tanam diamati terus menerus.
- Tanaman yang
mati segera diganti.
- Klon tanaman
untuk penyulaman harus sama.
- Penyulaman
dilakukan sampai unsur 2 tahun.
- Penyulaman
setelah itu dapat berkurang atau terlambat pertumbuhannya.
2. Pemotongan
Tunas Palsu
Tunas palsu
dibuang selama 2 bulan pertama dengan rotasi 1 kali 2 minggu, sedangkan tunas
liar dibuang sampai tanaman mencapai ketinggian 1,80 meter.
4. Merangsang
Percabangan
Bila tanaman 2
– 3 tahun dengan tinggi 3,5 meter belum mempunyai cabang perlu diadakan
perangsangan dengan cara :
- Pengeringan batang (ring out)
- Pembungkusan pucuk daun (leaf
felding)
- Penanggalan (tapping)
4.
Pengendalian Gulma dan Pemberantasan Penyakit
Areal
pertanaman karet, baik tanaman belum menghasilkan (TBM) maupun tanaman sudah
menghasilkan (TM) harus bebas dari gulma seperti alang-alang, Mekania, Eupatorium dan lainnya sehingga
tanaman dapat tumbuh dengan baik.
Penyakit
karet sering menimbulkan kerugian ekonomis di perkebunan karet. Kerugian yang
ditimbulkannya tidak hanya berupa kehilangan hasil akibat kerusakan tanaman,
tetapi juga biaya yang dikeluarkan dalam upaya pengendaliannya. Oleh karena itu
langkah-langkah pengendalian secara terpadu dan efisien guna memperkecil
kerugian akibat penyakit tersebut perlu dilakukan. Lebih 25 jenis penyakit
menimbulkan kerusakan di perkebunan karet. Penyakit tersebut dapat digolongkan
berdasarkan nilai kerugian ekonomis yang ditimbulkannya.
5.Pemupukan
Selain
pupuk dasar yang telah diberikan pada saat penanaman, program pemupukkan secara
berkelanjutan pada tanaman karet harus dilakukan dengan dosis yang seimbang dua
kali pemberian dalam setahun. Pupuk dasar yang baik digunakan adalah pupuk
organic dan dikombinasikan dengan tambahan pupuk buatan untuk mempercepat
jalannya proses jalannya akar karet menyerap unsure hara yang ada pada pupuk.
III.
PANEN DAN PASCA PANEN
4.1.
Panen
4.1.1 Matang Sadap Pohon
Tanaman karet yang sudah siap
untuk dipanen biasanya sudah berumur 5 – 6 tahun. Keliling batang pohon sudah
mencapai 45 cm atau lebih. Keliling batang diukur dengan ketentuan 100 cm dari
batas okulasi tanaman.
4.1.2.
Proses Penyadapan
1. Persiapan Sadap Baru
Persiapan lahan penyadapan baru
pada tanaman karet yang baru akan dipanen dilakukan dengan cara:
-
Menentukan
bidang sadap
Pada tanaman okulasi silinder
tanaman relative sama sampai pada ketinggian 130 cm. ketebalan kulit tanaman
juga menjadi factor utama dalam menentukan bidang sadap.
-
Setelah
menentukan bidang sadap dilakukan penyadapan arah irisan sadap harus dari kiri
atas ke kanan bawah, tegak lurus terhadap pembuluh lateks. Sudut kemiringan
irisan yang paling baik berkisar antara 30o – 40o terhadap
bidang datar untuk bidang sadap bawah. Pada penyadapan bidang sadap atas, sudut
kemiringannya dianjurkan sebesar 45o. Panjang penyadapan dilakukan
dengan panjang setengah dari lingkar batang.
-
Pemasangan Talang dan
Mangkuk Sadap Talang sadap terbuat dari seng selebar 2,5 cm dengan panjang
sekitar 8 cm. Talang sadap dipasang pada jarak 5 cm – 10 cm dari ujung irisan
sadap bagian bawah. Mangkuk sadap umumnya terbuat dari plastik, tanah liat atau
aluminium. Mangkuk sadap dipasang pada jarak 5-20 cm di bawah talang sadap.
Mangkuk sadap diletakkan di atas cincin mangkuk yang diikat dengan tali cincin
pada pohon.
2.
Pelaksanaan
Penyadapan
Waktu penyadapan yang baik
dilaksanakan antara jam 05.00 – 07.30 pagi. Kedalaman irisan sadap dianjurkan
berkisar 1- 1,5 mm dari cambium suapaya tanaman dapt bertahan selama 25 – 30
tahun. Kedalaman irisan berkisar 1,5 – 2 mm setiap penyadapannya. Pada tanaman
dengan penyadapan baru sebaiknya tanaman dilakukan sebanyak 1 kali dalam 3 hari
selama 2 tahun. Setelah itu baru dilakukan penyadapan 1 kali dalam 2 hari pada
tahun – tahun berikutnya.
4.1.3. Pengumpulan
Lateks
Pengumpulan lateks dapat
dilakukan pada siang hari sekitar pukul 11.00 setelah tidak ada lagi lateks
yang menetes untuk tiap harinya. Lateks dikumpulkan dalam satu wadah persegi
dengan tingkat ketebalan tertentu. Pengumpulan juga dapat dilakukan tiap minggu
sekali atau sekehendak kita, tetapi semakin lama dipanen maka akan menjadikan
kualitas lateks itu akan berkurang.
4.2. Pasca
Panen
Untuk memperoleh bahan olah karet yang bermutu baik beberapa
persyaratan teknis yang harus diikuti yaitu :
•
Tidak ditambahkan bahan-bahan non karet.
•
Dibekukan dengan asam semut dengan dosis yang tepat.
•
Segera digiling dalam keadaan segar.
• Disimpan di tempat yang teduh dan terlindung dan tidak
direndam. Jenis bahan olah karet (bokar) yang dapat diproduksi yaitu :
a.
Lateks Pekat
Lateks pekat adalah lateks kebun
yang dipekatkan dengan cara sentrifus atau didadihkan dari KKK 28% - 30%
menjadi KKK 60% - 64%. Peralatan yang diperlukan adalah tangki dadih dari
plastik, pengaduk kayu, dan saringan lateks 60 mesh. Bahan-bahan yang
diperlukan berupa bahan pendadih yaitu campuran amonium alginat dan karboksi
metil selulose, bahan pemantap berupa amonium laurat dan pengawet berupa gas
atau larutan amoniak. Pengolahan lateks pekat melalui beberapa tahap yaitu
penerimaan dan penyaringan lateks kebun, pembuatan larutan pendadih, pendadihan
dan pemanenan.
b. Lump Mangkok
Lump mangkok adalah lateks kebun
yang dibiarkan menggumpal secara alamiah dalam mangkok. Pada musim penghujan
untuk mempercepat proses penggumpalan lateks dapat digunakan asam semut yang
ditambahkan ke dalam mangkok.
c. Slab
Tipis / Giling
Slab tipis dibuat dari lateks
atau campuran lateks dengan lump mangkok yang dibekukan dengan asam semut di
dalam bak pembeku yang berukuran 60 x 40 x 6 cm, tanpa perlakuan penggilingan.
Proses pembuatan slab tipis dapat diuraikan sebagai berikut :
1.
Masukkan dan susun lump mangkok secara merata
di dalam bak pembeku.
2.
Tambahkan
larutan asam semut 1% ke dalam lateks kebun, dengan dosis 110 ml per liter lateks,
kemudian diaduk.
3.
Tuangkan
campuran tersebut ke dalam bak pembeku yang telah diisi lump mangkok.
4.
Biarkan
sekitar 2 jam, lalu gumpalan diangkat dan disimpan di atas rak dalam tempat
yang teduh. Untuk meningkatkan kadar karet kering menjadi sekitar 70%, slab
tipis dapat digiling dengan menggunakan handmangle dan hasilnya disebut dengan
slab giling. Slab tipis dapat diolah menjadi blanket melalui penggilingan
dengan mesin creper. Proses penggilingan dilakukan sebanyak 4-6 kali sambil
disemprot dengan air bersih untuk menghilangkan kotoran yang terdapat di dalam
slab. Hasil blanket mempunyai ketebalan sekitar 0,6 cm – 1 cm, dengan KKK
sekitar 75%.
d.
Sit Angin
Sit angin adalah lembaran karet
hasil penggumpalan lateks yang digiling dan dikeringanginkan sehingga memiliki
KKK 90% - 95%. Pengolahan sit angin dilakukan melalaui berbagai tahap yaitu
penerimaan dan penyaringan lateks, pengenceran, penggumpalan, pemeraman,
penggilingan, pencucian, penirisan dan pengeringan.
e. Sit
Asap (Ribbed Smoked Sheet/RSS)
Proses pengolahan sit asap hampir
sama dengan sit angina. Bedanya terletak pada proses pengeringan, dimana pada
sit asap dilakukan pengasapan pada suhu yang bertahap antara 40o-60o C selama 4
hari, dengan pengaturan sebagai berikut :
1.
Hari pertama, suhu 40o C – 45o
C, ventilasi ruang asap lebar.
2.
Hari
kedua, suhu 40o C – 50o C ventilasi ruang asap sedang.
3.
Hari
ketiga, suhu 50o C – 55o C ventilasi ruang asap tertutup
4.
Hari
keempat, suhu 55o C– 600 C
DAFTAR PUSTAKA
Budidaya tanaman karet. Pedoman teknis
karet. Dirjenbun Kementerian RI
Jenis – jenis karet alam di dunia. http:// indonesiannaturalrubber. blogspot.com.
Manajemen dan
Budidaya Karet, Pusat Penelitian Karet. Medan.
Setiawan,
H. D dan Andoko, A. Petunjuk Lengkap Budi Daya Karet. Agromedia Pustaka.
Jakarta. 2005
Perkebunan karet belum bisa berperan.
Detik.com