Jumat, 19 April 2013

GRADING ALAT PERONTOK PRODUK KACANG TANAH


Kacang tanah merupakan salah satu komoditas palawija yang cukup penting dan perlu terus dikembangkan mengingat produk kacang tanah digunakan sebagai bahan baku industri makanan dan pakan seperti industri kacang kulit, kacang garing, kacang bawang, industri ice cream, industri bumbu-bumbuan serta industri catering. 
Penanganan pasca panen kacang tanah di tingkat petani pada umumnya masih dilakukan secara tradisional seperti panen, perontokan polong, pengeringan, pengupasan kulit dan sortasi. Kegiatan ini memerlukan cukup banyak tenaga kerja sehingga pada saat-saat tertentu sering terjadi penundaan proses penanganan pasca panen yang berakibat pada penurunan kwalitas hasil dan tingginya tingkat kehilangan hasil.
Umumnya pihak industri membeli bahan baku kacang tanah dalam bentuk polong dan biji untuk selanjutnya diolah menjadi berbagai macam produk. Pihak  industri mempersyaratkan kepada petani untuk dapat menjadi pemasok harus mampu memberi jaminan pasokan secara teratur dan kontinyu serta dengan mutu sesuai standar. Untuk memenuhi persyaratan tersebut petani harus mengubah cara-cara pengolahan pasca panen dari tradisional/manual ke cara mekanis agar produktivitasnya dapat ditingkatkan dan mutu hasil dapat di jamin.  Dalam pengembangan alsin pasca panen perlu dikembangkan sistem kerjasama yang memungkinkan  petani mendapat jaminan pemasaran dengan harga yang wajar serta pihak industri mendapatkan bahan baku yang lancar dengan mutu yang standar, dengan demikian petani dapat menikmati peningkatan nilai tambah hasil usahanya.
Pengembangan teknologi alsin pasca panen ditujukan untuk meningkatkan produktivitas dan perbaikan proses penanganan pasca panen  agar dapat  menekan tingkat kehilangan disebabkan karena tercecer sebesar 12,2% dan susut mutu 8,5%.

Alat - Mesin Perontok Polong Kacang Tanah.
Efisiensi perontokan 98,9%, berarti ada 1,1% polong yang tidak terontok. Hal ini agak sukar dihindari karena letak polong tidak teratur, untuk polong yang berada di ujung akar dapat terontok sempurna sedangkan polong yang ada ditengah kemungkinan tidak terontok karena tidak terjangkau oleh gigi perontok.
Kualitas hasil perontokan terdiri dari polong rusak sebesar 0,6%, tingkat kebersihan  95,2%. Terjadinya polong rusak pada umumnya disebabkan oleh pukulan silinder perontok terutama pada polong yang tidak masuk sempurna ke dalam ruang perontok. Tingkat kebersihan masih dapat ditingkatkan dengan menggunakan bahan brangkasan kacang tanah yang kering sehingga kotoran berupa tanah, daun dan batang kacang tanah dapat dipisahkan oleh hembusan udara blower.
Berdasarkan hasil analisa ekonomi menghasilkan B/C ratio 1,02 yang berarti mengusahakan alat ini dapat menghasilkan keuntungan. Biaya operasional cukup murah Rp.25/kg. bila dibandingkan dengan perontokan secara manual  memerlukan biaya perontokan  Rp.175/kg.
Alat-Mesin Pengupas Kulit Polong Kacang Tanah
Alsin pengupas kulit polong kacang tanah terbuat dari bahan besi plat, plat berlubang, besi siku dan bagian utama terdiri dari hoper, silinder pengupas, ayakan, kipas pembersih (blower) dan unit transmisi. Alat ini digerakkan oleh motor bensin 5 Hp/2200 rpm.
Hasil analisis ekonomi menunjukkan bahwa pengoperasian alsin pengupas kulit polong dapat menguntungkan dengan B/C ratio 2,47. Biaya pengoperasian  alsin Rp.35/kg. Biaya ini  lebih kecil dari pada biaya pengupasan secara manual sebesar Rp.110/kg
 Alat  Mesin Sortasi Biji Kacang Tanah
Alsin sortasi biji kacang tanah dirancang untuk mensortir kacang tanah berdasarkan ukuran/diameter  yang dibagi dalam 4 grade yaitu 8 mm, 7 mm, 6 mm  dan lebih kecil 6 mm dengan kapasitas 250 kg/jam.  Alat-mesin ini terbuat dari plat  dan pipa stainless steel dan kerangka besi siku.  Alat-mesin ini terdiri dari 3 bagian utama yaitu hoper, silinder penyortir dan sistem transmisi yang digerakkan oleh motor listrik ½ Hp/1400 rpm/1 phase.
Untuk  mensortir biji kacang  tanah digunakan putaran  silinder sortasi 30 rpm. Pada putaran ini adalah putaran optimum yang mendapatkan hasil sortasi yang paling baik, karena bahan cukup waktu untuk melalui proses sortasi dan gaya sentrifugal cukup untuk mengeluarkan biji melalui lubang pensortiran.
Setelah proses penyortiran masih ada biji-biji yang tercampur  tidak sesuai dengan grade yang diinginkan, seperti pada grade I masih tercampur dengan biji grade II dan grade III, hal ini disebabkan karena  bentuk  biji kacang  tanah yang  tidak  teratur (bulat dan gepeng).  Untuk biji yang berbentuk bulat dapat dilakukan pensortiran dengan baik, sedangkan untuk yang berbentuk gepeng yang seharusnya tidak lolos pada lubang  untuk grade yang sebenarnya, karena pada saat melewati lobang sorting posisi kacang berada pada sisi yang terkecil maka biji akan lolos.
Berdasarkan hasil analisa ekonomi menunjukkan bahwa biaya pensortiran dengan alsin sortasi  adalah  Rp.9/kg. Biaya ini jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan biaya sortasi secara manual  Rp.75/kg. B/C ratio 1,33  menunjukkan bahwa alat ini cukup layak untuk dikembangkan.\


1.     Alat-mesin penanganan pasca panen kacang tanah yang terdiri dari alat-mesin perontok polong kacang tanah, alat-mesin pengupas kulit polong kacang tanah dan alat-mesin sortasi biji kacang tanah dapat meningkatkan produktivitas kerja, menekan tingkat kehilangan hasil, meningkatkan mutu hasil prosesing oleh petani dan menekan biaya pengolahan hasil.
2.     Alat-mesin perontok polong kacang tanah dapat meningkatkan kapasitas perontokan mencapai 307,22 kg/jam, efisiensi perontokan 98,9%, tingkat kerusakan polong 0,6% serta menekan biaya perontokan  polong dari Rp.175/kg menjadi Rp. 25/kg.
3.     Alat-mesin pengupas kulit polong kacang tanah dapat meningkatkan produktivitas kerja mencapai 111,75 kg biji/jam, efisiensi pengupasan  90,0%, dengan kualitas hasil biji utuh 95,71%, biji rusak 4,29%, kotoran 0,49% dan menekan biaya pengupasan kulit dari Rp.110/kg  manjadi Rp.35/kg.
4.     Alat-mesin sortasi biji kacang tanah dapat meningkatkan produktivitas kerja menjadi 260 kg/jam dan dapat mensortir biji kacang tanah berdasarkan ukuran diameter biji dalam 4 grade yaitu grade I: 8 mm, grade II: 7 mm, grade III: 6 mm dan Grade IV: diameter dibawah 6 mm dengan kualitas hasil pensortiran pada grade I 91,1%, grade II 89,7%, grade III 86,1% dan grade IV 88,3%, dan menekan biaya penyortiran dari Rp.75/kg menjadi Rp.9/kg.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar