Kamis, 31 Agustus 2017

PEWAWANCARA SEBAGAI PENGUMPUL DATA

Dalam pengumpulan data sering dikenal istilah short dirty dan long dirty mengandung pengertian bahwa pewawancara datang di lokasi penelitian pada waktu yang singkat sehingga sangat riskan untuk memperoleh data yang baik dan benar. Bila pewawancara tidak hati hati, data yang diperoleh merupakan data yang semu, artinya data tersebut kurang baik. Adapun long dirty mengandung pengertian bahwa pewawancara mempunyai waktu yang relatif cukup di lokasi penelitian, tetapi karena kurang efisiennya mengatur pertemuan dengan sampel atau kurang baiknya instrumen yang dibawa atau kurang jelinya pewawancara menangkap pesan yang diberikan oleh sampel, maka data yang dikumpulkan juga tidak seperti yang diharapkan.
Oleh karena itu pewawancara memegang peranan yang penting dalam menggali data yang baik dan benar. Ada baiknya bila melakukan penelitian, maka pencarian data itu kita lakukan sendiri dan usahakan tinggal di lokasi penelitian. Namun, bila tidak mempunyai waktu yang cukup, maka dapat saja meminta dapat meminta bantuan pihak lain atau enumerator (penghitung, pencacah, penjumlah) dalam mengumpulkan data.
Sebagai pedoman untuk memilih enumerator yang baik adalah sebagai berikut:
a.       Pilihlah orang – orang yang pernah bekejra dengan kita, dengan demikian kita tidak ragu – ragu lagi dalam menilai kapasitas enumerator tersebut.
b.      Pilihlah orang – orang yang menyenangi penelitian pada objek yang diteliti, sebab tidak semua orang menyenangi pekerjaan penelitian. Kadang – kadang ada enumerator yang menginginkan gaji atau honorariumnya saja, tetapi tidak menyenangi pekerjaannya. Bila terjadi demikian, enumerator tersebut seringkali melakukan teknuk “jalan pintas” (yang penting cepat selesai, tidak peduli datanya baik atau jelek).
c.       Berikan waktu yang cukup pada enumerator. Artinya ia perlu diberi waktu yang cukup untuk tinggal di Desa. Misalnya kalau satu hari diperkirakan dapat diselesaikan pengisian dua daftar isian, maka untuk dapat menyelesaikan 30 daftar isian, yang bersangkutan perly diberi waktu 15 hari.
d.      Berikan pengertian tentang tatacara pengumpulan data yang baik dan benar. Kadang – kadang walaupun enumerator diberi waktu cukup namun ia bertindak “nakal”. Misalnya diberi waktu 15 hari menyelesaikan 30 daftar isian, tetapi dengan jalan pintas ia menyelesaikan dalam waktu 3 hari. Melalui cara pintas ini misalnya, sampel dikumpulkan dan diwawancari. Padahal, mestinya petugas pencacah harus melakukan wawancara satu per satu di rumah sampel.

e.       Berikan sanksi bila petugas wawancara tidak melakukan tugasnya dengan baik. Misanya meminta ia pergi kembali ke lapangan bila memang dijumpai data yang tidak baik dan salah. Tentang hal ini kita perlu berhati – hati. Kadang – kadang enumerator tidak mau kembali lagi ke lokasi penelitian karena berbagai alasan. Untuk itu sebaiknya enumerator tersebut ditemani petugas yang lain dan berikan bekal yang cukup untuk mengumpulkan data lagi. 

Disadur dari Buku Analisis Usahatani: Sukartawi: UI Press 2016


Rabu, 30 Agustus 2017

PETANI SEBAGAI SAMPEL DALAM PENELITIAN USAHATANI

Dalam analisis usahatani, maka peran petani sebagai sumber informasi (responden atau sampel) sangat penting. Oleh karena itu petani dipakai sebagai target group (kelompok sasaran). Beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian adalah:
a.       Indentifikasi kelompok sasaran yaitu  petani dan usahataninya. Apakah yang disurvey petani karet, kelapa sawit maupun petani secara umum. Intentifikasi ini tentunya disesuaikan dengan daerah penelitian. Kalau tujuan memang ditujukan untuk petani karet, maka sampelnya adalah petani karet. Karena didalam praktek tidak ada atau jarang ada petani yang mengkhususkan diri berusahatani tanaman pangan atau holtikultura terkecuali tanaman perkebunan seperti karet dan kelapa sawit karena memiliki umur produksi yang lama mencapai 25 – 30 tahun. Namun, kita sebagai peneliti maupun surveyor perlu mengkhususkan diri pada batasan penelitian saja.
b.      Identifikasi peran petani dalam keluarganya atau perannya didalam masyakat. Apakah ia dominan sebagai kepala keluarga, merangkap sebagai pedagang, pejabat desa atau lainnya.
c.       Identifikasi unit usahataninya, apakah rumah tangga atau usahatani itu sendiri.

Pentingnya peran sampel atau responden didalam penelitian, khususnya kepala keluarga. Maka idenditifikasi sampel memang harus jelas. 

Disadur dari Buku Analisis Usahatani: Sukartawi: UI Press 2016

Jumat, 10 Maret 2017

BALADA NEGERI KU (Akses jalan yang sangat sulit di Bahar Selatan)

           Musim penghujan yang terjadi akhir – akhir telah membuat berbagai bencana di hampir seluruh kabupaten di Provinsi Jambi. Bencana banjir di Kabupaten Bungo, Tebo, Batang Hari, dan Muara Jambi terjadi di seluruh daerah aliran Sungai Batang Hari. Selain bencana banjir, akses jalan yang sangat sulit terutama pada saat musim penghujan sangat dirasakan oleh seluruh penduduk pedesaan yang ada di Provinsi Jambi.
            Kondisi jalan rusak, bergelombang, licin, atau bahkan berlumpur sangat dalam yang hampir dapat menenggelamkan kendaraan. Hal ini sangat miris karena merupakan salah satu akses yang sangat penting bagi denyut nadi roda sosial ekonomi masyarakat yang melalui akses jalan tersebut. Ditambah dengan kendaraan dengan tonasi yang tinggi semakin memperburuk kondisi jalan tersebut.
            Sebagai contoh, akses jalan yang ada di Kecamatan Bahar Selatan, Kabupaten Muara Jambi, Provinsi Jambi. Terutama adalah akses jalan utama dari Unit 7 menuju Unit 20 dan Unit 22 kondisinya sangat memprihatinkan. Tidak ubahnya sebuah jalan, namun Nampak seperti kubangan kerbau yang dalam. Kondisi jalan seperti ini sangat mengganggu akses sosial ekonomi masyarakat yang melaluinya. 

Ket: Kondisi jalan diambil oleh penulis pada akhir Desember 2016. Kondisi jalan pada awal maret 2017 ini tentunya lebih parah lagi karena diguyur hampir tiap hari.
            Sebagai perbandingan akan penulis tunjukkan kondisi jalan terakhir yang di unduh dari akun Facebook Kolipin Doel Jabar


Ket: kondisi jalan ibarat kubangan lumpur yang sanagat sulit untuk dilalui.

Harapannya pemerintah sebagai pemangku sangat peka dengan kondisi ini dan segera melakukan tindakan reaktif untuk memperbaiki jalan tersebut. 

Rabu, 01 Maret 2017

JALAN DAN AKSES SOSIAL EKONOMI

        Memasuki musim penghujan pada rentang bulan Januari dan Februari menjadikan masalah tersendiri bagi aktifitas sosial dan ekonomi masyarakat. Terutama adalah jalan yang merupakan akses kegiatan sosial ekonomi masyarakat. Jalan yang berlubang baik kecil apalagi besar dan licin akan menjadi hambatan dan bencana bagi penggunanya.
            Pada daerah perkotaan yang umumnya permasalahan jalan sangat diperhatikan dengan serius oleh pemerintah karena merupakan akses utama perekonomian suatu kota tersebut. Namun, pada daerah perdesaan melihat kondisi jalan aspal yang bagus akan sangat jarang ditemukan terutama wilayah perdesaan bukanlah akses jalan provinsi atau nasional. Keterbatasan anggaran pemerintah kabupaten dalam pembangunan infrastruktur terutama jalan akan lebih memprioritaskan jalan yang merupakan akses sosial ekonomi yang lebih komplek.
            Jalan desa yang merupakan jalan perkampungan dan jalan usahatani sebagian besar masih berupa jalan tanah ataupun tanah pengerangan. Kondisi ini sangat mengganggu aktifitas sosial ekonomi masyarakat terutama pada saat musim penghujan. Kondisi jalan akan menjadi licin dan berlumpur sehingga sulit untuk dilalui. Hal ini sangat menghambat kegiatan sosial dan ekonomi  masyarakat pedesaan. 

Senin, 20 Februari 2017

Pak Beye dan Keluarganya




Judul                           : Pak Beye dan Keluarganya
Penulis                        : Wisnu Nugroho
Tahun Terbit               : 2011
Jumlah Halaman          : 308 Halaman 
Jenis Buku                   : Biografi
Penerbit                       : Kompas

Keluarga adalah tempat Pak Beye kembali dari rutinitasnya sebagai orang nomor satu di Republik Indonesia. Lewat keluarganya di Cikeas, pemikiran dan cita – citanya ditumbuhkan. Keluarganya tidak lagi terbatas pada ikatan darah. Ada Partai Demokrat dan anak – anak ideologis yang ditumbuhkan disana.
            Terhadap kiprah Pak Beye dan keluarganya, muncul sejumlah kritik karena kekhawatiran hadirnya dinasti seperti dalam sistem monarki. Dalam seri terakhir Tetralogi Sisi Lain SBY, Wisnu Nogroho, wartawan Kompas yang bertugas di istana, berbagi tentang hal – hal yang tidak penting yang dijumpainya di Istana, Cikeas, dan Pacitan.
            Ada kisah ibu ratu, putra mahkota, sejumlah abdi dalem dengan label tim hore, dan kehidupan di puri. Setelah tersenyum – senyum, gelisah, dan berpikir, semoga keputusan hadir. 

Rabu, 20 Juli 2016

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN KARET

a.      Pengendalian Hama
1.      Rayap (Micro termes inspiratus)
a.       Gejala
Bagian stump rusak, bagian kulit pada bidang sadap rusak, sehingga mengganggu proses penyadapan. Akar tanaman terputus-putus, bahkan tidak lagi berujung yang mengakibatkan batang karet mudah roboh.
b.      Pengendalian
Pengendalian yang dilakukan adalah dengan cara manual yaitu dengan menghancurkan rumah rayap dengan menggunakan parang. Pengendalian dengan kimiawi yaitu dengan disemprot insektisida berbahan aktif fipronil dengan konsentrasi 2 cc/liter air.

2.      Babi Hutan
a.       Gejala
Membongkar dan mematahkan tanaman karet. Babi hutan menyerang tanaman karet yang masih muda, yang menyebabkan kulit dan batang tanaman muda tampak terkerat, bahkan ada tanaman karet yang tumbang, dikarenakan tanah disekitarnya terbongkar oleh babi hutan.
b.      Pengendalian
Pengendalian yaitu dengan memberi pagar pembatas yang mengelilingi sekitar areal yang sering diganggu babi hutan. Pagar dibuat setinggi 1,5-2 m dengan menggunakan kayu atau bambu, kemudian diberi plastik mengelilingi tanaman karet muda yang sering diserang oleh babi, setelah itu beri umpan yang mengandung racun babi, dengan cara memberi umpan ketela pohon yang sudah dimasukkan racun babi (temik). Selain itu dilakukan dengan cara mengusir babi hutan dengan membunyikan bunyian keras sepeti memukul kentungan, dan juga diusir dengan cara membersihkan dari semak belukar, terutama lahan yang terserang oleh babi hutan.
3.      Tapir
a.       Gejala
Tanaman muda daunnya rontok dan tampak tidak berkulit dan sekeliling kulit batang Tanaman tampak habis digerogoti oleh binatang. Binatang ini sering memakan daun dan kulit tanaman karet yang masih muda.
b.      Pengendalian
Pengendalian dilakukan dengan cara diusir dengan cara membunyikan bunyian keras seperti ledakan, dan melakukan penjagaan pada areal tanaman karet.
b.Pengendalian penyakit.
1.      Jamur akar putih (Riqidoporus microporus)
a.       Gejala
Daun-daun tanaman menjadi pucat kuning, kemudian gugur dan membentuk bunga atau buah lebih cepat serta dapat menyebabkan kematian pada pohon. Akar tanaman karet tampak benang-benang jamur putih yang agak tebal. Benang-benang tersebut menempel kuat pada akar sehingga sulit dilepas, sehingga akar tanaman yang sakit akhirnya membusuk, lunak,dan berwarna coklat.

Text Box: A



b.      Pengendalian
Pengendalian penyakit ini dengan cara menggali tanah melingkar sampai jarak 20 cm di sekitar pohon yang terkena jamur akar putih dengan menggunakan cangkul, kemudian gali dengan kedalaman 5 cm agar fungisida dapat meresap ke dalam tanah sekitar tanaman. Pengendalian penyakit ini menggunakan anvil  yang di campur dengan air dengan takaran 10 cc/liter air untuk terserang penyakit jamur putih dan diberikan pada pohon dengan takaran 5 cc/liter ait untuk pencegahan. Pengobatan tanaman yang sakit dilakukan pada waktu serangan dini untuk mendapat keberhasilan dalam pengobatan dan mengurangi resiko kematian tanaman.
2.      Jamur upas
a.       Gejala
Pada pangkal atau bagian atas perkecambahan tampak benang-benang berwarna putih seperti sutera. Sekumpulan benang ini membentuk lapisan kerak berwarna merah kemudian berubah menjadi lapisan tebal berwarna merah tua. Bagian tanaman yang terserang akan mengeluarkan lateks berwarna cokelat kehitaman yang meleleh dipermukaan batang tanaman, yang membuat cabang karet akan mati dan mudah patah.
b.      Pengendalian
Pengobatan harus dilaksanakan seawal mungkin, yaitu pada saat terlihat gejala serangan awal. Pengobatan di lakukan dengan melumaskan fungisida dengan kandungan 90 0,5%, Calixin MR, Dowco 262. Selain itu memotong batang yang terserang jamur upas.



Senin, 20 Juni 2016

ANALISA KETAHANAN PANGAN MASYARAKAT













Pentingnya penciptaan ketahanan pangan sebagai wahana penguatan stabilitas ekonomi dan politik, jaminan ketersediaan pangan dengan harga yang terjangkau dan menjanjikan untuk mendorong peningkatan produksi. Pemenuhan pangan yang cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau oleh seluruh rumah tangga merupakan sasaran utama dalam pembangunan ekonomi. Permintaan pangan yang meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk, mendorong percepatan produksi pangan dalam rangka terwujudnya stabilisasi harga dan ketersediaan pangan, sehingga ketahanan pangan sangat terkait dengan kemampuan pemerintah untuk menjaga stabilisasi penyediaan pangan serta daya dukung sektor pertanian.
Namun kepadatan penduduk yang diperkuat dengan penyusutan areal tanam, khususnya penurunan luas lahan pertanian produktif akibat konversi lahan untuk kepentingan sektor non-pertanian, serta kecilnya margin usaha tani yang berkonsekuensi pada rendahnya motivasi petani untuk meningkatkan produksi, serta adanya kendala dalam distribusi pangan sebagai akibat keterbatasan jangkauan jaringan sistem transportasi, ketidaktersediaan produk pangan sebagai akibat lemahnya teknologi pengawetan pangan, diperkuat lagi dengan kakunya (rigid) pola konsumsi pangan sehingga menghambat upaya pencapaian kemandirian/ketahanan pangan. Kondisi yang demikian tersebut makin memperpanjang fenomena kemiskinan dan ketahanan pangan yang dihadapi.
Undang-undang No. 7 tahun 1996 tentang Pangan, pada pasal 1 ayat 17, menyebutkan “ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau”.
Sesungguhnya ruh dari program ketahanan pangan adalah ketersediaan dan aksesibilitas masyarakat terhadap bahan pangan secara adil dan merata. Ketersediaan mengandung nilai semangat produktifitas, adapun aksesibilitas mencakup bagaimana pemenuhan hak asasi serta keterjangkauan termasuk dayabeli seluruh rakyat akan pangan. Produktifitas mengandung nilai kemandirian dan keberdayaan. Adapun pemenuhan hak asasi rakyat akan pangan berhubungan bagaimana proses demokratisasi pemerintahan berjalan dengan baik.
Ketahanan pangan bukan berarti kemandirian dalam bidang pengembangan pangan. Namun, ketahanan pangan adalah kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan akan pangan bagaimanapun mereka mendapatkannya. Ukuran dari ketahanan pangan adalah kemampuan daya beli masyarakat dalam memperolah kebutuhan pangan, sandang, dan papan. Kemampuan daya beli masyarakat dapat dilihat dari sumber pendapatan masyarakat dapat memenuhi kebuthan masyarakat. Berikut adalah beberapa sumber pendapatan utama masyarakat pada daerah dengan mayoritas perkebunan kelapa sawit, dan karet:
1.      Perkebunan Karet dan Kelapa Sawit
Dua komoditi perkebunan ini merupakan produk unggulan di Provinsi Jambi. Mayoritas penduduk Provinsi Jambi mengusahakan tanamaan karet dan kelapa sawit sebagai sumber pendapatan utama. Hampir seluruh masyarakat Desa mengandalkan komoditi perkebunan karet dan sebagian kecil perkebunan kelapa sawit. Komoditi perkebunan ini sangat menjanjikan karena memiliki perawatan yang relatif mudah, dan memiliki hasil panen yang menjanjikan. Meskipun fluktuasi harga tidak menyebabkan komoditi tanaman perkebunan ini ditinggalkan oleh pemiliknya.
Umumnya Masyarakat Desa menjual hasil kebun langsung kepada tengkulak / toke. Tidak adanya pasar lelang karet kerap menjadikan hambatan masyarakat untuk mendapatkan harga yang lebih tinggi dan layak sesuai dengan kulaitas hasil kebun yang dimiliki. Namun, hasil dari tanaman perkebunan ini masih snagat mencukupi kebutuhan hidup – hidup sehari – hari.
2.      Pegawai
Pegawai merupakan pekerja atau karyawan baik negeri maupun swasta yang berpenghasilan tetap setiap bulannya. Pegawai banyak menjadi primadona masyarakat terutama yang memiliki pendidikan tinggi. Nilai penghasilan yang tetap setiap bulannya memudahkan dalam mengatur kebutuhan keuangan untuk satu periode atau sampai waktu gajian berikutnya.
Sumber pendapatan utama merupakan sumber penghasilan pokok untuk menopang kehidupan sehari – hari masyarakat. Selain sumber pendapatan utama, sebagian masyarakat Desa juga memiliki sumber pendapatan sampingan untuk menambah penghasilan. Berikut  beberapa sumber pendapatan masyarakat Desa:
1.      Buruh Tani dan Buruh Perusahaan
Buruh tani / perusahaan  selain merupakan sumber penghasilan utama, dapat juga bergeser menjadi sumber pendapatan sampingan. Masyarakat memanfaatkan waktu luang mereka dengan bekerja sebagai buruh tani maupun sebagai buruh perusahaan. Rata – rata tingkat pendidikan dan ekonomi yang rendah mendasari masyarakat hanya mampu bekerja sebagai buruh.
2.      Pedagang Warung / Kios
Penduduk Desa memanfaatkan waktu luang mereka untuk menambah penghasilan dengan cara membuka warung / kios. Warung / kios biasanya dijaga oleh ibu – ibu sedangkan suaminya bekerja di ladang / kebun. Ibu- ibu selain juga menjaga rumah mereka juga mampu untuk menambah penghasilan keluarga. Selain itu, pada saat harga komoditi perkebunan rendah, warung / kios dapat bergeser menjadi penghasilan utama.
3.      Tukang Kayu, Tukang Batu, dan Bengkel
Tukang kayu dan batu merupakan tukang yang jika ada panggilan bekerja mereka akan dapat bekerja. Rata – rata tukang ini memiliki pendapatan utama sebagai petani perkebunan. Bengkel motor juga buka pada waktu tengah hari setelah pemilik / pekerja bengkel bekerja di kebun.
Aksesibiltas  pangan Desa ditentukan oleh tiga faktor, yaitu ketersediaan, konsumsi, dan distribusi. Ketersediaan pangan akan menjamin tingkat ketahanan pangan tersebut disuatu desa. Ketersediaan pangan di Desa dipenuhi oleh pasar. Kemudahan akses jalan yang terletak di antara dua provinsi yaitu Provinsi Jambi dan Sumatra Barat membuat kemudahan akses menuju daerah manapun.
Distribusi pangan yang merata ke semua penduduk Desa merupakan faktor utama dalam hal memenuhi kebutuhan masyarakat. Distribusi pangan dipengaruhi oleh kemudahan akses jalan dan terhindar dari keterisoliran. Daerah yang terisolasi akan menyulitkan dalam mendistribusikan bahan pangan ke daerah tersebut.
Konsumsi pangan erat kaitannya dengan kemampuan daya beli masyarakat. Ketika kemampuan daya beli masyarakat tinggi maka tingkat konsumsi pangan masyarakat juga tinggi. Tinggi berarti tingkat pemenuhan gizi seperti karbohidrat, protein, dan vitamin tercukupi. Namun ketika daya beli masyarakat menurun dan rendah konsumsi pangan hanya terkesan seadanya. Masyarakat mengatakan hasil kebun cukup untuk makan seadanya saja sudah senang.
Mayoritas masyarakat Desa mengandalkan tanaman perkebunan karet dan sawit sebagai penghasilan utama. Ketika harga kedua komoditi ini tinggi diatas harga batas kecukupan rumah tangga. Maka kehidupan penduduk Desa sejahtera. Ukuran kesejahteraan ini dapat dilihat dari kemampuan daya beli masyarakat dalam konsumsi pangan dan kemampuan dalam meningkatkan gengsi mereka. Namun, pada saat harga dua komoditi ini terpuruk dan terjun bebas, menjadikan masyarakat hanya mampu makan seadanya, dan mengesampingkan gengsi.