Sabtu, 09 Agustus 2014

DINAMIKA PERDAGANGAN KOMODITI KARET INDONESIA DI PASAR DUNIA

oleh: M Nasir

I.      PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Globalisasi dalam proses integrasi internasional yang terjadi karena pertukaran pandangan dunia, produk, pemikiran, dan aspek - aspek kebudayaan lainnya. Kemajuan infrastruktur  transportasi  dan  telekomunikasi, termasuk kemunculan telegraf dan Internet, merupakan factor utama dalam globalisasi yang semakin mendorong saling ketergantungan (interdependensi) aktivitas ekonomi dan budaya.
Suatu fenomena yang dalam terakhir ini berkembang pesat mengikuti pesatnya laju globalisasi ekonomi dunia adalah munculnya blok-blok ekonomi dan perdagangan regional disejumlah wilayah di dunia. Di dalam literature perdagangan / ekonomi internasioanal, fenomena ini disebut sebagai regionalism, yakni pembentukan integrasi-integrasi ekonomi regional seperti ASEAN di Asia Tenggara, Uni Eropa (UE) di Eropa, dan NAFTA di Amerika Utara. Bentuk  dari integrasi-integrasi ekonomi regional yang ada bervariasi, mulai dari yang sangat sederhana atau yang masih pada tahap awal dari pembentukan suatu integrasi ekonomi regional, yakni sejumlah negara membuat kesepakatan-kesepakatan bersama untuk meningkatkan perdagangan antarmereka (preferential trading arrangement; PTA) yang bersifat tidak mengikat atau sukarela seperti APEC (Asia Pacific Economic Co-operation) hingga pembentukan organisasi resmi dengan segala macam kesepakatan yang sifatnya mengikat, seperti ASEAN dan UE. (Hawarnita: 2013).
Produksi karet Indonesia meningkat secara perlahan dari 2.440.347 ton di tahun 2009 menjadi 2.990.184 ton pada 2011. Kemudian terus meningkat di tahun 2012 sebesar 3.040.376 dan diperkirakan pada tahun 2013 sebesar 3.100.000 ton. Produksi karet Indonesia masih didominasi oleh karet rakyat dengan luasan terbesar di Indonesia yang diusahakan oleh jutaan petani kecil-kecil (small farm) dan memberikan kontribusi besar dalam menghasilkan devisa negara. (Marieska Harya : 2013)
 Indonesia menghasilkan 2,55 juta ton karet alam pada tahun 2007 setelah Thailand dengan produksi karet alam sebesar 2,97 juta ton. Hal ini membuat Indonesia menjadi negara pengeskpor kedua karet alam terbesar di dunia, tapi kondisi ini tidak membuat ekspor karet alam Indonesia bebas dari masalah. Ekspor karet alam Indonesia masih mengalami beberapa kendala seperti harga karet alam yang fluktuatif, produktifitas yang rendah, faktor minyak mentah dunia, ketidakstabilan nilai tukar serta kondisi perekonomian dunia mempengaruhi volume ekspor karet alam Indonesia. (Julivanto: 2009)

2.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang diambil oleh penulis adalah sebagai berikut:
-          Apakah fenomena – fenomena yang dihadapi komoditas karet Indonesia di pasaran dunia?
-          Bagaimana cara mengatasi dan mengembangkan daya saing dalam persaingan perdagangan karet di pasaran dunia?
2.3. Manfaat dan Tujuan
Adapun manfaat dan tujuan yang ingin penulis dapatkan dari tulisan ini adalah sebagai berikut:
-          Mengetahui fenomena – fenomena yang dihadapi komoditas karet di pasaran dunia
-          Pengembangan daya saing karet di pasaran dunia diharapkan dapat meningkatkan perekonomian bagi sector pertanian khususnya karet dan yang berhubungan langsung maupun yang tidak langsung.


II.   PEMBAHASAN

2.1.         Fenomena Komoditas Karet Indonesia di Pasaran Dunia
Jumlah konsumsi karet dunia dalam beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan, jika pada tahun 2009 konsumsi karet dunia sebesar 9,277 juta ton, untuk tahun 2010 naik menjadi 10,664 juta ton. Sementara produksi karet mentah dunia hanya mampu memberikan sebanyak 10,219 juta ton pada tahun 2010 naik dibandingkan dengan tahun 2009 yang sebesar 9,702 juta ton karet alam atau minus sekitar 445.000 ton. Harga karet di pasar dunia tersebut dipengaruhi oleh tingginya permintaan terhadap komoditas tersebut dari negara-negara yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat seperti China, India, dan Asia Pasifik.
Berdasarkan data Biro Pusat Statistik bahwa untuk luas areal karet Indonesia sebagai yang terbesar di dunia dengan luas 3,4 juta hektar, diikuti Thailand seluas 2,6 juta hektar dan Malaysia 1,02 juta hektar. Meski memiliki lahan terluas, produksi karet Indonesia tercatat sebesar 2,4 juta ton atau di bawah produksi Thailand yang mencapai 3,1 juta ton, sedangkan produksi karet Malaysia mencapai 951 ribu ton. Untuk mutu bahan olah karet rakyat (bokar) sangat menentukan daya saing karet alam Indonesia di pasar International. Dengan mutu bokar yang baik akan terjamin permintaan pasar jangkan panjang. Mutu bokar yang baik dicerminkan oleh Kadar Kering Karet (KKK) dan tingkat kebersihan yang tinggi. Upaya perbaikan mutu bokar harus dimulai sejak penanganan lateks di kebun sampai dengan tahap pengolahan akhir.
Indonesia pada tahun 2010 hanya mampu memberikan kontribusi untuk kebutuhan karet dunia sebanyak 2,41 juta ton karet alam atau urutan kedua setelah Thailand yang sebesar 3,25 juta ton. Menurut data Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (GAPKINDO), untuk tahun 2011 produksi karet alam dunia diasumsikan hanya berkisar 10,970 juta ton sementara untuk konsumsi diperkirakan mencapai 11,151 juta ton sehingga terjadi kekurangan pasokan atau minus sekitar 181.000 ton. Kurangnya produk karet alam dunia di tahun 2011 salah satunya di karenakan terganggunya produksi karet di beberapa negara seperti Australia, hujan deras yang disebabkan oleh lamina yang juga menyebabkan banjir di negara tersebut telah mengganggu proses penyadapan karet. Kemudian di Thailand asosiasi natural rubber producing countries di Thailand memperkirakan produk karet alam pada musim dingin yang berlangsung mulai Febuari-Mei berdampak pada menurunnya produk karet hingga 50 persen. Dengan adanya asumsi tersebut, dipastikan Indonesia berpeluang besar untuk memasok karet alam hasil produk Indonesia ke luar negeri/ekspor dan tentunya dengan catatan untuk produk karet Indonesia agar lebih ditingkatkan. Untuk tahun 2010 ekspor karet Indonesia sebesar 1,9 juta ton. Diperkirakan untuk targetnya tahun ini ekspor karet bisa naik hingga 10%.
Namun, Indonesia tidak serta dapat meraup keuntungan dari karena perkembangan produksi karet yang tidak signifikan. Hal ini terjadi karena masalah- masalah sebagai berikut:
-          Produktifitas karet di Indonesia masih rendah jika dibandingkan dengan Thailand, dan Malaysia
-          Produktifitas yang rendah masih dibarengi dengan mutu yang rendah akibat petani tidak mengusahakan karet secara optimal
-          Indonesia tidak memiliki pelabuhan besar yang dapat mengekspor langsung ke negara tujuan, sehingga untuk ekspor harus melalui Singapura
2.2.Pengembangan Daya Saing Karet Indonesia di Pasar Dunia
Pengembangan karet di pasar dunia mutlak harus dilaksananakan dan dilakukan secara berkelanjutan. Berbagai cara yang dilakukan untuk mengembangkan daya saing karet Indonesia antara lain dengan cara:
-          Meningkatkan mutu bahan olah karet (bokar)
Mutu bahan olah karet rakyat (bokar) sangat menentukan daya saing karet alam Indonesia di pasar International. Dengan mutu bokar yang baik akan terjamin permintaan pasar jangkan panjang. Mutu bokar yang baik dicerminkan oleh Kadar Kering Karet (KKK) dan tingkat kebersihan yang tinggi. Upaya perbaikan mutu bokar harus dimulai sejak penanganan lateks di kebun sampai dengan tahap pengolahan akhir.


-          Penciptaan iklim investasi kondusif
Iklim investasi yang kondusif dengan pemberian kemudahan dalam proses perijinan, pembebasan pajak selama tanaman atau pabrik belum berproduksi, pemberian rangsangan kepada pengusaha untuk menghasilkan end product bernilai tambah tinggi yang non-ban, yang prospek pasarnya di dalam negeri cerah, adanya kepastian hukum dan keamanan baik untuk usaha maupun lahan bagi perkebunan, dan penghapusan berbagai pungutan dan beban yang memberatkan iklim usaha.
-          Pengembangan sarana dan prasarana yang mendukung
Sarana dan prasarana yang mendukung terutama transportasi akan sangat menunjang bagi pengembangan karet terutama untuk ekspor. Sarana ekspor terutama pelabuhan besar yang dapat mengimbangi Singapura. Pelabuhan ini akan dapat melaksanakan ekspor langsung ke negara pengimpor tanpa melalui Singapura terlebih dahulu.
III.             PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Karet Indonesia dalam persaingannya di pasar dunia masih perlu dan dapat dikembangkan kembali. Namun, dalam pelaksanaannya komoditi karet Indonesia masih kalah saing dengan karet Malaysia dan Thailand. Untuk itu diperlukan perbaikan diberbagai sector, baik sector on farm maupun sector in farm.
Pengembangan daya saing karet Indonesia dilaksanakan dengan cara meningkatkan mutu karet baik bokar dan tanaman. Segi sarana dan prasarana penunjang terutama jalan dan pelabuhan yang mampu bersaing dengan negara tetangga.
DAFTAR PUSTAKA
Vagha, Julivanto. 2009. Dinamika ekspor karet alam Indonesia. Diakses 1 juni 2014 diunduh dari http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/15460
Hamawita. 2013. Usaha Indonesia menghadapi perdagangan. Diakses 1 juni 2014 diunduh dari http://hawamita.blogspot.com

Mariezka. 2013. produksi karet Indonesia sampai 31 juta ton. Diakses 1 juni 2014. Diunduh dari http://economy.okezone.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar