[Teknik
budidaya tanaman padi tabela dan tapin] Memperbaiki teknik penanaman dari
sistem tanam pindah ke sistem tanam benih langsung, akan menyebabakan penyakit
tungro dapat dihindari. Sistem Tabela akan lebih efektif mengurangi serangan
tungro bila dilakukan serempak minimal 20 Ha. Tabela yang dilakukan tidak
serentak sehamparan akan menjadikan tanaman padi yang ditanam paling lambat terserang
penyakit tungro (Asriani, 2003).
Menurut
Andoko (2002), budidaya tanaman padi dengan sistem tanam benih langsung
(tabela) melalui beberapa tahap kegiatan yang hampir sama dengan sistem tanam
tapin tetapi yang yang menjadi perbedaan mendasar adalah pada sistem tabela
tidak dilakukan persemaian sedangkan sistem tapin dilakukan tahap persemaian.
Teknologi penyebaran benih
secara merata pada areal pertanaman mampu menurunkan curahan tenaga kerja
sekitar 28% (Hazairin dan Manalu, 1993). Namun kelemahan utama penerapan cara
ini adalah meningkatnya kebutuhan benih 2–3 kali lipat, serta kendala pemanenan
karena tidak adanya jarak tanam.
Budidaya tanam benih langsung
dalam larikan tidak banyak mengubah cara budidaya yang telah berlangsung selama
ini karena tetap menggunakan larikan dengan jarak antar barisan antara 22–25
cm, tergantung varietas yang ditanam. Kebutuhan benih dengan cara ini berkisar
antara 50–60 kg/ha, atau antara 1,5–2 kali lipat dibandingkan dengan tanam
pindah (Supriono dan Milan, 1993).
Dibalik efisiensi waktu dan penggunaan tenaga kerja
ini, penanaman padi sistem tabela masih sedikit yang menerapkannya. Disamping pemerintah
yang menganjurkan penggunaan sistem Tapin, penggunaan sistem Tabela masih
banyak diragukan oleh sebagian besar petani akan tingkat keberhasilannya. Namun,
jika petani padi sawah yang menggunakan sistem Tapin mau instrospeksi dan
membandingkan tingkat efisiensi penggunaan sistem tabela dibandingkan sistem
diharapkan mereka akan segera beralih menggunakan sistem tabela.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar