Jumat, 04 Januari 2013

Tanaman Karet



TANAMAN KARET


1.1  Pengertian Karet
Tanaman karet (Havea brasiliensis) berasal dari negara Brazil. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan tanaman karet alam dunia. Sebagai penghasil lateks tanaman karet dapat dikatakan satu-satunya tanaman yang dikebunkan secara besar-besaran (Nazarudin dkk, 1992).
  Karet merupakan tanaman berbuah polong (diselaputi kulit yang keras) yang sewaktu masih muda buahnya berpaut erat dengan rantingnya. Buah karet dilapisi oleh kulit tipis berwarna hijau dan didalamnya terdapat kulit yang keras dan berkotak. Tiap kotak berisi sebuah biji yang dilapisi tempurung, setelah tua warna kulit buah berubah menjadi keabu-abuan dan kemudian mengering. Pada waktunya pecah dan jatuh, bijinya tercampak lepas dari kotaknya. Tiap buah tersusun atas dua sampai empat kotak biji. Pada umumnya berisi tiga kotak biji dimana setiap kotak terdapat satu biji. Tanaman karet mulai menghasilkan buah pada umur empat tahun dan akan semakin banyak setiap pertambahan umur tanaman sampai pada batas umum tanaman sekitar 25 – 30 tahun.
Karet mempunyai arti penting dalam aspek kehidupan sosial ekonomi masyarakat indonesia, yaitu: salah satu komoditi penghasil devisa negara, tempat persediaanya lapangan kerja bagi penduduk, dan sumber penghasilan bagi petani karet (Benidiktus Sitohang: 2010). Karet sebagai tanaman komoditi, lapangan kerja, serta sumber penghasilan bagi petani di Indonesia sudah seharusnya tanaman karet dikembangkan secara baik dan benar supaya memperoleh hasil yang optimal.
Tanaman karet merupakan tanaman perkebunan yang tumbuh di berbagai wilayah di Indonesia. Karet merupakan produk dari proses penggumpalan getah tanaman karet (lateks). Pohon karet normal disadap pada tahun ke empat atau ke lima. Produk dari penggumpalan lateks selanjutnya diolah untuk menghasilkan lembaran karet (sheet), bongkahan (kotak), atau karet remah (crumb rubber) yang merupakan bahan baku industri karet.
1.2  Struktur Botani dan Jenis Tanaman Karet
Struktur botani tanaman karet ialah tersusun sebagai berikut (APP,2008) :
Divisi               :     Spermatophyta
Subdivisi          :     Angiospermae
Kelas                :     Dicotyledonae
Ordo                 :     Euphorbiales
Famili               :     Euphorbiaceae
Genus               :     Hevea
Spesies             :     Havea brasiliensis
Dalam genus Havea, hanya species Havea brasiliensis Muell Arg. Yang dapat menghasilkan lateks unggul, dimana sebanyak 90 % karet alam dihasilkan oleh spesies tersebut. Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15 - 25 meter. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi. Di beberapa kebun karet ada beberapa kecondongan arah tumbuh tanamanya agak miring kearah utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks. Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama 3-20cm. Panjang tangkai anak daun sekitar 3-10cm dan pada ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung meruncing, tepinya rata dan gundul. Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi jumlah biji biasanya ada tiga kadang enam sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras. Warnaya coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang khas. Sesuai dengan sifat dikotilnya, akar tanaman karet merupakan akar tunggang. Akar ini mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi dan besar (www.wikipedia.org).

Tabel Nama Jenis Pohon Penghasil Karet
Nama Spesies
Nama Panggilan
Area Distribusi
Castilloa elastica Sesse dan Solidago
Pohon Karet Panama (Panama Rubber tree)
AMERICA (Mexico; Central America; Western South America) Tumbuh di daerah Tropis.
Pohon Karet Afrika Baret (West Africa rubber tree)
AFRICA (Macaronesia; Northeast Tropical Africa; East Tropical Africa; West-Central Tropical Africa; West Tropical Africa; South Tropical Africa; South Africa; Western Indian Ocean)
Pohon Karet Lagos silk (Logos silk rubber tree)
AFRICA (East Tropical Africa; West-Central Tropical Africa; West Tropical Africa; South Tropical Africa)
Pohon Karet/ Pohon Para (Rubber tree)
SOUTHERN AMERICA (Brazil; Bolivia; Colombia ; Peru) SOUTH EAST ASIA (Thailand, Indonesia, Malaysia, Vietnam, Laos, Combodia, Philipine) INDIA,  CHINA
Pohon karet False (False rubber tree)
AFRICA (West-Central Tropical Africa; West Tropical Africa)
Funtumia elastica dan Landolphia kirkii
-
AFRICA (Northeast Tropical Africa; East Tropical Africa; West-Central Tropical Africa; West Tropical Africa) juga ditanami di daerah lain.
Tanaman Karet India (Indian rubber plant)
ASIA-TROPICAL(India; China; Malaysia, Coastal Sothern California) widely cultivated elsewhere
Guayule
NORTHERN AMERICA  (South-Central U.S.A.; Mexico)
Palaquium gutta dan Palaquium oblongifolia
Malaysia, South Pacific and  South America
Taraxacum koksahgyz  and Taraxacum officinale
Russian dandelion
ASIA-TEMPERATE  Former Soviet Union; China


  TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN KARET

3.1. Syarat Tumbuh Tanaman Karet
            Tanaman karet dapat tumbuh dengan baik di sekitar equator antara 10 LU dan 10 LS. Pertumbuhan tanaman karet sangat ideal bila ditanam pada ketinggian 0 – 200 m diatas permukaan laut. Ketinggian > 600 m dari permukaan laut tidak cocok untuk tumbuh tanaman karet. Curah hujan berkisar antara 2500-4000 mm pertahun atau hari hujan berkisar antara 100 s/d 150 HH/tahun. Suhu harian yang cocok untuk tanaman karet rata-rata 25 – 30 C. Syarat lain yang dibutuhkan tanama karet adalah sinar matahari dengan intensitas yang cukup lama yaitu 5 – 7 jam (Supijatno dan Iskandar, 1988)
Curah hujan berpengaruh terhadap produktivitas tanaman karet. Curah hujan yang tinggi ini mengakibatkan produktivitas tanaman karet menjadi relatif lebih rendah. Selain faktor utama curah hujan yang tinggi, penyebab rendahnya produktivitas tanaman karet karena inefisiesi fotosintesis akibat rendahnya intensitas/lama penyinaran matahari, dan rendahnya populasi tanaman per hektar akibat rusaknya tanaman karet yang merupakan pengaruh langsung dari tingginya kecepatan angin selama hujan.
Lebih singkatnya, budidaya tanaman karet memerlukan persyaratan tumbuh sebagai berikut :
1.      Iklim
- Tinggi tempat 0 sampai 200 m dpl.
- Curah hujan 1.500 sampai 3.000 mm/th.
- Bulan kering kurang dari 3 bulan.
- Kecepatan angin maksimum kurang atau sama dengan 30 km/jam.
2. Tanah
-  Kemiringan tanah kurang dari 10%.
- Jeluk efektif lebih dari 100 cm.
- Tekstur tanah terdiri lempung berpasir dan liat berpasir.
- Batuan di permukaan maupun di dalam tanah maksimal 15%.
- pH tanah berkisar antara 4,3 – 5,0. - Drainase tanah sedang.
3.2 Persiapan Lahan
Penyiapan lahan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
- Pohon karet tua (replanting) atau semak dan atau pohonnon karet (new planting) ditebang dengan menggunakan gergaji (Chain saw), atau didorong menggunakan ekscavator sehingga perakaran ikut terbongkar.
 - Pohon yang telah tumbang segera dipotong-potong dengan panjang sesuai dengan ukuran yang dikehendaki.
- Bagian-bagian cabang dan ranting yang masih tertinggal dipotong-potong lebih pendek untuk memudahkan pengumpulan pada jalur yang telah ditetapkan.
- Sambil menunggu pekerjaan memotong ranting yang tersisa, pekerjaan dilanjutkan dengan membongkar tunggul yang masih tersisa di lapang.
- Pembongkaran tunggul dapat dilakukan dengan menggunakan alat berat (buldozer) sehingga sebagian besar tunggul dan akar tanaman karet dapat terangkat.
 - Semua tunggul yang telah dibongkar bersama dengan sisa cabang dan ranting dibersihkan dengan cara dirumpuk/dikumpulkan.
 - Hasil rumpukan diusahakan agar terkena sinar matahari sebanyak-banyaknya sehingga cepat kering. Jarak antar tumpukan kayu karet diatur sedemikian rupa agar tidak mengganggu pekerjaan pengolahan tanah dan tumpang tindih dengan barisan tanaman.
- Khusus untuk areal peremajaan, tunggul kayu dan seluruh perakaran mutlak harus dibuang dan diangkat untuk mencegah tumbuhnya kembali JAP, minimal tunggul yang berdekatan dengan tanaman baru.
 - Pembongkaran atau penebangan habis seluruh tanaman yang tumbuh (land clearing), yang dianjurkan adalah pengolahan lahan tanpa bakar (zero burning).

Dalam penanaman harus diperhatikan jarak tanam dan kerapatan tanaman karena akan berpengaruh terhadap produktivitas. Jarak yang lebih sempit akan berdampak negatif dengan beberapa kelemahannya. Beberapa kerusakan yang akan terjadi akibat jarak yang lebih sempit adalah: Kerusakan mahkota tajuk oleh angin, Kematian pohon karena penyakit menjadi lebih tinggi Tercapainya lilit batang sadap lebih lambat Hasil getahnya akan berkurang Oleh sebab itu, dalam melakukan penanaman, sangat tidak dianjurkan terlalu rapat jarak antara satu pohon dengan pohon yang lainnya. Melihat hal tersebut diatas, maka dewasa ini kepadatan kerapatan pohon setiap hektarnya tidak melebihi dari jumlah 400 sampai dengan 500 pohon. Hal itu berarti jarak tanamnya perhektar adalah 7 x 3 m, 7,14 x 3,33 m atau 8 x 2,5 m.

3.3. Bibit
Hal yang paling penting dalam penanaman karet adalah bibit/bahan tanam, dalam hal ini bahan tanam yang baik adalah yang berasal dari tanaman karet okulasi. Persiapan bahan tanam dilakukan paling tidak 1,5 tahun sebelum penanaman. Dalam hal bahan tanam ada tiga komponen yang perlu disiapkan, yaitu: batang bawah (root stoct), entres/batang atas (budwood), dan okulasi (grafting) pada penyiapan bahan tanam.
3.4. Penanaman
Dalam pelaksanaan penanaman tanaman karet diperlukan berbagai langkah yang dilakukan secara sistematis mulai dari pembukaan lahan (land clearing), persiapan lahan penanaman dan seleksi dan penanaman bibit.
Dalam penanaman harus diperhatikan jarak tanam dan kerapatan tanaman karena akan berpengaruh terhadap produktivitas. Jarak yang lebih sempit akan berdampak negatif dengan beberapa kelemahannya. Beberapa kerusakan yang akan terjadi akibat jarak yang lebih sempit adalah: Kerusakan mahkota tajuk oleh angin Kematian pohon karena penyakit menjadi lebih tinggi Tercapainya lilit batang sadap lebih lambat Hasil getahnya akan berkurang Oleh sebab itu, dalam melakukan penanaman, sangat tidak dianjurkan terlalu rapat jarak antara satu pohon dengan pohon yang lainnya.

Proses penanaman dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
1.      Mengajir
Untuk memperoleh hasil yang optimal, jarak tanam karet yang direkomendasikan adalah 6 m x 3 m atau jumlah populasi sekitar 550 pohon per ha.
2.      Pembuatan Lubang Tanam
·         Lubang tanam dibuat dengan ukuran 40 cm x 40 cm x 40 cm dan disiapkan minimal 2 minggu sebelum penanaman.
·         Pembuatan lubang tanam dilakukan dengan menggunakan cangkul tanah. Tanah bagian bawah (sub-soil) dipisahkan dengan dengan tanah bagian atas (top-soil).
·         Selanjutnya diberikan pupuk dasar yaitu SP 36 dengan dosis 125 gram/pohon atau sekitar 62,5 kg/ha.
3.      Penanaman
·         Waktu Penanaman tanaman karet dilakukan pada awal musim penghujan, saat tersebut merupakan awal yang baik/optimal untuk memulai penanaman dan harus berakhir sebelum musim kemarau.
·         Pelaksanaan Tanam Bibit yang akan ditanam dapat berupa stum mata tidur maupun bibit dengan payung satu. Adapun ketentuan bibit siap tanam adalah sebagai berikut :
- Apabila bahan tanam berupa stum mata tidur, maka mata okulasi harus sudah membengkak/mentis. Hal ini dapat diperoleh dengan cara menunda pencabutan bibit minimal seminggu sejak dilakukan pemotongan batang bawah.
 - Jika bahan tanam yang dipakai adalah bibit yang sudah ditumbuhkan dalam polybag, maka bahan yang dipakai maksimum memiliki dua payung daun tua.
 - Penanaman dilakukan dengan memasukkan bibit ke tengah-tengah lubang tanam. Untuk bibit stum mata tidur, arah mata okulasi diseragamkan menghadap gawangan pada tanah yang rata, sedangkan pada tanah yang berlereng mata okulasi diarahkan bertolak belakang dengan dinding teras, sedangkan bibit dalam polybag arah okulasi menghadap Timur.
- Kemudian bibit ditimbun dengan tanah bagian bawah (sub-soil) dan selanjutnya dengan tanah bagian atas (top-soil). Selanjutnya, tanah dipadatkan secara bertahap sehingga timbunan menjadi padat dan kompak, tidak ada rongga udara dalam lubang tanam.
- Lubang tanam ditimbun sampai penuh, hingga permukaan rata dengan tanah di sekelilingnya. Untuk bibit stum mata tidur kepadatan tanah yang baik, ditandai dengan tidak goyang dan tidak dapat dicabutnya stum yang ditanam, sedangkan bibit dalam polybag pemadatan tanah dilakukan dengan hati-hati mulai dari bagian pinggir ke arah tengah.
4. Penyulaman
Penyulaman dilakukan dengan bahan tanam yang relatif seumur dengan tanaman yang disulam. Hal ini dilakukan dengan selalu menyediakan bahan tanam untuk sulaman dalam polybag sekitar 10% dari populasi tanaman.

3.5. Pemeliharaan Tanaman
1. Penyulaman
- Bibit yang baru ditanam selama tiga bulan pertama setelah tanam diamati terus menerus.
- Tanaman yang mati segera diganti.
- Klon tanaman untuk penyulaman harus sama.
- Penyulaman dilakukan sampai unsur 2 tahun.
- Penyulaman setelah itu dapat berkurang atau terlambat pertumbuhannya.
2. Pemotongan Tunas Palsu
Tunas palsu dibuang selama 2 bulan pertama dengan rotasi 1 kali 2 minggu, sedangkan tunas liar dibuang sampai tanaman mencapai ketinggian 1,80 meter.


4.      Merangsang Percabangan
Bila tanaman 2 – 3 tahun dengan tinggi 3,5 meter belum mempunyai cabang perlu diadakan perangsangan dengan cara :
- Pengeringan batang (ring out)
- Pembungkusan pucuk daun (leaf felding)
- Penanggalan (tapping)
4. Pengendalian Gulma dan Pemberantasan Penyakit
Areal pertanaman karet, baik tanaman belum menghasilkan (TBM) maupun tanaman sudah menghasilkan (TM) harus bebas dari gulma seperti alang-alang, Mekania, Eupatorium dan lainnya sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik.
Penyakit karet sering menimbulkan kerugian ekonomis di perkebunan karet. Kerugian yang ditimbulkannya tidak hanya berupa kehilangan hasil akibat kerusakan tanaman, tetapi juga biaya yang dikeluarkan dalam upaya pengendaliannya. Oleh karena itu langkah-langkah pengendalian secara terpadu dan efisien guna memperkecil kerugian akibat penyakit tersebut perlu dilakukan. Lebih 25 jenis penyakit menimbulkan kerusakan di perkebunan karet. Penyakit tersebut dapat digolongkan berdasarkan nilai kerugian ekonomis yang ditimbulkannya.
5.Pemupukan
Selain pupuk dasar yang telah diberikan pada saat penanaman, program pemupukkan secara berkelanjutan pada tanaman karet harus dilakukan dengan dosis yang seimbang dua kali pemberian dalam setahun. Pupuk dasar yang baik digunakan adalah pupuk organic dan dikombinasikan dengan tambahan pupuk buatan untuk mempercepat jalannya proses jalannya akar karet menyerap unsure hara yang ada pada pupuk.


III.             PANEN DAN PASCA PANEN

4.1. Panen
4.1.1  Matang Sadap Pohon
Tanaman karet yang sudah siap untuk dipanen biasanya sudah berumur 5 – 6 tahun. Keliling batang pohon sudah mencapai 45 cm atau lebih. Keliling batang diukur dengan ketentuan 100 cm dari batas okulasi tanaman.

4.1.2. Proses Penyadapan
1. Persiapan Sadap Baru
Persiapan lahan penyadapan baru pada tanaman karet yang baru akan dipanen dilakukan dengan cara:
-          Menentukan bidang sadap
Pada tanaman okulasi silinder tanaman relative sama sampai pada ketinggian 130 cm. ketebalan kulit tanaman juga menjadi factor utama dalam menentukan bidang sadap.
-          Setelah menentukan bidang sadap dilakukan penyadapan arah irisan sadap harus dari kiri atas ke kanan bawah, tegak lurus terhadap pembuluh lateks. Sudut kemiringan irisan yang paling baik berkisar antara 30o – 40o terhadap bidang datar untuk bidang sadap bawah. Pada penyadapan bidang sadap atas, sudut kemiringannya dianjurkan sebesar 45o. Panjang penyadapan dilakukan dengan panjang setengah dari lingkar batang.
-         Pemasangan Talang dan Mangkuk Sadap Talang sadap terbuat dari seng selebar 2,5 cm dengan panjang sekitar 8 cm. Talang sadap dipasang pada jarak 5 cm – 10 cm dari ujung irisan sadap bagian bawah. Mangkuk sadap umumnya terbuat dari plastik, tanah liat atau aluminium. Mangkuk sadap dipasang pada jarak 5-20 cm di bawah talang sadap. Mangkuk sadap diletakkan di atas cincin mangkuk yang diikat dengan tali cincin pada pohon.


2.      Pelaksanaan Penyadapan
Waktu penyadapan yang baik dilaksanakan antara jam 05.00 – 07.30 pagi. Kedalaman irisan sadap dianjurkan berkisar 1- 1,5 mm dari cambium suapaya tanaman dapt bertahan selama 25 – 30 tahun. Kedalaman irisan berkisar 1,5 – 2 mm setiap penyadapannya. Pada tanaman dengan penyadapan baru sebaiknya tanaman dilakukan sebanyak 1 kali dalam 3 hari selama 2 tahun. Setelah itu baru dilakukan penyadapan 1 kali dalam 2 hari pada tahun – tahun berikutnya.

4.1.3.      Pengumpulan Lateks
Pengumpulan lateks dapat dilakukan pada siang hari sekitar pukul 11.00 setelah tidak ada lagi lateks yang menetes untuk tiap harinya. Lateks dikumpulkan dalam satu wadah persegi dengan tingkat ketebalan tertentu. Pengumpulan juga dapat dilakukan tiap minggu sekali atau sekehendak kita, tetapi semakin lama dipanen maka akan menjadikan kualitas lateks itu akan berkurang.

4.2.      Pasca Panen
Untuk memperoleh bahan olah karet yang bermutu baik beberapa persyaratan teknis yang harus diikuti yaitu :
• Tidak ditambahkan bahan-bahan non karet.
• Dibekukan dengan asam semut dengan dosis yang tepat.
• Segera digiling dalam keadaan segar.
• Disimpan di tempat yang teduh dan terlindung dan tidak direndam. Jenis bahan olah karet (bokar) yang dapat diproduksi yaitu :

a.       Lateks Pekat
 Lateks pekat adalah lateks kebun yang dipekatkan dengan cara sentrifus atau didadihkan dari KKK 28% - 30% menjadi KKK 60% - 64%. Peralatan yang diperlukan adalah tangki dadih dari plastik, pengaduk kayu, dan saringan lateks 60 mesh. Bahan-bahan yang diperlukan berupa bahan pendadih yaitu campuran amonium alginat dan karboksi metil selulose, bahan pemantap berupa amonium laurat dan pengawet berupa gas atau larutan amoniak. Pengolahan lateks pekat melalui beberapa tahap yaitu penerimaan dan penyaringan lateks kebun, pembuatan larutan pendadih, pendadihan dan pemanenan.
b.      Lump Mangkok
 Lump mangkok adalah lateks kebun yang dibiarkan menggumpal secara alamiah dalam mangkok. Pada musim penghujan untuk mempercepat proses penggumpalan lateks dapat digunakan asam semut yang ditambahkan ke dalam mangkok.
c.       Slab Tipis / Giling
Slab tipis dibuat dari lateks atau campuran lateks dengan lump mangkok yang dibekukan dengan asam semut di dalam bak pembeku yang berukuran 60 x 40 x 6 cm, tanpa perlakuan penggilingan. Proses pembuatan slab tipis dapat diuraikan sebagai berikut :
1.       Masukkan dan susun lump mangkok secara merata di dalam bak pembeku.
2.      Tambahkan larutan asam semut 1% ke dalam lateks kebun, dengan dosis 110 ml per liter lateks, kemudian diaduk.
3.      Tuangkan campuran tersebut ke dalam bak pembeku yang telah diisi lump mangkok.
4.      Biarkan sekitar 2 jam, lalu gumpalan diangkat dan disimpan di atas rak dalam tempat yang teduh. Untuk meningkatkan kadar karet kering menjadi sekitar 70%, slab tipis dapat digiling dengan menggunakan handmangle dan hasilnya disebut dengan slab giling. Slab tipis dapat diolah menjadi blanket melalui penggilingan dengan mesin creper. Proses penggilingan dilakukan sebanyak 4-6 kali sambil disemprot dengan air bersih untuk menghilangkan kotoran yang terdapat di dalam slab. Hasil blanket mempunyai ketebalan sekitar 0,6 cm – 1 cm, dengan KKK sekitar 75%.
d.      Sit Angin
Sit angin adalah lembaran karet hasil penggumpalan lateks yang digiling dan dikeringanginkan sehingga memiliki KKK 90% - 95%. Pengolahan sit angin dilakukan melalaui berbagai tahap yaitu penerimaan dan penyaringan lateks, pengenceran, penggumpalan, pemeraman, penggilingan, pencucian, penirisan dan pengeringan.
e.       Sit Asap (Ribbed Smoked Sheet/RSS)
Proses pengolahan sit asap hampir sama dengan sit angina. Bedanya terletak pada proses pengeringan, dimana pada sit asap dilakukan pengasapan pada suhu yang bertahap antara 40o-60o C selama 4 hari, dengan pengaturan sebagai berikut :
1.       Hari pertama, suhu 40o C – 45o C, ventilasi ruang asap lebar.
2.      Hari kedua, suhu 40o C – 50o C ventilasi ruang asap sedang.
3.      Hari ketiga, suhu 50o C – 55o C ventilasi ruang asap tertutup
4.      Hari keempat, suhu 55o C– 600 C

  DAFTAR PUSTAKA
 Budidaya tanaman karet. Pedoman teknis karet. Dirjenbun Kementerian RI
 Jenis – jenis karet alam di dunia. http:// indonesiannaturalrubber. blogspot.com.
Manajemen dan Budidaya Karet, Pusat Penelitian Karet. Medan. 
Habibie.2009. mengenal tanaman karet. http://habibiezone.wordpress.com.
Setiawan, H. D dan Andoko, A. Petunjuk Lengkap Budi Daya Karet. Agromedia Pustaka. Jakarta. 2005 
Sihotang B.2010. tanaman karet. http://www.ideelok.com.
Sentra dan wilayah potensi komoditi karet. http://regionalinvestment.bkpm.go.id. 
Perkebunan karet belum bisa berperan. Detik.com