Selasa, 04 Desember 2012

PENGGUNAAN INOVASI DAN DAMPAK SOSIOLOGI DARI INOVASI TEKNIK PENGAIRAN



PENGGUNAAN INOVASI

Pendekatan Secara Teori
1.      Dari aspek ilmu pertanian sering hanya bisa dipakai didaerah ekologi tertentu. Lokasi alami yang menguntungkan menentukan kemungkinan pelaksanaan pembaharuan.
2.      Banyaknya inovasi pertanian.
3.      Kekurangan sumber daya sangat berkaitan erat pada saat pendekatan.

Didesa – desa yang mengutamakan budidaya produk untuk pasar bisa didapatkan perbaikan pendapatan juga melalui peningkatan produksi untuk pasar. Dalam hal menerima, ciri konteks system produksi ini lebih kuat terlihat dalam budidaya padi daripada lalu lintas desa – desa tersebut.
Langkah pengujian, penelitian tentang masalah ciri – ciri watak, perilaku komunikasi dan sumber daya usaha. Peran sub – kultur desa dalam pengertian system nilai desa, begitu juga pengaruh usaha pembangunan pemerintah.
Kurangnya pendidikan sekolah juga berpengaruh dalam kedua system produksi. Petani yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi lebih bersedia menerima inovasi budidaya daripada petani yang berpendidikan rendah. Dampak pengawasan sosial yang ketat melalui marga, kelompok tetangga, dan lapisan pimpinan desa bisa merugikan otonomi pengambilan keputusan.
Pada perbagai bidang komunikasi, penyuluhan memiliki kaitan erat dengan pengembangan inovasi – inovasi penemuan baru. Luasnya hubungan luar desa juga berkaitan dengan perkembangan inovasi. Pencarian konsep dan tata cara yang berbeda – beda menyebabkan pengenalan inovasi baru diperlukan untuk dapat menjelaskan dan mengembangkan pertanian disuatu desa.
Dampak pengaruh ekonomi dapat dijelaskan dalam kerangka teori sumber daya. Contohnya, pada desa- desa berpenghasil beras umumnya inovasi yang disampaikan mudah diterima.
Dewasa ini penelitian – penelitian yang menyangkut masalah komunikasi dipandang tidak didukung dengan bukti – bukti yang kuat. Pengaruh komunikasi ternyata tidak berarti, tidak terlihat dominan terhadap peran komunikasi dalam perilaku inovasi.
Tata cara pengembangan inovasi berasumsi bahwa variable tertentu, seperti kepribadian, factor ekonomi serta fenomena – fenomena komunikasi kuantitatif dan kualitatif dalam kerangka kondisi yang berbeda – beda, kebanyakan berdampak sama terhadap perilaku inovasi.
Inovasi tidak dapat diterapkan di semua daerah, inovasi akan berhadapan dengan system sosial, budaya, serta ekonomi suatu masyarakat. Untuk perencanaan dan sarana program pembangunan, syarat minimal untuk membuat sebuah perkiraan adalah analisis masing – masing system produksi, lainnya diperlukan data – data seperti skala usaha, pendapatan, dan pasar tenaga kerja.
Petani dalam mendapatkan inovasi baru belum tentu menerima inovasi – inovasi tersebut, petani cenderung enggan dalam mengembangkan inovasi – inovasi baru dan menganggap belum menguntungkan bagi pertaniannya. Anggapan ini harus dapat dirubah supaya petani mau menerapkan inovasi baru yang menguntungkan bagi mereka.
Penggunaan inovasi harus disesuaikan dengan kebutuhan daerah setempat. Suatu inovasi belum tentu dapat diterapkan pada suatu daerah karena banyak factor – factor yang mempengaruhinya. Contohnya adalah factor sosial. Oleh Karena itu para pengambil keputusan seharusnya mampu menetapkan suatu inovasi itu supaya tepat sasaran.


DAMPAK SOSIOLOGI
DARI INOVASI TEKNIK PENGAIRAN

Dampak Sosial Ekonomi
            Setelah adanya sitem pembaruan pengiran tersier dan pembangunan saluran pembagi baru, diamati ada perubahan – perubahan sebagai berikut:
1.      Perubahan pembagian air
2.      Perubahan produksi dan perilaku tanam
3.      Pembentukan Sub – Subak ( kelompok daerah aliran air)
4.      Perubahan dalam kegiatan manajemen subak
5.      Peubahan pandangan anggota subak mengenai gotong royong

Pada analisis kualitas perlu diperhatikan bahwa pembangunan pengairan paling sedikit mempunyai 4 pengaruh terhadapa system Subak:
1.      Campur tangan pemerntah dalam lingkungan Subak
2.      Pembaharuan teknik
3.      Melalui kekurangan – kekurangan dalam pelaksanaan pembangunan
4.      Melalui politik informasi yang tidak memadai

a.       Perubahan dalam pembagian air
System pembagi air sekarang berdasarkan prinsip mengalir yang pada tahun1975 dalam rangka penanaman padi jenis unggul menggantikan prinsip rotasi. Prinsip mengalir mempunyai kerugian bahwa sawah yang terletak disebelah hilir arus terkadang kekurangan air. Karena itu petani kembali ke prinsip rotasi, tetapi kelemahannya parit – parit penyalur air mudah kebanjiran dikarenakan kanal yang terlalu sempit.
b.      Subak yang kehilangan makna
Setelah system pembagi air baru selesai dibangun, Subak kehilangan makna sebagai koperasi desa yang mencakup semua petani, sebab tidak mampu lagi memecahkan permasalahan petani. Gantinya muncullah kelompok – kelompok kecil yang bertujuan untuk sesering mungkin bisa menanam padi seperti anggota subak lain yang sawahnya banyak mendapat air. Dalam batas tertentu kelompok – kelompok kecil ini mampu memecahkan masalah dengan cara demokratis yang tidak bisa dipecahkan pada tingkat subak.
c.       Perubahan pandangan
Setelah pertanian menjadi tanggung jawab pemerintah maka petani menganggap segala pertanian ini menjadi tanggung jawab pemerintah.
Kesimpulan
1.      Sistem pengairan di Indonesia umumnya mempunyai system sosial, maka seharusnya mendapatkan proritas usaha pembangunan pemerintah adalah bidang yang bisa mendapatkan kebutuhan sosial dan ekonomi.
2.      Bantuan yang diberikan pemerintah seharusnya diberikan seoptimal mungkin disesuaikan dengan kebutuhan petani.
3.      Petani perlu ikut ambil bagian dalam perencanaan dan persiapan pelaksanaan pembangunan.
4.      Penggunaan pengairan terutama pembangunan instalasi pengairan tersier memang bisa diserahkan kepada pengusaha dari luar, tetapi tenaga kerja setempak perlu ditarik dibawah pengawasan dinas. Selain itu perlu diusahakan penggunaan bahan bangunan setempat yang tersedia.
5.      Setelah instalasi selesai diserahkan kepada pihak petani dan merekalah yang bertanggung jawab untuk pengelolaan, pemeliharaan dan perbaikan. 


Disadur tanpa penyuntingan yang berarti,,  
pustaka: Sosiologi Pertanian, Yayasan Obor Indonesia , 1989 , bab 18 dan 19





Tidak ada komentar:

Posting Komentar