Senin, 25 Desember 2017

SKALA PENGUKURAN PENELITIAN SOSIAL

Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Contoh, timbangan dipasar sebagai alat ukur saat membeli cabe, dibuat dengan skala ons atau gram dan akan menghasilkan data kuantitatif berat cabe dalam bentuk ons atau gram.
Dengan alat pegukuran ini, maka nilai variabel yang diukur dengan instrument tertentu dapat dinyatakan dalam bentuk angka, sehingga akan lebih akurat, efisien, dan komunikatif.
Berbagai skala sikap yang dapat digunakan untuk penelitian administrasi, pendidikan, dan social antara lain adalah:
1.      Skala Likert
2.      Skala Guttman
3.      Rating Scale
4.      Semantic Deferential
Kelima jenis skala tersebut bila digunakan dalam pengukuran, akan mendapatkan data interval, atau rasio. Hal ini tergantung pada interval yang akan diukur.

disadur dari Buku Metode Penelitian Prof. Dr. Sugiyono

Rabu, 20 Desember 2017

OBYEK OBSERVASI

Obyek penelitian dalam penelitian kualitatif yang diobservasi menurut Spradley dinamakan situasi social, yang terdiri atas tiga komponen yaitu place (tempat), actor (pelaku), dan activity (aktivitas).
1.      place, atau tempat dimana interaksi dalam situasi social sedang berlangsung
2.      actor, pelaku atau orang – orang yang sedang memainkan peran tertentu.
3.      Activity, atau kegiatan yang dilakukan oleh actor dalam situasi social yang sedang berlangsung.
Tiga elemen utama tersebut, dapat diperluas, sehingga apa yang dapat kita amati adalah:
1.      space: the physical space¸ ruang dalam aspek fisiknya
2.      actor: the people involve, yaitu semua orang yang terlibat dalam situasi social.
3.      Activity: a set of related acts people do, yaitu seperangkat kegiatan yang dilakukan orang
4.      Object: the physical things that are present, yaitu benda- benda yang terdapat ditempat itu
5.      Act: single actions that people do, yaitu perbuatan atau tindakan – tindakan tertentu.
6.      Event: a set of related activities that people carry out, yaitu rangkaian aktivitas yang dikerjakan orang – orang.
7.      Time, the sequencing that takes place over tim, yaitu ukuran kegiatan
8.      Goal: the things people are trying to accomplish, yaitu tujuan yang ingin dicapai orang – orang.
9.      Feeling: the emotion felt and expressed, emosi yang dirasakan dan diekspresikan oleh orang – orang.

Dalam melakukan pengamatan kita dapat menentukan pola sendiri, berdasarkan pola diatas. Misalnya akan melakukan pengamatan terhadap situasi social bidang pertanian, maka place­­-nya adalah lingkungan fisik pertanian, actor-­nya petani, penyuluh, dan orang – orang yang ada di lingkungan dengan segala aspek dan karakteristiknya, activity-nya adalah kegiatan budidaya tanaman, pra panen, dan pasca panen, dan lain – lain. 

disadur dari buku Metode Penelitian : Prof. Dr. Sugiyono

Senin, 18 Desember 2017

TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.
            Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari setting-nya, data dapat dikumpulkan pada setting alamiah (natural setting), pada laboratorium dengan metode eksperimen, di rumah dengan berbagai responden, pada suatu seminar, diskusi, di jalan, dan lain – lain. Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer, dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview (wawancara), kuesioner (angket), dokumentasi, dan gabungan keempatnya (triangulasi).

            Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dapat dilakukan pada natural setting (kondisi yang ilmiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta (participant observation), wawancara mendalam (in depth interview) dan dokumentasi. 

disadur dari Buku Metode Penelitian : Prof Dr. Sugiyono

Selasa, 05 Desember 2017

Hama Bubuk pada Tanaman Karet

       Penyebab utama terjadinya serangan hama bubuk diduga semula dari serangan pathogen Fusarium pada batang tanaman karet. Fusarium merupakan parasit lemah yang dapat menginfeksi tanaman melalui luka dan kemudian pathogen terbawa ke dalam jaringan tanaman.
            Umumnya fusarium dapat bertahan hidup dalam tanah sampai beberapa tahun dalam kondisi dorman dalam bentuk clamydospora dengan membentuk dinding sel yang tebal. Fusarium merupakan parasit luka yang menyerang dan masuk ke dalam jaringan tanaman jika ada luka dikulit tanaman.
Masuknya pathogen ke dalam jarigngan tanaman melalui luka jika pada waktu terjadi luka terdapat inokulum pathogen maka inokulum pathogen akan mudah masuk ke dalam jaringan tanaman dan menginfeksi tanaman sehingga menyebabkan pelemahan dan pembusukan jaringan kulit. Kulit yang busuk tidak akan menghasilkan lateks. Tetapi pada panel sehat pada pohon yang sama masih menghasilkan lateks. Selain itu juga panel sadap yang terserang menjadi rentan terhadap serangan kumbang bubuk. Akibatnya batang tanaman karet menjadi lapuk dan mudah patah. Infeksi awal yang terjadi terlambat terdeteksi dan diindetifikasi sehingga menyebar dan meluas. Penyebaran / penularan penyakit dari pohon sakit ke pohon sehat lainnya dapat terjadi melalui pisau sadap.
Untuk mencegah meluasnya serangan penyakit fusarium dan hama bubuk, maka perlu diambil tindakan sebagai berikut:
1.      Mencegah meluasnya dan terjadinya serangan penyakit pada batang tanaman karet agar tidak terjadi serangan jama bubuk.
2.      Pengendalian penyakit batang fusarium dapat dilakukan dengan cara pelumasan fungisida berbahan aktif benomyl (benlate), carbendazim (derosal 60 WP), dan tridemorf (Calixin RM) dengan konsentrasi 0.2 – 0.5 %
3.      Tanaman yang mendapat serangan hama bubuk sebaiknya penyadapan diteruskan pada bidang yang sehat dengan interval sadap yang diturunkkan. Hal ini bertujuan untuk mencegah / mengisolasi meluasnya serangan pada kulit yang masih sehat, dengan catatan pisau sadap sebelum digunakan terlebih dahulu didisinfektan dengan alkhohol 70 %, formalin 1 %, atau chlorox. Untuk mengendalikan hama bubuk dilakukan aplikasi insektisida berbahan aktif carbaryl (sevin 80 s, sevin 50 wp), deltametrin (decis 25 f), atau lamda sihalotrin (matador 25 EC) dengan konsentrasi 0.5 – 1 %.

4.      Cara pengobatan. Bagian kulit yang mongering / mati dikerok hingga ke bagian jaringan kulit yang sehat. Setelah dikerok, segera lumas dengan larutan insektisida dan keesokan harinya dilumas dengan larutan fungisida. Aplikasi insektisida maupun fungisida dilakukan sebanyak 4 – 5 kali, atau sampai tidak terjadi infeksi baru lagi. Interval aplikasi 5  - 7 hari. Untuk mencegah meluasnya infeksi ke jaringan kulit yang masih sehat. Dapat dilakukan dengan membuat isolasi yakni memotong jaringan kulit sehat kurang lebih 5 cm dari batas kulit sakit dengan kedalaman kurang lebih 2 mm dari cambium. 

Rabu, 22 November 2017

Diversifikasi Karet Nilam

Umumnya petani karet menunggu selama 5 sampai dengan 6 tahun untuk menikmati keuntungan pertanamannya. Namun berbeda dengan petani di Kotawaringin Timur melalui inovasi penanaman karetnya. Jika petani karet biasanta menutup areal pertanaman karetnya dengan tanaman kacang – kacangan (cover crop), yang kurang bernilai ekonomi, maka petani di Provinsi Kalimantan memilih menanam nilam.
Tidak dipungkiri, nilam merupakan salah satu tanaman perkebunan bernilai ekonomi tinggi. Prospek ekspor komoditi ini masih cukup besar, seiring semakin tingginya permintaan terhadap parfum / kosmetika. Dapat dikatakan bahwa hingga saat ini belum ada produk apapun baik alami maupun sintetis yang dapat digantikan minyak nilam dalam posisinya sebagai fiksasi (Agroindo, 2008).
Tanaman nilam, oleh petani ditanam disela – sela karet hingga berumur 3 tahu. Dan 6 bulan setelah menggarap dan menanam bibit nilam, petani di Kotawaringin Timur sudah bisa menghitung lembaran uang dari penjualan nilam.
Bibit nilam bermutu tidak sulit diperoleh, petani di Kotawaringin Timur mendapatkannya dari Barittro Bogor dengan jenis varietas Sidikalang, sedangkan bibit karet petani menggunakan klon – klon unggul penangkar.
Trik Tumpang Sari Karet – Nilam
            Petani melaksanakan pembersihan laha n untuk menanam bibit karet dengan jarak tanam 4 meter x 6 meter. Lahan yang sudah bersih diberi ajir sesuai dengan jarak tanam. Kemudian dibuat lobang dengan ukuran 30 cm x 30 cm. setelah lahan dibersihkan dari bibit karet ditanam, lalu dilaksanakan penanaman nilam disela – sela tanaman karet dengan jarak tanam 1 meter x 1 meter. Setelah ditanam bibit karet maupun bibit nilam diberi kapur sebanyak 100 gram untuk setiap lobam tanam.
            Pada tanaman nilam diberikan pupuk organi triba. Setelah tanaman nilam berumur satu bulan dilaksanakan penyiangan dan pembubunan. Untuk mencegah serangan hama tanaman disemprot perstisida alami yang dibuat menggunakan EM-4. Untuk daerah – daerah dengan pabrik pengolahan kelapa sawit dapat menggunakan kompos yang berasal dari jajang kosong kelapa sawit yang sudah dipotong – potong dan difermentasi.
Mari Menikmati Hasil
            Panen nilam pertama dilakukan enam bulan setelah tanam, panen berikutnya dilakukan setiap 3 bulan. Coba kita perhatikan keuntungan yang diperoleh petani. Dengan asumsi petani menanam sebanyak 10.000 tanaman per hektar dan setiap pohon menghasilkan 1 Kg daun basah, maka petani mendapatkan 10.000 kg setiap panen.
            Jika daun basah ditingkat pengumpul adalah Rp 1300 / kg maka penghasilan petani mencapai Rp13.000.000 setiap kali panen untuk luas tanaman 1 ha. Bukankah penghasilan sampingan yang cukup menggiurkan. Keuntungan akan lebih menarik jika petani menjual dalam bentuk minyak nilam. Maka keuntungan pertanaman nilam selama 3 tahun sama mensejahterakan dengan hasil tanaman karet itu sendiri.

            Tentunya inovasi petani ala Kotawaringin Kalimantan Timur ini layak juga untuk ditiru, khusus di wilayah pengembangan karet lainnya. 

disadur dari buku Budidaya Karet Unggul , Haryanto Budiman

Rabu, 11 Oktober 2017

MAKALAH KEMISKINAN DI INDONEISA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kemiskinan merupakan fenomena yang sudah ada sejak zaman pra reformasi, sampai masa reformasi saat ini. Dan merupakan hal yang kompleks karena menyangkut berbagai macam aspek seperti hak untuk terpenuhinya pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, dan sebagainya. Salah satu penghambat pembangaunan ekonomi adalah kemiskinan. Ia merupakan tolak ukur bagi sebuah negara apakah pembangunan yang tengah berlangsung dapat di nikmati oleh segenap warga negaranya tanpa memandang hal-hal yang bersifat atributif. Dengan kata lain, pembangunan yang berlangsung benar-benar merata dalam masyarakat.
Kemiskinan bukan merupakan sesuatu yang berdiri sendiri, sebab ia merupakan akibat dari tidak tercapainya pembangunan ekonomi yang berlangsung. Dalam hal ini, kemiskinan akan makin bertambah seiring tidak terjadinya pemerataan pembangunan. Ini merupakan masalah yang signifikan yang sedang dihadapi oleh pemerintah kita pada saat ini. Begitu banyak upaya pemerintah dalam membuat berbagai kebijakan demi mengatasi permasalahan kemiskinan tersebut, akan tetapi, kemiskinan masih saja belum bisa diatasi sepenuhnya oleh pemerintah.
Agar kemiskinan di Indonesia dapat menurun diperlukan dukungan dan kerja sama dari pihak masyarakat dan keseriusan pemerintah dalam menangani masalah ini. Melihat kondisi negara Indonesia yang masih memiliki angka kemiskinan tinggi, penulis tertarik untuk mengangkat masalah kemiskinan di Indonesia dan penanggulangannya.Penulis berharap dengan karya tulis ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka mengentaskan kemiskinan dari Negara tercinta ini.

1.2 Perumusan Masalah
1.            Bagaimana defenisi kemiskinan?
2.            Apa masalah Kemiskinan di Indonesia?
3.            Faktor apa yang menyebabkan kemiskinan di Indonesia?
4.            Bagaimana kebijakan menanggulangi masalah kemiskinan di Indonesia?



1.3 Tujuan Penulisan
1.            Mengetahui defenisi kemiskinan
2.            Mengetahui masalah kemiskinan di Indonesia
3.            Mengetahui faktor penyebab terjadinya kemiskinan di Indonesia
4.            Mengetahui kebijakan pemerintah dalam menanggulangi masalah kemiskinan di Indonesia



BAB II
PEMBAHASAN
2.1Defenisi Kemiskinan
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa untuk dipunyai seperti makanan , pakaian , tempat berlindung dan air minum, hal-hal ini berhubungan erat dengan kualitas hidup . Kemiskinan kadang juga berarti tidak adanya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah kemiskinan dan mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga negara.Kemiskinan merupakan masalah global.Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan.
Dari berbagai sudut pandang tentang pengertian kemiskinan, pada dasarnya bentuk/jenis kemiskinan dapat dikelompokkan menjadi tiga pengertian, yaitu:
1. Kemiskinan Absolut
Seseorang dikategorikan termasuk ke dalam golongan miskin absolut apabila hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum, yaitu: pangan, sandang, kesehatan, papan, dan pendidikan.
2.Kemiskinan Relatif
Seseorang yang tergolong miskin relatif sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan tetapi masih berada di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya. Kemiskinan ini dilihat dari aspek ketimpangan sosial, karena ada orang yang sudah dapat memenuhi kebutuhan dasar minimumnya tetapi masih jauh lebih rendah dibanding masyarakat sekitarnya (lingkungannya). Semakin besar ketimpangan antara tingkat penghidupan golongan atas dan golongan bawah maka akan semakin besar pula jumlah penduduk yang dapat dikategorikan miskin, sehingga kemiskinan relatif erat hubungannya dengan masalah distribusi pendapatan.
3.      Kemiskinan Kultural
Kemiskinan ini berkaitan erat dengan sikap seseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantunya. mereka merasa miskin karena membandingkan dirinya dengan orang lain atau pasrah dengan keadaannya dan menganggap bahwa mereka miskin karena turunan, atau karena dulu orang tuanya atau nenek moyangnya juga miskin, sehingga usahanya untuk maju menjadi kurang.
Keluarga miskin adalah pelaku yang berperan sepenuhnya untuk menetapkan tujuan, mengendalikan sumber daya, dan mengarahkan proses yang mempengaruhi kehidupannya. Ada tiga potensi yang perlu diamati dari keluarga miskin yaitu:
1. Kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar contohnya dapat dilihat dari aspek pengeluaran keluarga, kemampuan menjangkau tingkat pendidikan dasar formal yang ditamatkan, dan kemampuan menjangkau perlindungan dasar.
2. Kemampuan dalam melakukan peran sosial akan dilihat dari kegiatan utama dalam mencari nafkah, peran dalam bidang pendidikan, peran dalam bidang perlindungan, dan peran dalam bidang kemasyarakatan.
3. Kemampuan dalam menghadapi permasalahan dapat dilihat dari upaya yang dilakukan sebuah keluarga untuk menghindar dan mempertahankan diri dari tekanan ekonomi dan non ekonomi.

2.2 Masalah Kemiskinan di Indonesia
Kemiskinan merupakan masalah yang ditandai oleh berbagai hal antara lain rendahnya kualitas hidup penduduk, terbatasnya kecukupan dan mutu pangan, terbatasnya dan rendahnya mutu layanan kesehatan, gizi anak, dan rendahnya mutu layanan pendidikan. Selama ini berbagai upaya telah dilakukan untuk mengurangi kemiskinan melalui penyediaan kebutuhan pangan, layanan kesehatan dan pendidikan, perluasan kesempatan kerja dan sebagainya.
Pemecahan masalah kemiskinan memerlukan langkah-langkah dan program yang dirancang secara khusus dan terpadu oleh pemerintah dan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Penulis ingin menitikberatkan karya ilmiah ini dengan 3 masalah utama kemiskinan di Indonesia, yaitu: terbatasnya kecukupan dan mutu pangan, terbatasnya dan rendahnya mutu layanan kesehatan, serta terbatasnya dan rendahnya mutu layanan pendidikan.

· Terbatasnya Kecukupan dan Mutu Pangan
Hal ini berkaitan dengan rendahnya daya beli, ketersediaan pangan yang tidak merata, dan kurangnya dukungan pemerintah bagi petani untuk memproduksi beras sedangkan masyarakat Indonesia sangat tergantung pada beras. Permasalahan kecukupan pangan antara lain terlihat dari rendahnya asupan kalori penduduk miskin dan buruknya status gizi bayi, anak balita, dan ibu.
· Terbatasnya dan Rendahnya Mutu Layanan Kesehatan
Hal ini mengakibatkan rendahnya daya tahan dan kesehatan masyarakat miskin untuk bekerja dan mencari nafkah, terbatasnya kemampuan anak dari keluarga untuk tumbuh kembang, dan rendahnya kesehatan para ibu.Salah satu indikator dari terbatasnya akses layanan kesehatan adalah angka kematian bayi.Data Susenas (Survai Sosial Ekonomi Nasional) menunjukan bahwa angka kematian bayi pada kelompok pengeluaran terendah masih di atas 50 per 1.000 kelahiran hidup.
· Terbatasnya dan Rendahnya Mutu Layanan Pendidikan
Hal ini disebabkan oleh tingginya biaya pendidikan, terbatasnya kesediaan sarana pendidikan, terbatasnya jumlah guru bermutu di daerah, dan terbatasnya jumlah sekolah yang layak untuk proses belajar-mengajar. Pendidikan formal belum dapat menjangkau secara merata seluruh lapisan masyarakat sehingga terjadi perbedaan antara penduduk kaya dan penduduk miskin dalam masalah pendidikan.

2.3 Faktor Penyebab Kemiskinan di Indonesia
Ada dua kondisi yang menyebabkan kemiskinan bisa terjadi, yaitu:
1. Kemiskinan alamiah
Kemiskinan alamiah terjadi akibat sumber daya alam yang terbatas, penggunaan teknologi yang rendah, bencana alam,dan karena seseorang atau suatu masyarakat tak mau berusaha dengan kerja keras.
2. Kemiskinan buatan
Kemiskinan ini terjadi karena lembaga-lembaga yang ada di masyarakat membuat sebagian anggota masyarakat tidak mampu menguasai sarana ekonomi dan berbagai fasilitas lain yang tersedia hingga mereka tetap miskin.
Bila kedua faktor penyebab kemiskinan tersebut dihubungkan dengan masalah mutu pangan, kesehatan, dan pendidikan maka dapat disimpulkan beberapa faktor penyebab kemiskinan antara lain:
1.     Kurang tersedianya sarana yang dapat dipakai keluarga miskin secara layak misalnya puskesmas, sekolah, tanah yang dapat dikelola untuk bertani.
2.     Kurangnya dukungan pemerintah sehingga keluarga miskin tidak dapat menjalani dan mendapatkan haknya atas pendidikan dan kesehatan yang layak dikarenakan biaya yang tinggi
3.     Rendahnya minat masyarakat miskin untuk berjuang mencapai haknya karena mereka kurang mendapat pengetahuan mengenai pentingnya memliki pendidikan tinggi dan kesehatan yang baik.
4.     Kurangnya dukungan pemerintah dalam memberikan keahlian agar masyarakat miskin dapat bekerja dan mendapatkan penghasilan yang layak.
5.     Wilayah Indonesia yang sangat luas sehingga sulit bagi pemerintah untuk menjangkau seluruh wilayah dengan perhatian yang sama. Hal ini menyebabkan terjadi perbedaan masalah kesehatan, mutu pangan dan pendidikan antara wilayah perkotaan dengan wilayah yang tertinggal jauh dari perkotaan.

2.4 Program yang dilaksanakan pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan
Beberapa program yang tengah digalakkan oleh pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan antara lain dengan memfokuskan arah pembangunan pada tahun 2008 pada pengentasan kemiskinan. Fokus program tersebut meliputi 5 hal antara lain pertama menjaga stabilitas harga bahan kebutuhan pokok; kedua mendorong pertumbuhan yang berpihak pada rakyat miskin; ketiga menyempurnakan dan memperluas cakupan program pembangunan berbasis masyarakat; keempat meningkatkan akses masyarakat miskin kepada pelayanan dasar; dan kelima membangun dan menyempurnakan sistem perlindungan sosial bagi masyarakat miskin.
Dari 5 fokus program pemerintah tersebut, diharapkan jumlah rakyat miskin yang ada dapat tertanggulangi sedikit demi sedikit. Beberapa langkah teknis yang digalakkan pemerintah terkait 5 program tersebut antara lain:
a. Menjaga stabilitas harga bahan kebutuhan pokok. Fokus program ini bertujuan menjamin daya beli masyarakat miskin/keluarga miskin untuk memenuhi kebutuhan pokok terutama beras dan kebutuhan pokok utama selain beras.
Program yang berkaitan dengan fokus ini seperti :
• Penyediaan cadangan beras pemerintah 1 juta ton
• Stabilisasi/kepastian harga komoditas primer
b. Mendorong pertumbuhan yang berpihak pada rakyat miskin. Fokus program ini bertujuan mendorong terciptanya dan terfasilitasinya kesempatan berusaha yang lebih luas dan berkualitas bagi masyarakat/keluarga miskin. Beberapa program yang berkenaan dengan fokus ini antara lain:
        Penyediaan dana bergulir untuk kegiatan produktif skala usaha mikro dengan pola bagi hasil/syariah dan konvensional.
        Bimbingan teknis/pendampingan dan pelatihan pengelola Lembaga Keuangan Mikro (LKM)/Koperasi Simpan Pinjam (KSP).
        Pelatihan budaya, motivasi usaha dan teknis manajeman usaha mikro
        Pembinaan sentra-sentra produksi di daerah terisolir dan tertinggal
        Fasilitasi sarana dan prasarana usaha mikro
        Pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir
        Pengembangan usaha perikanan tangkap skala kecil
        Peningkatan akses informasi dan pelayanan pendampingan pemberdayaan dan ketahanan keluarga
        Percepatan pelaksanaan pendaftaran tanah
        Peningkatan koordinasi penanggulangan kemiskinan berbasis kesempatan berusaha bagi masyarakat miskin.

c. Menyempurnakan dan memperluas cakupan program pembangunan berbasis masyarakat. Program ini bertujuan untuk meningkatkan sinergi dan optimalisasi pemberdayaan masyarakat di kawasan perdesaan dan perkotaan serta memperkuat penyediaan dukungan pengembangan kesempatan berusaha bagi penduduk miskin. Program yang berkaitan dengan fokus ketiga ini antara lain :
        Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) di daerah perdesaan dan perkotaan •Program Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah Program Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus
        Penyempurnaan dan pemantapan program pembangunan berbasis masyarakat.

d. Meningkatkan akses masyarakat miskin kepada pelayanan dasar. Fokus program ini bertujuan untuk meningkatkan akses penduduk miskin memenuhi kebutuhan pendidikan, kesehatan, dan prasarana dasar. Beberapa program yang berkaitan dengan fokus ini antara lain :
        Penyediaan beasiswa bagi siswa miskin pada jenjang pendidikan dasar di Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)
        Beasiswa siswa miskin jenjang Sekolah Menengah Atas/Sekolah MenengahKejuruan/Madrasah
        Beasiswa untuk Aliyah mahasiswa miskin (SMA/SMK/MA); dan beasiswa berprestasi
        Pelayanan kesehatan rujukan bagi keluarga miskin secara cuma-cuma di kelas III rumah sakit;

e. Membangun dan menyempurnakan sistem perlindungan sosial bagi masyarakat miskin. Fokus ini bertujuan melindungi penduduk miskin dari kemungkinan ketidakmampuan menghadapi guncangan sosial dan ekonomi. Program teknis yang di buat oleh pemerintah seperti:
        Peningkatan kapasitas kelembagaan pengarusutamaan gender (PUG) dan anak (PUA)
        Pemberdayaan sosial keluarga, fakir miskin, komunitas adat terpencil, dan penyandang masalah kesejahteraan sosial lainnya.
        Bantuan sosial untuk masyarakat rentan, korban bencana alam, dan korban bencana sosial.
        Penyediaan bantuan tunai bagi rumah tangga sangat miskin (RTSM) yang memenuhi persyaratan (pemeriksaan kehamilan ibu, imunisasi dan pemeriksaan rutin BALITA, menjamin keberadaan anak usia sekolah di SD/MI dan SMP/MTs; dan penyempurnaan pelaksanaan pemberian bantuan sosial kepada keluarga miskin/RTSM) melalui perluasan Program Keluarga Harapan (PKH).
        Pendataan pelaksanaan PKH (bantuan tunai bagi RTSM yang memenuhi persyaratan).

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kondisi kemiskinan di Indonesia sangat memprihatinkan.Hal ini ditandai dengan rendahnya kualitas hidup penduduk, terbatasnya kecukupan dan mutu pangan, terbatasnya dan rendahnya mutu layanan kesehatan, gizi anak, dan rendahnya mutu layanan pendidikan.Oleh karena itu, perlu mendapat penanganan khusus dan terpadu dari pemerintah bersama-sama dengan masyarakat.
Penanggulangan kemiskinan di Indonesia merupakan masalah kompleks dan multidimensional, mengingat komposisi penduduknya yang beragam status sosial dan ekonomi serta geografis yang tersebar. Penanggulangan kemiskinan di Indonsia berfokus pada perbaikan kualitas sumberdaya manusia melalui perbaikan kualitas pendidikan dan pelayanan kesehatan. Indonesi telah menyediakan anggaran dana 20 persen dari anggaran pendidikan untuk perbaikan kualitas pendidikan disamping menyediakan layanan dasar kesehatan untuk orang miskin secara cuma-cuma melalui Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas).
Saat ini pemerintah juga menyiapkan perubahan layanan sistem jaminan kesehatan berbasis asuransi yang mencakup seluruh penduduk sesuai amanat UU Sistem jaminan Sosial Nasional, selain itu juga masih banyak program-program lain yang akan di lakukan pemerintah dalam menangani kemiskinan. Akan tetapi karena kekeliruan kebijakan yang telah ditetapkan pemerintah imbasnya justru telah memporak-porandakan kehidupan perekonomian masyarakat bawah yang selalu saja menjadi objek penderita yang harus menerima segala kegagalan. Sehingga upaya pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan kini tak ubahnya seperti sebuah pertaruhan antara hidup dan kematian. Tapi ironisnya rakyat selalu menerima sebuah hasil yang tidak pernah memuaskan dari yang diharapkan.


DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Kemiskinan
(diakses pada 24 Oktober 2014)
http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/2001/07/21/0018.html (diakses pada 24 Oktober 2014)
http://www.scribd.com/doc/1589 (diakses pada 25 Oktober 2014)

http://www.slideshare.net/randychamzah1/kebijakan-pemerintah-dalam-menangani-kemiskinan (diakses pada 27 Oktober 2014)