1.1. Landasan Teori
Komponen system pengapian konvensional
mobil terdiri dari :
-
Baterai
-
Kunci kontak
-
Koil
-
Distributor
-
Busi
-
Kabel Tegangan Tinggi
1.
Baterai
Baterai adalah alat listrik-kimiawi yang menyimpan energi dan mengeluarkannya dalam bentuk listrik. Fungsi baterai adalah sebagai penyedia listrik pada sistem kelistrikan pada kendaraan.
Konstruksi
Berdasarkan
konstruksi baterai dibedakan menjadi 2 macam yaitu :
1. Konstruksi Comound
Baterai ini sel-selnya berdiri
sendiri-sendiri dan antara sel yang satu dengan yang lain dihubungkan dengan
lead bar (connector) diluar case.
2. Konstruksi Solid
Baterai ini antara sel yang satu dengan yang lain dihubungkan
dengan lead bar di dalam case. Terminal yang kelihatan hanya dua buah hasil
hubungan seri dari sel-selnya.
Tipe Baterai
Ada 2 macam tipe baterai yaitu :
1.
Baterai
Tipe Basah (Wet Type)
Baterai tipe basah (wet type) terdiri dari elemen-elemen yang
telah diisi penuh dengan muatan listrik (full charged) dan dalam penyimpanannya
telah diisi dengan elektrolit. Baterai ini tidak bisa dipertahankan tetap dalam
kondisi full charge. Sehingga harus diisi (charge) secara periodik.
Selama baterai tidak digunakan dalam penyimpanan, akan
terjadi reaksi kimia secara lambat yang menyebabkan berkurangnya kapasitas
baterai. Reaksi ini disebut “self Discharge”.
2.
Baterai
Tipe kering (Dry Type)
Baterai tipe kering (Dry Type) terdiri dari plat-plat
(positip & negatip) yang telah diisi penuh dengan muatan listrik, tetapi
dalam penyimpanannya tidak diisi dengan elektrolit. Jadi keluar pabrik dalam
kondisi kering. Pada dasarnya baterai ini sama seperti dengan baterai tipe
basah. Elemen-elemen bateraij ini diisi secara khusus dengan cara memberikan
arus DC pada plat yang direndamkan ke dalam larutan elektrolit lemah. Setelah
plat-plat itu terisi penuh dengan muatan listrik, kemudian diangkat dari
larutan elektrolit lalu dicuci dengan air dan dikeringkan. Kemudian plat-plat
tersebut dirangkai dalam case baterai. Sehingga biala baterai tersebut akan
dipakai, cukup diisi elektrolit dan langsung bisa digunakan tanpa discharge
kembali.
Vent plug.
Vent plug.
Vent plug terdapat pada tutup disetiap sel. Fungsinya adalah
untuk mencegah masuknya debu dan kotoran kedalam sel. Fungsi yang lebih penting
lagi adalah agar tersedia saluran (lubang). Untuk membebaskan gas dan
kemungkinan terbentuknya lagi asam sulfat yang terkandung di dalam uap asam
yang terbentuk pada saat pengisian baterai.
Plat
Positif Dan Plat Negatif
1. Plat Positif
Plat
positip terbuat dari material PbO2 (lead peroxide) yang berwarna coklat tua
2. Plat Negatif
Plat negatif
terbuat dari material Pb (spongy lead) yang berwarna kelabu.
Untuk
mencegah plat positif dan plat negatif bersinggungan, dipasang separator, yang
terbuat dari polyvynil chloride (PVC) yang berpori-pori.
Elektrolit (H2SO4)
Standard berat jenis (specific gravity) elektrolit baterai
pada temperatur standart (20 derajat celcius) adalah 1.280. Apabila temperatur
larutan elektrolit berubah, maka standart berat jenis elektrolit baterai dapat
dicari dengan rumus :
S 20 = St
+ 0,0007 (t – 20)
Dimana : S20
= Berat jenis pada temperatur 20 derajat celcius
St = Berat
jenis pada temperature pengukuran
t =
Temperatur elektrolit
Berat jenis elektrolit akan turun pada
saat baterai dipakai (discharge). Pada kondisi standart (20 derajat celcius),
bila berat jenis elektrolit turun mencapai 1.200, maka baterai harus diisi
kembali (charging). Bila jumlah elektrolit di dalam baterai berkurang, maka
harus ditambah dengan air aki (air suling).
Perubahan berat jenis elektrolit
tergantung oleh :
- Discharge
rate.
- Charge rate.
- Temperature.
- Jumlah dari asam sulfat yang terkandung dalam elektrolit
Larutan elektrolit dapat membeku pada
temperature tertentu. Oleh karena itu kalau menyimpan baterai boleh ditempat
sedingin mungkin asalkan tidak sampai larutan elektronitnya membeku.
Reaksi Kimia
Baterai pada saat discharging maupun
recharging akan terjadi reaksi kimia
Reaksi Kimia Pada Saat Discharging. Yang dimaksud discharging adalah penggunaan isi (kapasitas) baterai.Reaksi kimia yang terjadi ialah :
Reaksi Kimia Pada Saat Discharging. Yang dimaksud discharging adalah penggunaan isi (kapasitas) baterai.Reaksi kimia yang terjadi ialah :
Pb O2 + 2 H2 SO4 Pb SO4 + 2 H2 O +
Pb SO4
Pada akhir discharging, plat positip dan
plat negatip akan menjadi Pb SO4 dan elektrolitnya akan menjadi H2 O.
Reaksi Kimia
Pada Saat Recharging
Recharging adalah proses pengisian
baterai. Reaksi kimia yang terjadi ialah :
Pb SO4 + 2 H2 O + Pb SO4 Pb O2 + 2 H2
SO4
Akhir dari proses recharging ini, plat
positip kembali menjadi Pb O2 dan plat negatipnya Pb, sedangkan elektrolit
kembali terbentuk menjadi H2 SO4.
Larutan Elektrolit
Hasil campuran 36 % Asam Sulfat dan 64 %
air akan menghasilkan elektrolit yang berat jenisnya 1.270 pada 80 derajat F
(27 derajat C). Larutan elektrolit ini terdiri dari pencampuran antara Asam
Sulfat (H2SO4) yang berat jenisnya 1.835 dan air (H2O) yang berat jenisnya 1
dengan komposisi tertentu.
Terminal Voltage
Terminal voltage adalah batas tegangan baterai yang diijinkan
pada saat discharging dan recharging.
a.
Saat Discharging
Ketika
baterai dipakai dengan arus besar, sebagia contoh digunakan untuk memutar
engine waktu start, maka tahanan dalam baterai akan naik. Hal ini tidak hanya
disebabkan berkurangnya asam sulfat (yang semestinya untuk mempertahankan
kecepatan reaksi kimia antara plat-plat dan elektrolit), tetapi juga akibat
polarisasi baterai itu.
b.
Saat Recharging
Pada saat
recharging ( arus pengisian kurang lebih seper sepuluh dari arus discharging
rata-rata ) maka akan menghasilkan naiknya perbedaan potensial antara positip
dan negatip. Pada saat recharging tersebut, akan timbul gelembung-gelembung
karena peristiwa elektrolisa (penguraian) H2O. Gelembung-gelembung tersebut
dapat menyebabkan umur baterai pendek. Oleh karena itu, ketika recharging
apabila sudah mencapai terminal voltage, maka recharging dihentikan.
Self Discharge
Suatu baterai yang telah diisi elektrolit, jika didiamkan (tidak
dipakai) akan kehilangan muatan listriknya. Hal ini disebabkan, setelah baterai
diisi elektrolit, maka baterai mulai mengalami suatu reaksi kimia, meskipun
baterai tersebut dipakai atau tidak. Sifat seperti ini tidak dapat dihindarkan
pada semua baterai. Kehilangan muatan listrik yang tersimpan tanpa pemakaian
melalui rangakaian luar disebut “Self Discharge”
Sebab-sebab self discharge sebagai berikut:
-
Plat negatip beraksi
langsung dengan asam sulfat dari elektrolit membentuk timbal sulfat (Pb SO4)
-
Hubungan singkat antara plat
positip dan plat negatip melalui endapan dari material aktif
-
Jika suhu dan konsentrasi
elektrolit tidak merata disekitar plat positif dan negatif akan terjadi reaksi
elektrokimia local.
Hal-hal seperti di atas ini yang menyebabkan
muatan baterai akan berkurang meskipun tidak dipakai. Reaksi kimia yang terjadi dalam baterai akan lebih
cepat dengan kenaikan suhu elektrolit. Hal ini juga berarti “Self Discharge”
akan bertambah cepat jika suhu lebih tinggi. Jadi penyimpanan baterai pada suhu
rendah lebih efektif dalam memperkecil kecepatan “Self Discharge”.
Faktor lain yang mempercepat “Self
Discharge” adalah bila elektrolit atau air suling yang diisikan ke dalam
baterai mengandung material-material yang tidak diinginkan, karena akan
menimbulkan reaksi local.
Kapasitas Baterai
Kapasitas baterai adalah jumlah listrik
yang dapat dihasilkan dengan melepaskan arus tetap, sampai dicapai voltage
ahir. Besarnya ditentukan dengan mengalikan besar arus pelepasan dengan waktu
pelepasan dan dinyatakan dalam AH (Ampere Hour).
Jadi untuk menyatakan kapasitas baterai,
perlu ditentukan laju arus pelepasan. Karena kapasitas baterai tergantung dari
kuat arus pelepasan. Misalnya
suatu baterai mempunyai kapasitas 100 AH untuk laju arus 20 jam. Ini berarti
baterai tersebut sanggup melepaskan muatan sebesar 5 ampere selama 20 jam. Tapi
tidak berarti mampu melepaskan muatan sebesar 10 ampere selama 10 jam. Jadi
jika ingin membandingkan kapasitas baterai perlu disamakan dahulu laju arus
pelepasan muatan listriknya.
Pengetesan Baterai
Pengetesan Baterai
Kondisi dari sebuah baterai ditunjukan
oleh berat jenis larutan elektronitnya. Salah satu cara yang paling sederhana
dan lebih dipercaya adalah dengan mengukur berat jenis dari larutan elektrolit.
Alat untuk mengukur berat jenis elektrolit disebut “Hydrometer” dan dilengkapi
dengan thermometer untuk mengetahui temperatur elektrolit.
Hydrometer dikalibrasi untuk mengukur
berat jenis elektrolit pada temperature standar (JIS) 20 derajat celcius (68
derajat F). Untuk menentukan pembacaan berat jenis yang benar adalah sebagi
berikut :
-
Bila suhu di atas 20 derajat
C (68 derajat F), ditambah 0,0007 tiap kenaikan 1 derajat C.
-
Bila suhu di bawah 20
derajat C (68 derajat F), dikurangi 0,0007 tiap penurunan 1 derajat C.
Sebagai contoh, pada suhu 49 derajat C
didapatkan pembacaan berat jenis elektrolit 1,2597. Dimana pengukuran ini suhu
elektrolitnya 29 derajat celcius di atas standar yang ditetapkan yaitu 20
derajat JIS. Sehingga pembacaan berat jenis yang sebenarnya dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
S20 = St + 0,0007 (t – 20)
= 1.2597 + 0,0007 (49 – 20)
= 1,2597 + 0,0203
= 1,28
Jadi pembacaan yang benar setelah
dikoreksi dengan temperature adalah 1,28
Perawatan Baterai
Berikut ini beberapa tips untuk merawat
baterai mobil :
1. Memeriksa secara berkala kondisi air
aki (bila Anda memakai aki basah). Jika indikatornya menyatakan kekurangan air,
Segera tambahkan air aki sesuai dengan takarannya, sebelum mobil dihidupkan di
pagi hari. Mestinya air aki selalu terjaga di antara tanda low level dan upper
level (biasa tertera pada sisi aki). Bila berada di bawah low level segera
tambahkan, maksimal pada garis upper level. Karena, air aki berfungsi untuk
membantu mendinginkan sel-sel aki. Bila air aki berkurang, sel-sel di dalam aki
bisa menjadi berubah bentuk (melengkung).
2. Setelah diisi dengan air khusus
pengisi aki, diamkan beberapa saat, baru nyalakan mobil Anda.
3. Secara berkala juga harap memeriksa
terminal di aki (positif maupun negatif). Cek apakah terjadi korosi atau tidak.
Korosi dapat dibersihkan dengan menyiramkan air panas pada kedua terminalnya.
4. Jika hendak mematikan mobil, harap
matikan dahulu komponen-komponen kelistrikannya, misalnya lampu luar, AC,
radio/tape, CD, charger handphone, dan lainnya.
5. Jika mobil tidak akan digunakan dalam
jangka waktu yang lama, copot terminal negatif pada aki Anda. Kepala aki yang
dicopot tersebut agar dibungkus dengan kain, untuk menjaga agar terminal
negatif tersebut tidak bersentuhan dengan body mobil.
6. Tiap 3 bulan sekali, jika Anda
berkunjung ke bengkel, mohon agar dicek kondisi pengisian kelistrikan mobil
tersebut.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada
saat penyimpanan baterai:
1. Baterai yang tidak dipakai harus
disimpan di tempat yang kering, sejuk dan tidak kena sinar matahari langsung,
karena bias mempercepat reaksi kimia (self discharge)
2. Baterai yang diterima lebih dahulu
sebaiknya didahulukan pemakaiannya.
3. Untuk baterai tipe basah, perlu
adanya pengisian secara periodi, yaitu minimal 1 bulan sekali, untuk menjaga baterai
tetap full charge dan tidak cepat rusak.
Peringatan Keselamatan:
Asam Sulfat sangat berbahaya, dapat
menyebabkan kulit dan mata teriritasi dan terbakar. Asam Sulfat juga dapat
menyebabkan ledakan pada beberapa kasus.
Saat bekerja dengan Aki dan Elektrolit, lindungi diri Anda dengan kaca mata pelindung, dan pelindung wajah. Pakailah bahan garmen untuk melindungi wajah, tangan dan tubuh Anda.
Saat bekerja dengan Aki dan Elektrolit, lindungi diri Anda dengan kaca mata pelindung, dan pelindung wajah. Pakailah bahan garmen untuk melindungi wajah, tangan dan tubuh Anda.
Selain hal-hal di atas, perhatikan
dengan tindakan-tindakan pencegahan di bawah ini:
1.
Selalu bekerja di udara terbuka
atau tempat yang mempunyai ventilasi besar pada saat Anda bekerja dengan Aki.
2.
Pastikan tempat sekitar Anda
bebas dari sumber api ataupun percikan api, bahkan rokok. Sumber Api dapat
menyebabkan Aki meledak.
3.
Selalu pastikan tutup
pengisian Elektrolit tertutup erat dan tepat.
4.
Jauhkan dari jangkauan
anak-anak.
5.
Selalu putuskan hubungan
kabel negatif terlebih dahulu pada saat pelepasan Aki, dan menghubungkannya
paling akhir pada saat pemasangan Aki.
6.
Jangan pernah bersentuhan
dengan Aki pada saat pengisian aliran listrik (charging), pengetesan, atau
penyetruman mesin.
7.
Matikan semua kelistrikan
sebelum memutuskan koneksi arus listrik.
8.
Sebelum menggunakan alat
yang dapat menghantarkan listrik (konduktor), pindahkan barang-barang yang
mengandung metal yang ada pada tangan ataupun lengan (jam tangan).
2.Kunci
Kontak
Kunci
kontak berfungsi untuk memutuskan dan menghubungkan listrik pada rangkaian atau
mematikan dan menghidupkan sistem. Kunci kontak pada kendaraan memiliki 3 atau
lebih terminal.
Terminal
utama pada kontak adalah terminal B atau AM dihubungkan ke baterai, Terminal IG dihubungkan ke (+)
koil pengapian dan beban lain yang membutuhkan, terminal ST dihubungkan ke
selenoid starter. Jika kunci kontak tersebut memiliki 4 terminal maka terminal
yang ke 4 yaitu terminal ACC yang dihubungkan ke accesoris kendaraan, seperti:
radio, tape dan lain-lainnya. Kunci
kontak memiliki 4 posisi yaitu: OFF, ACC, ON dan START.
3. Koil Pengapian
Fungsi Koil
fungsi
koil pada sistem pengapian kendaraan sangat sederhana, yaitu menaikkan tegangan
listrik dari aki yang cuma 12
volt, menjadi ribuan volt. Arus listrik yang besar ini disalurkan
ke busi, sehingga busi mampu meletikkan pijaran bunga api.
Yang biasa disebut sebagai
"koil racing", adalah koil yang mampu menghasilkan tegangan listrik
jauh lebih besar ketimbang koil standar. Apabila koil standar rata-rata
menghasilkan tegangan antara 12 ribu hingga 15 ribu volt, maka koil racing bisa
menghasilkan tegangan antara 60 ribu hingga 90 ribu volt.
Tentu saja, dengan tegangan
listrik yang lebih besar itu, maka busi dapat menghasilkan pijaran api yang
juga lebih besar. Hasilnya adalah pembakaran yang lebih sempurna.
Namun yang harus diingat
adalah, tegangan besar bukan satu- satunya faktor penentu kualitas koil.
Koil yang baik adalah koil
yang mampu menghasilkan tegangan listrik relatif besar dan stabil pada hampir
seluruh putaran mesin. Karena itu setelah menghasilkan tegangan maksimal pada
putaran mesin tertentu, kurva tidak boleh menukik terlalu tajam. Kurva yang
menukik terlalu banyak, menunjukkan kinerja yang buruk pada putaran (RPM)
tinggi. Padahal pada RPM tinggi justru dibutuhkan pembakaran yang baik.
4.
Distributor
Fungsi distributor dapat di
bagi dalam 4 bagian:
1.
Bagian pemutus / arus .
Pada bagian ini terdiri daria.
breaker point (contact point / point ). Fungsinya
adalah untuk memutuskan arus listrik dan menghubungkannya dari kumparan primer
coil ke massa agar terjadi induksi pada kumparan sekunder coil .induksi terjadi
pada saat breaker point I putus atau terbuka
Camlobe ( nok )
Fungsinya adalah untuk
mengungkit breaker point agar dapat memutus dan menghubungkan arus listrik pada
kumparan primer coil.
Kondensor
Fungsinya adalah untuk
menghilangkan /mencegah terjadinya loncatan api atau bunga api listrik pada
breaker point. Kemampuan dari suatu kondensor dapat di tunjukkan dengan berapa
besar kapasitasnya.kapasitas kondenser di ukur dalam (uf ) mikro farad pada kendaraan Toyota ,condenser yang di pergunakan ada 3 macam:
Condenser kabel warna hijau
kapasitasnya 0,15 uf
Condenser kabel warna kuning kapasitasnya 0,22 uf Condenser kabel warna biru kapasitasnya 0,25 uf
Condenser kabel warna kuning kapasitasnya 0,22 uf Condenser kabel warna biru kapasitasnya 0,25 uf
Terbakarnya breaker point
sering juga di akibatkan oleh condenser yang tidak sesuai dengan kapasitasnya
atau kapasitasnya tidak normal.
2. Bagian Distributor
Bagian ini berfungsi membagi
– bagikan ( mendistribusikan )arus tegangan tinggi yang di hasilkan / di
bangkitkan oleh kumparan sekunder pada ignition coil ke busi pada tiap –tiap silinder sesuai dengan urutan
pengapian .bagian ini terdiri dari tutup distributor dan rotor.
3.
Bagian Governor Advancer
Bagian ini berfungsi untuk memajukan
saat pengapian sesuai dengan pertambahan mesin .bagian ini terdiri dari
Governor weight dan governor spring ( pegas governor )
4.
Bagian Vakum Advancer
Bagian ini berfungsi untuk memundurkan atau memajukan saat
pengapian pada saat beban mesin bertanmbah atau berkurang. Bagian ini terdiri
dari breaker plate vakum advancer ,yang akan bekerja atas dasar kevakuman yang
terjadi di dalam intake
manifold.
5.
Busi
Busi (dari bahasa Belanda bougie) adalah suatu suku cadang
yang dipasang pada mesin pembakaran dalam dengan ujung elektroda pada ruang
bakar. Busi dipasang untuk membakar bensin yang telah dikompres oleh piston.
Percikan busi berupa percikan elektrik. Pada bagian tengah busi terdapat
elektroda yang dihubungkan dengan kabel ke koil pengapian (ignition coil) di
luar busi, dan dengan ground pada bagian bawah busi, membentuk suatu celah
percikan di dalam silinder. Hak paten untuk busi diberikan secara terpisah
kepada Nikola Tesla, Richard Simms, dan Robert Bosch. Karl Benz juga merupakan
salah satu yang dianggap sebagai perancang busi.
Cara
Kerja Busi:
Mesin pembakaran internal
dapat dibagi menjadi mesin dengan percikan, yang memerlukan busi untuk
memercikkan campuran antara bensin dan udara, dan mesin kompresi (mesin
Diesel), yang tanpa percikan, mengkompresi campuran bensin dan udara sampai
terjadi percikan dengan sendirinya (jadi tidak memerlukan busi).
Busi tersambung ke tegangan
yang besarnya ribuan Volt yang dihasilkan oleh koil pengapian (ignition coil).
Tegangan listrik dari koil pengapian menghasilkan beda tegangan antara
elektroda di bagian tengah busi dengan yang di bagian samping. Arus tidak dapat
mengalir karena bensin dan udara yang ada di celah merupakan isolator, namun
semakin besar beda tegangan, struktur gas di antara kedua elektroda tersebut
berubah. Pada saat tegangan melebihi kekuatan dielektrik daripada gas yang ada,
gas-gas tersebut mengalami proses ionisasi dan yang tadinya bersifat insulator,
berubah menjadi konduktor.
Setelah ini terjadi, arus
elektron dapat mengalir, dan dengan mengalirnya elektron, suhu di celah
percikan busi naik drastis, sampai 60.000 K. Suhu yang sangat tinggi ini
membuat gas yang terionisasi untuk memuai dengan cepat, seperti ledakan kecil.
Inilah percikan busi, yang pada prinsipnya mirip dengan halilintar atau petir mini.
6.
Kabel Tegangan Tinggi
Kabel tegangan tinggi berfungsi untuk
menyalurkan arus listrik tegangan tinggi hasil induksi sekunder koil ke busi.
Tegangan yang dialirkan sebesar 15.000 volt sampai 30.000 volt.
Kabel tegangan tinggi terdiri dari
tembaga yang diisolasi dengan karet silikon, karena arus yang mengalir
tegangannya sangat tinggi maka isolatornya sangat tebal.
1.2.Pembahasan
A.
Prinsip Kerja Sistem Pengapian Konvensional
Berikut akan dijelaskan mengenai prinsip kerja sistem
pengapian konvensional.
Prinsip kerja sistem pengapian konvensional ada dua kondisi yaitu kondisi saat kunci kontak ON platina menutup dan Aliran arus listrik pada saat platina membuka.
Prinsip kerja sistem pengapian konvensional ada dua kondisi yaitu kondisi saat kunci kontak ON platina menutup dan Aliran arus listrik pada saat platina membuka.
1.
Pada saat kunci kontak ON, Platina menutup
Aliran
arusnya adalah sebagai berikut:
Baterai
—-> Kunci kontak —-> Primer koil —-> Platina —-> Massa.
Akibat
aliran listrik pada primer koil, maka inti koil menjadi magnet.
2. Saat
platina membuka
Saat platina membuka, arus
listrik melalui primer koil terputus, terjadi induksi tegangan tinggi pada
sekunder koil, sehingga arus akan mengalir seperti dibawah ini:
Sekunder koil —-> Kabel
tegangan tinggi —-> Tutup distributor —-> Rotor —
Kabel tegangan tinggi
(kabel busi) —-> Busi —-> Massa.
Akibat aliran listrik
tegangan tinggi dari sekunder koil, mampu meloncati tahanan udara antara elektroda
tengah dengan elektroda massa pada busi dan menimbulkan percikan bunga api.
B.
Jenis – Jenis Gangguan Pada Sistem Pengapian
Konvensional
Kinerja sistem pengapian sangat besar
pengaruhnya terhadap kesempurnaan proses pembakaran di dalam silinder, dengan
sistem pengapian yang baik akan diperoleh performa mesin optimal dan pemakaian
bahan bakar yang hemat.
Gangguan sistem pengapian konvensional pada motor bensin paling sering terjadi dibandingkan sistem lain.
Gangguan sistem pengapian konvensional pada motor bensin paling sering terjadi dibandingkan sistem lain.
Berikut akan diuraikan mengenai gejala dari
gangguan pada sistem pengapian konvensional beserta dengan kemungkinan penyebab
dan cara mengatasi gangguan yang
terjadi pada sistem pengapian konvensional.
Tabel
1: tabel Gejala dari Gangguan pada Sistem Pengapian Konvensional beserta
Kemungkinan Penyebab dan cara Mengatasi Gangguan pada Sistem Pengapian
Konvensional.
No.
|
GEJALA
|
KEMUNGKINAN
PENYEBAB
|
CARA
MENGATASI
|
1
|
Mesin
tidak dapat hidup (tidak ada percikan api di busi)
|
Busi
mati atau deposit berlebihan.
|
Ganti
busi atau bersihkan.
|
Kabel
tegangan tinggi bocor berlebihan.
|
Ganti
kabel tegangan tinggi.
|
||
Rotor
tidak terpasang.
|
Pasang
rotor.
|
||
Urutan
pengapian tidak benar.
|
Perbaiki
urutan pengapian.
|
||
Bersihkan
kotorannya.
|
|||
Platina
menutup terus atau membuka terus.
|
|||
Ganti
koil
|
|||
Ganti
kondensator
|
|||
Konektor
kabel lepas
|
Pasang
konektor kabel yang lepas
|
||
Kabel
putus
|
Ganti
atau perbaiki kabel yang putus
|
||
Kontak
rusak
|
Ganti
kontak
|
||
2
|
Mesin
sulit hidup (percikan api dibusi kecil)
|
Deposit
(penumpukan kerak) dibusi berlebihan.
|
Bersihkan
atau ganti busi.
|
Kabel
tegangan tinggi bocor.
|
Ganti
kabel tegangan tinggi.
|
||
Tutup
distributor kotor.
|
Bersihkan
terminal ditutup distributor.
|
||
Karbon
ditutup distributor hilang.
|
Pasang
karbon atau ganti tutup distributor.
|
||
Tutup
distributor retak.
|
Ganti
tutup distributor.
|
||
Urutan
pengapian tidak benar.
|
Perbaiki
urutan pengapian.
|
||
Kontak
platina kotor.
|
Bersihkan
kontak atau ganti.
|
||
Setelan
celah platina tidak tepat.
|
Setel
celah platina atau sudut dwell.
|
||
Saat
pengapian tidak tepat.
|
Saat
setel pengapian
|
||
Koil
rusak.
|
Ganti
koil.
|
||
Kondensor
rusak.
|
Ganti
kondensor.
|
||
Konektor
kabel kotor.
|
Bersihkan
terminal konektor kabel.
|
||
3
|
Terjadi
ledakan di knalpot
|
Busi
kotor.
|
Bersihkan
busi atau ganti busi
|
Platina
kotor.
|
Bersihkan
platina atau ganti.
|
||
Saat
pengapian terlalu mundur.
|
Stel
saat pengapian.
|
No.
|
GEJALA
|
KEMUNGKINAN PENYEBAB
|
CARA MENGATASI
|
4
|
Terjadi
ledakan di knalpot saat pedal gas dilepas
|
Kerja
acuum advancer kurang sempurna.
|
Perbaiki
mekanisme acuum advancer.
|
5
|
Terjadi
ledakan di knalpot saat pedal gas ditekan
|
Kerja
centrifugal advancer kurang sempurna.
|
Perbaiki
mekanisme centrifugal advancer.
|
6
|
Busi
cepat kotor
|
Pemakaian
busi yang tidak tepat
|
Ganti
busi dengan tingkat panas yang tepat.
|
Platina
kotor.
|
Bersihkan
atau ganti platina.
|
||
Saat
pengapian tidak tepat.
|
Stel
saat pengapian.
|
||
7
|
Elektroda
busi meleleh
|
Pemakaian
tingkat busi yang terlalu panas.
|
Ganti
busi dengan tingkat panas busi yang lebih dingin.
|
Posisi
Platina
|
Hasil
Pengukuran
|
Keterangan
|
Membuka
|
12 volt
|
Baik
|
0
volt
|
Platina
hubung singkat
|
|
Kabel
platina hubung singkat
|
||
Tidak
ada arus ke koil pengapian
|
||
Menutup
|
0
volt
|
Baik
|
12
volt
|
Kontak
platina terganjal kotoran
|
|
Kabel
ke platina putus
|
Anonym. 2013. System pengapian mobil konvensional.
Diakses 28 Mei 2014. Diunduh dari http://dunia-otomotif-mobil.blogspot.com
Tussama. Sistem
pengapian. Diakses 28 Mei 2014. Diunduh dari http://qtussama.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar