Umumnya petani karet menunggu selama 5 sampai dengan
6 tahun untuk menikmati keuntungan pertanamannya. Namun berbeda dengan petani
di Kotawaringin Timur melalui inovasi penanaman karetnya. Jika petani karet
biasanta menutup areal pertanaman karetnya dengan tanaman kacang – kacangan (cover crop), yang kurang bernilai
ekonomi, maka petani di Provinsi Kalimantan memilih menanam nilam.
Tidak dipungkiri, nilam merupakan salah satu tanaman
perkebunan bernilai ekonomi tinggi. Prospek ekspor komoditi ini masih cukup
besar, seiring semakin tingginya permintaan terhadap parfum / kosmetika. Dapat
dikatakan bahwa hingga saat ini belum ada produk apapun baik alami maupun
sintetis yang dapat digantikan minyak nilam dalam posisinya sebagai fiksasi
(Agroindo, 2008).
Tanaman nilam, oleh petani ditanam disela – sela karet
hingga berumur 3 tahu. Dan 6 bulan setelah menggarap dan menanam bibit nilam,
petani di Kotawaringin Timur sudah bisa menghitung lembaran uang dari penjualan
nilam.
Bibit nilam bermutu tidak sulit diperoleh, petani di
Kotawaringin Timur mendapatkannya dari Barittro Bogor dengan jenis varietas
Sidikalang, sedangkan bibit karet petani menggunakan klon – klon unggul
penangkar.
Trik Tumpang Sari Karet – Nilam
Petani
melaksanakan pembersihan laha n untuk menanam bibit karet dengan jarak tanam 4
meter x 6 meter. Lahan yang sudah bersih diberi ajir sesuai dengan jarak tanam.
Kemudian dibuat lobang dengan ukuran 30 cm x 30 cm. setelah lahan dibersihkan
dari bibit karet ditanam, lalu dilaksanakan penanaman nilam disela – sela
tanaman karet dengan jarak tanam 1 meter x 1 meter. Setelah ditanam bibit karet
maupun bibit nilam diberi kapur sebanyak 100 gram untuk setiap lobam tanam.
Pada
tanaman nilam diberikan pupuk organi triba. Setelah tanaman nilam berumur satu
bulan dilaksanakan penyiangan dan pembubunan. Untuk mencegah serangan hama
tanaman disemprot perstisida alami yang dibuat menggunakan EM-4. Untuk daerah –
daerah dengan pabrik pengolahan kelapa sawit dapat menggunakan kompos yang
berasal dari jajang kosong kelapa sawit yang sudah dipotong – potong dan
difermentasi.
Mari Menikmati Hasil
Panen
nilam pertama dilakukan enam bulan setelah tanam, panen berikutnya dilakukan
setiap 3 bulan. Coba kita perhatikan keuntungan yang diperoleh petani. Dengan
asumsi petani menanam sebanyak 10.000 tanaman per hektar dan setiap pohon
menghasilkan 1 Kg daun basah, maka petani mendapatkan 10.000 kg setiap panen.
Jika
daun basah ditingkat pengumpul adalah Rp 1300 / kg maka penghasilan petani
mencapai Rp13.000.000 setiap kali panen untuk luas tanaman 1 ha. Bukankah
penghasilan sampingan yang cukup menggiurkan. Keuntungan akan lebih menarik
jika petani menjual dalam bentuk minyak nilam. Maka keuntungan pertanaman nilam
selama 3 tahun sama mensejahterakan dengan hasil tanaman karet itu sendiri.
Tentunya
inovasi petani ala Kotawaringin Kalimantan Timur ini layak juga untuk ditiru,
khusus di wilayah pengembangan karet lainnya.
disadur dari buku Budidaya Karet Unggul , Haryanto Budiman
disadur dari buku Budidaya Karet Unggul , Haryanto Budiman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar