Sejarah ini masih jauh dari kata benar, karena masih banyak yg perlu digali dan didalami. penulis hanya mampu menulis sedikit saja, karena keterbatasan waktu, dan tenaga.
1.1.Sejarah Bukit
Sanggo Inai
Awal
cerita bernama Bukit Berbun. Kemudian menjadi Sanggo Denai yang berarti
halangin saya. Pada zaman penjajahan datanglah Raja dari Pulau Jawa yang ingin
meminang Ratu Negeri Jambi yaitu Ratu Putri Pinang Masak. Namun, Putri Pinang
Masak tidak mau dipinang oleh Raja Jawa sehingga Raja Jawa menjadi marah dan menyerang
Kerajaan Negeri Jambi. Kerajaan Putri Pinang Masak tidak mampu membendung
kekuatan serangan Raja Jawa sehingga Putri Pinang Masak terdesak. Putri Pinang
Masak meninggalkan istana dan menyingkir ke pedalaman bukit atau hutan.
Di
Bukit Sanggo Inai terdapat dua Makam yang menurut cerita penduduk sekitar
merupakan Makam Datuk Tumenggung Paku Nagaro. Di Bukit Sanggo Inai mengalir
sungai Sungsang. Dinamakan Sungai Sungsang dikarenakan menurut cerita aliran
sungai berjalan dari muara ke hulu Batang Hari. Artinya aliran sungai tidak
sesuai aliran yang sebenarnya.
Menurut
Datuk Masri, tidak sembarang penduduk dapat masuk ke dalam Bukit Sanggo Inai
dengan mudah, akan banyak gangguan disana, maupun ketika sudah kembali dari
kawasan Bukit Sanggo Inai. Sehingga penulis pun belum berani datang langsung
melihat ke dalam kawasan Bukit Sanggo Inai.
1.2.Sejarah Sungai
Lansisip
Menurut
cerita, zaman dahulu kala, seorang pengembara mendatangi wilayah hutan
Pemberian untuk mencari Damar. Pada waktu tengah hari atau Zhuhur dia bertemu
sebuah sungai untuk mencari minum dan berwudhu’ untuk melaksanakan sholat. Saat
itu, dia melihat seekor elang mati tersisip pada sebuah pohon. Sejak saat itu
orang – orang menamai sungai tersebut dengan nama Sungai Lansisip.
1.3.Dua Situs Makam di Dusun Pemberian
Terdapat dua makam keramat di Dusun Pemberian yaitu
Makam Syech M. Adnan dan Makam Dubalang Sampu Bauk. Dua makam ini tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Konon kata, Dubalang Sampu Bauk yang merupakan utusan
Kerajaan Palembang tidak mau menyerah kepada penjajah Hindia Belanda. Sehingga
ketika terdesak akhirnya menyingkir ke pedalaman hutan Pemberian dan menetap
disana bersama Syech M. Adnan dan membuat perkampungan di sekitar Pemberian.
Dubalang
Sampu Bauk memiliki gelar lain yaitu Datuk Pinang Batu. Konon Dubalang Sampu
Bauk di Dusun Pemberian mengadakan jamuan makan Sirih Batu Betarung, namun
sirih tersebut tidak menggunakan pinang tetapi batu yang berwarna putih bersih.
(Perlu pendalaman lebih lanjut).
Syech
Adnan adalah seorang ulama besar yang mengikuti perjalanan Dubalang Sampu Bauk
sampai ke wilayah Pemberian dan menyebarkan agama Islam di sekitar Pemberian
sampai akhir hayatnya. Waktu penyebarannya tidak diketahui dengan pasti namun
diperkirakan sekitar penjajahan Belanda diwilayah Negeri Jambi.
Menurut
keterangan Pak Amri (warga sekitar makam), dua makam ditemukan ketika warga
membuka lahan perkebunan di sekitar makam. Warga yang membuka lahan mendapatkan
ghaib dari penjaga sekitar makam. Kemudian mendapatkan mimpi tentang ihwal
keberadaan makam dilahan tersebut. Makam tersebut dahulu diberitakan memiliki
kedalaman 50 meter berbentuk kerucuk. Diceritakan juga bahwa warga Sitiung sempat
ditemui dalam mimpi. Saat ini dimasjid Pemberian ditemui sosok orang tua
berjubah putih memberitahukan bahwa ada dua makam berjarak 200 meter.
Ihwal
tersebut kemudian ditanyakan kepada orang Desa Sungai Abang yang mengetahui
tentang sejarah tersebut, untuk menggali lebih lanjut didatangkan orang pintar
untuk dapat berinteraksi dengan penghuni sekitar makam untuk mengetahui sejarah
dan keberadaan pasti lokasi makam. Namun kebenaran semua ini masih perlu untuk
digali kembali.
Namun, untuk menuju ke dalam situs makam ini diperlukan perjuangan yang cukup dari pusat Desa Sungai sekitar waktu 30 menit menggunakan kendaraan roda 2 disaat kondisi jalan kering dan tidak berlumpur, sedangkan di kawasan sekitar situs makam merupakan kawasan kebun warga sehingga aksesnya adalah jalan setapak yang masih berupa jalan tanah.
Gambar : Makam Syech M. Adnan dan Dubalang Sampu
Bauk.